whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Desperation : A Nation In Despair --- Potret Wajah Sebuah Bangsa

Pernah mendengar lagu “Malaikat Juga Tahu” yang dinyanyikan Dewi Lestari? Cobalah dengarkan lagu itu. Teman2 cewe gw sebel sekali kalau mendengarkan lagu itu. Dan kita suka mengolok-olok mereka dengan lagu itu, kalau wanita sudah jatuh cinta, seperti kehilangan akal sehat. Lagu itu berkisah tentang seorang wanita yg sepertinya berwajah pas-pasan, dan jatuh cinta pada seorang lelaki yang sepertinya play boy karena kerap gonta-ganti pacar. Kalau di lihat dari syairnya si wanita itu sudah termehek-mehek jatuh cinta pada sang arjuna, tapi bertepuk sebelah tangan.
Si wanita sudah desperate sekali ingin membuktikan bahwa wajah tidak penting, yang penting hati dan cinta. Betapa naïfnya memang.
Saking desperatenya dia sampai merasa ingin membuktikan bahwa cintanya yang paling tulus, bak malaikat. Dalam ketidakberdayaannya ingin memenangkan cinta si lelaki, saking desperatenya juga, setengah putus asa kehihilangan daya untuk bertahan, dia berteriak pada sang arjuna, …coba deh diadu sama pacar2 lo itu, siapa yang paling cinta sama elo…. Gw apa mereka… pasti gw juaranya….
Sungguh permintaan yang teramat sangat bodoh…..
Gw disini tidak ingin membahas masalah percintaan remaja, seperti lagu itu. Atau membahas benar apa tidak cewe kalau sudah cinta, bisa kehilangan akal sehat sampai mempermalukan diri seperti lagu itu. Gw hanya ingin memperjelas kenyataan, bahwa dalam desperation, ketidak berdayaan, bukan cuma kaum wanita, tapi siapapun cenderung bisa melakukan hal-hal yang tak masuk akal.
Sebulan yang lalu teman gw baru balik dari bisnis trip di Amerika. Dia bercerita bahwa bayang-bayang kepustusasaan sangat kental terasa dikalangan kelas menengah negara itu setelah Amerika dilanda gelombang krisis finansial. Seluruh perhatian tersedot ke arah krisis ini. Dan ditengah ketidak berdayaan itu, kemenangan Obama ibarat menjadi obat mujarab bagi banyak orang. Dan lagi-lagi, orang yang sudah tak berdaya, biasanya menjadi berharap terlalu banyak pada obat mujarab. Padahal tidak akan ada solusi yang begitu ampuh bisa mengembalikan Amerika ke keadaan semula sebelum krisis dalam waktu cepat. Sebagus apa pun Obama dan team penasihatnya, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kerusakan berat yang sudah terlanjur terjadi, yang juga diperparah dengan ketidak becusan pemerintahan Bush menjalankan roda ekonomi.
Sebelumnya gw juga baru balik dari Eropa, situasi yang sama juga sangat terasa, namun memang tidak separah keadaandi Amerika. Imbas keruntuhan ekonomi Amerika memang sangat cepat ikut menghantam negara-negara yang menjadi partner bisnis utamanya. Dan menghantam pasar saham-pasar saham diseluruh dunia yang nota bene mau tak mau menjadi “hub” Wall Street dan Dow Jones.
Dan selalu, dalam krisis seperti ini, yang paling banyak merasakan dampaknya adalah kelas menengah. Jadilah bayang-bayang keputusasaan itu menjadi mendung pada kelas sosial itu, sampai Amerika dapat menambal kebocoran parah finansialnya.
Kejadian itu juga pernah terjadi di Indonesia, ketika krisis finansial terjadi di era pasca kejatuhan Soeharto. Dan kaum menengah di Indonesia, adalah kaum menengah yang paling sering tidak diberdayakan oleh pemerintah. Dibandingkan negara manapun, setidaknya di Asia Tenggara.
Bentuk ketidakberdayaan itu, ditunjukkan dalam berbagai cara. Krisis Finansial global yang terjadi sekarang banyak menunjukkan itu. Ada yang gila tiba2. Ada yang membunuh seluruh keluarganya, lalu bunuh diri, gara2 dipecat dari kantor yang sedang sekarat. Macem2.
