whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

My Book of Split Opinion ---- A Catalog of Friends

What’s the difference of giving up and hopelessness? The first because
you know you have to, but the second one because you don’t have other choices, you are stuck.
What’s the difference of trying and committed? The first you are giving
your body and words, but the last one you are giving your heart and soul.
Gue paling malas kalau disuruh nyetir sendiri ke Pondok Indah Mall
(PIM) pada hari Sabtu dan Minggu. Tanpa supir, wwuuaadduuhh…. Terimakasih selamat malam, mending gue disuruh lari keliling lapangan gelora senayan 1x daripada disuruh nyetir sendiri Sabtu atau Minggu ke PIM.
Kalau pun harus terpaksa nyetir sendiri, gue biasanya Cuma muter
sekali, kalo ketemu parking space, sukur…. Gak ketemu… y aaa gue keluar lagiii… males banget disuru jejal-jejalan nungguin parkir kosong.
Dalam ukuran bisnis sekarang, anda akan diketawain kalau bilang “I’ll
do my best”. Your best? Give me a break. What about his best? Her best? Your
client’s best… Their best. Everybody has their own opinion on what is a
standard of “my best”.
“I’ll do my best” tidak ada ukurannya. Client anda tidak butuh janji
anda untuk melakukan yang terbaik. Sebab yg terbaik buat anda, belum tentu yg terbaik buat client anda. Mereka punya ukuran terbaik sendiri. Tapi kalau anda mengatakan “I commit to have the problem solved in time”, anda sudah
menandatangani materai darah dengan hati anda.
Sama seperti kemalasan saya nyetir sendiri ke PIM, sebab usaha saya
hanya dalam taraf TRY. Bukan COMMITTED. Tidak jadi masuk PIM, ya gak apa-apa, bukan persoalan mati hidup, saya masih bisa pindah ke tempat lain. Jadi buat apa committed dan susah payah cari parkir? Iya tidak?
Ini hanya split opinion dari gue dan teman-teman gue. Gue kebenaran
tidak ikut ke Beijing, ke acara pembukaan Olympiade Beijing. Dimana keputusan untuk menghentikan seluruh aktivitas “The Hunt for A True Friend” diambil.
Karena yang pergi ke Beijing memang majority, jadilah keputusan itu
juga keputusan Majority. Sementara yg menolak hanya minority dan menjadi split opinion.
Biasanya, gue kalau mau belanja barang-barang dan pernak-pernik
kebutuhan penampilan, selalu melalui catalog. Setiap kuartal gue selalu
dikirimin catalog terbaru dari beberapa pemegang merek. Semacam Zegna, Cerruti, Armani, burberry, dan sejenisnya.
Gue tinggal milih code nomor product nya. Kemudian gue tilpon
retailernya, buat appointment. Kemudian sales person dari retailer merek
bersangkutan akan datang mengantarkan barang yg gue pesan. Dan ukurannya mereka sudah paham, karena mereka sudah menyimpan ukuran pakaian dan sepatu gue.
Kalau ternyata product yg gue pilih ukurannya kebesaran, atau
kekecilan, mereka akan melakukan modifikasi ditempat. Kalau tidak bisa, mereka akan menggantinya. Warna tidak cocok, mereka akan kirim warna yang sesuai kemudian. Beres...cepat, efisien dan sangat menyenangkan. Itu termasuk dalam layanan preferred customer mereka.
Kalau giliran gue yang pengen beli sendiri ke counter2 mereka. Gue butuh
sepatu… ya gue ke counter sepatu…. Butuh baju,…ya gue ke toko baju…. Butuh
buku, yaa gue ke toko buku…. Butuh mobil yaaa gue ke toko mobil….
Tidak mungkin dong, gue butuh TV gue ke toko beras????? Kwewwkwewewkek….