Tapi bila orang merasa tidak berdaya, ada juga yang memilih untuk mending tak melakukan apa2. Nahh... kalau yang model ini banyak sekali ditemukan di Indonesia.
Sebelum pengumuman pemenang Gubernur Jawa Timur dikeluarkan, saya sempat sowan ke base-camp tempat pemenangan pasangan mbak Kofifah dan mas Aji. Saya sempat ngobrol2 dengan mbak Kofifah. Waktu itu kubu Kaji sudah sangat yakin akan menang. Waktu saya tanya kalau ternyata nanti Kaji kalah, apa yang akan dilakukan pasangan Kaji. Dengan diplomatis mbak Kofifah menjawab...”Yah.. Kita liat saja nanti, kan semua belum selesai...”.
Waktu itu melihat hasil perolehan suara kedua pasangan calon gubernur itu, yang sangat ketat selisihnya, saya sudah khawatir, pemilihan Gubernur Jatim ini tidak akan mulus.
Terlebih-lebih sebenarnya, kalau mau terus terang, dihitung dari jumlah suara yang masuk , orang yang tidak memilih, alias Golput adalah juaranya. Jadi kalau ada Gubernur Golput, gubernur inilah sepantasnya yang memimpin Jatim. Dari seluruh pemilih, yang tidak menggunakan hak pilihnya hampir mendekati angka 43%. Angka golput yang semakin sering ditemukan disetiappemilihan kepala daerah. Artinya, kalau sisa 60% itu dibagi hampir sama oleh pasangan Kaji dan Karsa (Angka pemilih mereka hanya terpaut selisih kurang dari 1%), artinya, yang memilih Kaji maupun Karsa hanya 30% dari total jumlah pemilih. Artinya juga, ada 40% jumlah pemilih yang tidak mau dipimpin baik oleh Kaji maupun Karsa. Jadi sebenarnya, siapa pun yang memenangkan pemilihan, patut dipertanyakan legitimasinya. Karena hanya dipilih oleh 30% pemilih.
Kasihaannn dehhh Jawa Timur.........
Golput itu adalah salah satu sikap yang dipilih oleh orang2 yang tak berdaya di negeri ini.
“Sudah hampir habis dayaku”, kata syair lagu “Malaikat Juga Tahu” yang gw ceritakan tadi.
Dan sangat banyak orang indonesia, di setiap pemilihan kepala daerah (pilkada), berteriak tak berdaya seperti itu. Bisa jadi itu adalah symbol protes dari orang2 tak berdaya, menyuarakan betapa carut-marutnya politikdi Indonesia. Karena sudah tak berdaya berharap untuk cepat dapat berubah.... ya golput sajalah..... “Sudah hampir habis dayaku..” kata Dewi Lestari...
Dan dugaan gw benar. Mbak Kofifah memperkarakan hasil pilkada Jatim. Horreeee,,,,,...........
Sebagai pelaku bisnis, gw tau betapa besar biaya yang diperlukan untuk mengkampanyekan sebuah produk. Biaya pasang 1 Billboard ukuran besar di jalan2 utama kota2 besar di Indosia itu tidak murah. Biaya untuk mencetak fliers, brosur, bikin kaos.... itu tidak murah.... Iklan koran itu tidak murah. Coba tanya berapa ongkos pasang 1 billboard di jalan2 sekitar tunjungan Plaza. Begitulah biaya kampanye seorang calon gubernur....... Ratusan Milyard.....
Belum lagi waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan.... ya oollloooo...............ck ck ck ck....
Mas, mbak...bapak, ibu,....om, tante,..... kita rakyat kecil ini sudah capek. Sudah capek disuguhi akrobat politik dan ego kemaruk kaum kelas langit tinggi. Cobalah sebentaarrr saja memikirkan kami2 yang tak berdaya ini.... Sebeennntaarrrr saajjjaaa..... Jangan cuma memikirkan diri sendiri..... Coba pikirkan kenapa kami2 lebih memilih untuk jadi golput daripada memilih mas,mbak, om, tante, bapak, ibu... Coba pikirkan kenapa angka golput itu semakin hari semakin tinggijumlahnya disetiap pilkada. Cobalah........ Kami sudah capek bapak, ibu... Aku jadi capeekk deeeehhh.....kata ponakan gw kalo sudah tak berdaya diajak debat........
Itu potret ketidak berdayaan kaum menengah bawah bangsa kita. Sekarang kita tanya bagaimana pula potret ketidakberdayaan kaum kelas langit tinggi itu???
Ada joke dikalangan sendiri, sewaktu mengikuti pemilihan presiden di Amerika. Bweguiniy cwerwitanyuaahh.. (pake gaya bahasa Caroline Zachry dan Cinta Laura kalo lagi ngomong).....
Kalau di Indonesia, ketika Hillary Clinton kalah tipis dari saingannya Obama untuk berebut jadi Calon Presiden dari Partai Demokrat.... Hillary Clinton akan cepat2 mendatangikantor kementerian HAM, dan mendaftarkan partai baru... Partai Demokrat Pembaharuan Baru Benerrrr..... atau apalah namanya....
Kalau di Indonesia, ketika Mc Cain kalah telak dari Obama menjadi Presiden, maka Mc Cain akan cepat2 mendatangi PBB untuk mendaftarkan negara baru... Negara Republik Indonesia Berkeadilan Banget namanya....
Teman gw pernah menulis disini, tentang ketidak becusan partai politik di Indonesia dalam hal kaderisasi. Kadang2 gw juga bingung, bahkan partai politik besar semacam PAN, PKB, PDIP, PPP, bahkan Golkar sekalipun... menunjukkan tanda2 ketidak becusan itu.
PAN yang memiliki infrastuktur cukup mapan diwadahi Muhammadiyah, malah tidak sanggup menunjukkannya. PKB yang dibackup oleh pesantren-pesantren besar NU... juga tidak sanggup...
Masa sih dari beratus ratus sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia, tidak ada orang yang bisa sehebat Wulan Guritno dalam berpolitik?? Maaf ya mbak Wulaaann.... Maap bangetttt......
Seharusnya PAN dan PKB bisa memanfaatkan infrastruktur pendidikan yang mereka miliki untuk merekrut kader2 terpilih...
Apa iya sarjana2 lulusan Muhammadiyah atau UIN, tidak ada yang sehebat Dede Yusuf? Berdayakan infrastruktur pendidikan itu. Buka pikiran yang desperate cupat.....
Seperti dulu yang dilakukan oleh Golkar pada KNPI, Kosgoro, dan HMI, yang menjadi kawah candra dimuka buat para kader2nya.....
Itu juga yang dilakukan oleh Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika... maaf kalau contohnya Amerika mulu... abis gw sendiri sudah desperate Indonesia pengen maju..........
Bukan maen comot para artis dan selebriti..... Tapi melalui proses recruitment yang panjang dan terarah.... Kalau gw jelaskan disini system recuitmentnya... bisa gak selesai2 gw nulis... capek bok.. dan gak dibayar pula...........
Dan PKS yang selalu dibangga2kan teman2 gw itu...balllaahhhh.... ikut2an pula sekarang.....
Malah sekarang semakin tidak jelas arahnya, mau merangkul semua orang.....
Halloo...bok... PKS..knock-knock-knock... cepat tentukan kamu partai Nasionalis atau Islam. Atau mau jadi islam nasional yang agak2 sedikit moderat, tapi yaaaa...agak2puritan juga... truss agak2 sosialis juga... tapi ada unsur2 demokratnya...ditambah sedikit unsur liberal dan kapitalis, yaaa...sedikit unsur Katolik dan Kristen juga ada lah... unsur Hindu dan Budha juga...
Aduu buyung....bok..bok...Pemilu sudah mau dekat.... coba tentukan siapa PKS itu, jangan menambah bingung simpatisan.....
Itulah potret ketidakberdayaan kaum kelas langit. Pengen cepat dan rakus. Semua juga tau, system kaderisasi yang mumpuni itu, memang investasi jangka panjang... lama, membutuhkan keseriusan dan komitmen. Tidak tercipta dalam 9 bulan masa kampanye pemilu....