Sekarang gue mau nanya,….. sampai dimana sebenarnya keinginan kita
untuk melakukan hal yang kita ikrarkan bersama itu? Apakah usaha kita, hanya TRY atau COMMITTED?
Kalau committed, sudah benarkah tempat kita mencari? Jangan-jangan kita
mau cari sepatu, tapi kita masuk ke bengkel motor.
Apa iya community manusia di internet itu hanya di chat room semacam
Camfrog, Yahoo, IRC, dan sejenisnya?
Terus karena tidak menemukan orang yang pas, terus berhenti?
Sama seperti gue yang malas berlama-lama nyari parker di PIM?
Cobalah jujur, ada apa sebenarnya? Karena apa?  Jawabnya: Karena sebenarnya kita cuma menganggap ikrar yang dulu dibuat, hanya main2. Tidak lebih.
Hadiah besar yang kita buat, walaupun terlihat serius, sebenarnya hanya
gaya-gayan. Sebenarnya memang kita tak pernah berusaha. TAK PERNAH SAMA SEKALI.
Kalau kita bilang tidak ada orang yang bener di Yahoo, di Camfrog, di
IRC, atau dimana pun di room chat itu. Secara logika, kalau lu bisa masuk ke
chat room itu. LOGIKANYA, PASTI ada orang lain yang punya pikiran sama seperti lu…. Benar tidak?
Orang yang bukan mau pamer macam-macam, tapi memang cuma iseng dan
ingin relax. Orang yang memang ingin berteman. Kalau ketemu orang yang enak
diajak ngobrol ya sukuuurrr… tidak juga yaaa…. Ikutan aja iseng.
Kalau logika gue salah, artinya memang lu juga emang niat buat macem-macem di chat room itu. Dan artinya kita membuat kriteria pemilihan yang salah dari awalnya. Kalau begitu, buat apa susah-susah berikrar mengenai pencarian itu diawalnya???
And I insist on defending my opinion. My logic is right….
Memilih teman, bukan seperti memilih barang di catalog. Kalau mau beli
celana dalam burberry black label, lu cukup telpon retailernya dan sebutin code
number productnya. Dalam sekejap pasti diantar ke rumah lu. Itu karena lu punya duit, jadi mendapatkan pelayanan kelas satu.
Tapi mencari teman… sebanyak apa pun duit lu… lu tidak akan bisa milih di catalog, telpon ke counter, dan teman yg lu harapkan diantarkan bagus-bagus ke pintu rumah lu, …SEBANYAK APA PUN DUIT LU, teman tidak akan ditemukan seperti itu. Kecuali teman yang lu cari memang escort girl/man.
Kalo lu emang nyari escort… yahhh cukup liat catalog, pilih satu, dua
atau tiga, kemudian telpon dahhh…. Diantar ke rumah lu… Pake bolak balik sampe bosan…. Kemudian buang…..
Kalo begitu…. Memang sudah sepantasnya keputusan untuk berhenti
diambil. Tapi niat ikrar awal kita pun memang bukan begitu kan?…..
Kalo hanya gara-gara pemberitaan “Ryan The Butcher” keputusan itu
diambil, buat gue,  itu…..One hell of a decision…. Itu keputusan banci. Sama sekali tak masuk akal. Seberapa besar sih kemungkinannya lu bakal ketemu psikopat kaya gitu? Toh dr awal sudah diambil langkah precautious, yang menihilkan hal semacam itu…. Jadi kenapa keputusan penghentian itu tetap diambil????....
Tapi, my split opinion, tetap minority kan? Gue tetap akan nurut
keputusan majority. Rasanya penghentian session yg sudah kita ikrarkan, bukan karena apa-apa…. Tapi lebih karena… kita sudah hopeless…. HOPELESS…. Bukan giving it up….Kita memang tidak pernah berusaha sepenuh hati, tidak pernah committed "cuma try my best"…. Ngaku dehhh…!!!! Mengaku kayanya lebih terpuji daripada buat alasan macem-macem......

No comments:

Post a Comment