Dan karena tak berdaya...dan sudah terlalu desperate... kaum langit-langit itu memilih kaum langit yang agak-agak sedikit beda, tapi masih kaum langit juga... kalau disisi kiri ada kaum langit politisi maka disisi kanan ada kaum langit selebriti... maka ketemu deh ketidakberdayaan kaum langit-langit itu ditengah, di pilkada dan pileg (bukan sakit pilek, tapi pemilihan legeslatif)....
Beberapa minggu lalu, gw baru balik dr perjalanan bisnis ke Eropa, di bandara Soekarno hatta kebenaran gw ketemu dengan salah satu wakil kepala daerah yang kebenaran mantan seorang selebriti. Terus kita ngobrol-ngobrol sebentar, karena seperti yang gw bilang imbas krisis finansial global itu begitu terasa di Eropa, jadilah kita juga ngobrol mengenai krisis ini. Gw nanya apa rencana dia untuk mengurangi beban masyarakat didaerah tempat dia berkuasa, karena imbas krisis ini.
Adduuu mak inangg.... toobbaattt..... dari hasil pembicaraan itu gw tau sekali kalau dia sama sekali tak mengerti permasalahan.... bahkan gw curiga jangan-jangan dia tidak mengerti tata ekonomi dunia, dan kenapa sebenarnya Indonesia bisa kena impaknya. Bahkan yang paling konyol, jangan2 apa itu subprime mortgage saja dia tidak ngerti konsepnya, kenapa cuma karena jualan property bisa menghancurkan dan jadi bumerang buat Amerika.....
Amboy..amboy... jadi wakil kepala daerah,,,,ck ck ck... kok bisa yaaa....????
Gw tidak mempermasalahkan dia selebriti atau bukan... kalau memang merasa mampu silahkan... tapi sekali lagi, cobalah pikir... kemajuan berjuta-juta rakyat yg lo pimpin ada ditangan lo. Kalau memahami kenapa Indonesia bisa terseret krisis global ini saja lo tidak mampu, kalau untuk mengerti masalahnya saja lo tidak mampu, kalau sumber penyakitnya saja lo tidak bisa menjelaskan, gimana mau memberikan obatnya...??? woooalllaahh.....
Gw tidak menyalahkan mereka... yang gw salahkan adalah system recruitment partai2 politik itu... System recruitment cepat saji ala Mac Donald... Pokonya menang... masalah nanti dia sanggup menjadikan daerah itu jadi daerah cemerlang... urusan ke seratus... yang penting menang....
Sebenarnya siapa memanfaatkan siapa diantara kelas langit-langit nan tinggi itu? In despair, dalam desperation, dalam ketidakberdayaam mereka menjadi pemimpin yg baik...siapa memanfaatkan siapa???
Gloria macapagal Arroyo,tidak akan mungkin pernah menjadi Presiden Philipina, jika tidak memanfaatkan mantan selebriti terkenal Joseph Estrada, mantan bintang laga Philipina yg sangat terkenal. Memang tidak akan pernah ada yang bisa membuktikan teori itu, kalau Estrada memang hanya dimanfaatkan pamornya untuk kemudian dikorbankan....
Tapi cobalah pikirkan, dari latar belakang politik, dari latar belakangsosial, dari latar belakang pendidikan, Estrada kalah jaaauuhhhh dibanndingkan Arroyo... Jaauuhh boookkk.... jauhh dari Jakarta sampe banyumas.....
Beruntung gw sempat sekali bertemu dengan Estrada sebelum kejatuhannya. Dan beberapa kali ketemu Madam Arroyo setelah jadi presiden. Terus terang jika dibandingkan antara keduanya.... Jaaauuhhh boookkk..... Jauh aja pokonya....Jakarta-Magetan masih kalah jauh.....
Politik itu memang kejam... dalam ketidakberdayaan kaum langit-langit tinggi itu.... Apa pun bisa terjadi.
Itulah potret bangsaku..... Mau bagaimanapun... I’m Fabulously Indonesia.... Jayalah Bangsaku....

No comments:

Post a Comment