whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Opportunities : Manageable Risk, Reasonable Expectation & Quantifiable compromise

Di Kuala Lumpur di salah satu mall ternama disitu, ada sebuah rumah
makan “yg katanya” khusus “menyajikan” Indonesian food. Di dalam daftar
menunya, kalau anda lihat, ada sederetan nama2 makanan yang memang sudah tidak asing untuk orang Indonesia; seperti, Pecal, Sayur Lodeh, Gulai Ayam, dan tentu yang paling terkenal Rendang.
Bila jam makan siang, dan waktu makan malam tiba, restoran itu penuh
sesak, dan orang2 sampai mengantri untuk dapat makan disitu. Antriannya bisa
sampai panjaaaanngg…. Jadi anda bisa titip nomer HP (tentu dengan member i tip ke waiter nya), kemudian anda muter2 keliling mall, nanti kalau giliran anda tiba, anda ditelponin, dan meja anda sudah disiapkan.
Gwe pernah 1x diajak makan kesitu oleh rekan2 bisnis gwe di KL. Sebelumnya, teman2 bisnis gwe ini sudah heboh sekali mengiklankan “restoran Indonsia” ini. Karena penasaran, gwe benar2 pengen nyoba.
Melihat ‘ambience’ nya yang asik, ramenya restoran itu, dan orang2 yang
ngantri, harapan gwe jadi benar2 berbunga2, restoran ini pasti menyajikan
masakan Indonesia yang sangat istimewa. Gimana tidak? Di KL bisa makan makanan Indonesia?? Woooo…assiiikkknyaaaa……
Tapi ow tapi, ternyata ow ternyata…. Makanannya saaanngaattt biasaa…
Menurut gwe, masih sangat banyak restoran padang di Jakarta yang jauh lebih
enak makanannya. Boleh saja nama2 yang tercantum dalam daftar menunya adalah nama2 masakan Indonesia, tapi rasanya???? Jauh panggang dari api.
Lodeh tidak berasa lodeh. Gulai seperti rasa sup, dan rendang??? Mana
ada rasa rendang yang manis???? Tapi itulah restoran Indonesia “versi” Kuala Lumpur… What do you expect???
Kalau restoran itu berani buat bumbu restorannya seperti bumbu rumah makan Indonesia beneran… pasti restoran itu tidak akan ada pengunjungnya di sana. Jadi memang sudah seharusnya dia menyesuaikan rasa masakannya dengan selera “sudare kandung kiter cik abang dan cik adek di saner”….. Rendang berasa semur manis?? Hehehehe……
Kejadian yang sama pernah gwe alami di Los Angeles dulu, ketika masih sekolah disana. Disitu juga pernah ada rumah makan Indonesia yang sangat
terkenal dikalangan para mahasiswa. Ada sate ayam dan sate kambing, ada pecal, dan sebagainya. Tapi rasanya jangan Tanya….
Gwe dan teman2 gwe kesitu kalau Cuma lagi pengen kangen2an aja dengan
suasana Indonesia. Sebab yang punya kebenaran orang Indonesia, pengunjungnya pun banyakan orang Indonesia. Jadi feeling at home aja, ngobrol bisa bahasa Indonesia tak perlu pelo2 jadi orang bule. Lumayan buat lepas kangen. Jangan Tanya soal makanannya, yang penting bisa kangen2an aja. Sekarang gwe dengar restoran itu sudah tidak ada lagi.
Gwe bukan orang yang terlalu senang wisata kuliner seperti mas Bondan
Winarno. Yang bisa asyik dan maakkk nyyuuusss makan segala macam makanan. Gwe orang yang berselera kampung. Suka masakan ibu gwe dan baso tennis di Senayan. Jadi gwe bukan orang yang terlalu berani ambil resiko soal makanan. Kalau diajak makan ke restoran, dan disuruh milih, gwe lebih memilih restoran2 yang itu2 aja, yang sudah gwe kenal makanannya. Gwe bukan orang yang terlalu berani mencoba makanan2 baru.
Pernah gwe diajak makan Chinese food sama teman gwe ke Kelapa Gading,
sewaktu istirahat makan siang. Katanya Chinese food di restoran ini enak
sekali. Padahal teman gwe ini sudah tau banget, gwe orang yang berselera kampung dan “sangat pemilih” soal makanan. Tapi dia meyakinkan gwe, bahwa
Chinese food di restoran ini sangat enak. Pasti gwe suka.
Pergilah gwe kesana atas bujukannya. Dengan harapan dapat mengenyangkan
perut dan menghilangkan mumet. Tapi ow tetapi…. Ternyata ow ternyata…. Makanannya menurut gwe sangat biasa. Tidak jauh beda dengan Chinese food pinggir jalan Sabang di Menteng. Ngapain gwe jauh2 ke Kelapa gading buat makan? Nahan lapar dan mumet sepanjang jalan??? Ooowwaalllaaahhh….. Sambil menahan mumet, ya balik lagi gwe pesen mie baso seporsi….
Kemaren, libur hari kemerdekaan, kebenaran long week end, gwe dan
teman2 gwe sepakat liburan ke Pulau Langkawi di Perlis, Malaysia. Ada sebuah
resort yang konon kabarnya sangat bagus disitu. Resort itu direkomendasikan
oleh salah seorang rekanan bisnis penting kita di KL yg terkenal sangat suka
traveling dan kita tahu berselera bagus untuk tempat2 wisata. Tentu dong kita
percaya. Apalagi dibumbui cerita, resort ini jadi tempat kesukaan Michelle Yeoh
dan beberapa nama besar lain untuk istirahat.
Kebenaran hampir semua teman2 gwe bisa ikutan pergi. Liburan pendek Cuma
3 hari, Malaysia memang jadi destinasi yang pas. Hanya satu orang teman yang
tiba2 batal pergi karena urgent matters. Kapan lagi bisa kumpul2 bareng kan?
Pergilah kita dengan penuh semangat. Bawa rombongan anak istri.
Itinerary di Malaysia diaturkan oleh rekanan bisnis kita di KL tadi. Dipilih Biro Perjalanan yang sudah jadi langganan dia, dan kita tau merupakan biro perjalanan kelas satu di Malaysia. Dari biro ini pun kita dapat informasi,
kalau resort ini memang kelas satu. Tambah senang dong…..
Berangkat dari Sukarno-Hatta, kita masih senang2 dan ketawa-ketiwi. Malamnya, sesampai di hotel di KL, Seseorang dari biro perjalanan sudah menunggu dihotel, kita dikabari bahwa kita akan dijemput oleh tour guide senior mereka, bernama Mat Sukur (Nama samaran tentu). Besoknya pagi-pagi, selesai sarapan, kita dijemput dengan private bus ke bandara. Masih dengan penuh semangat tertawa-tawa. Bercanda-canda akan ketemu Michelle yeoh, Maggy Q, Pangeran Andrew dan Edison Chen (anda yg doyan cerita esek2 internet pasti kenal playboy Hongkong 1 ini) di sana. Nama2 yang katanya pernah ke resort ini. Kita diberitahukan oleh Tour Guide yg datang (seorang gadis lumayan cantik), bahwa Mat Sukur tidak bisa datang,
karena ada sesuatu halangan, jadi akan digantikan oleh dia. Masih tidak
apa2. Masih bercanda dan ketawa ketiwi.
Pesawat berangkat ke Alor Star tepat waktu. Sampai juga tepat waktu.
Masih dengan semangat. Nanti Kalo ketemu Michelle Yeoh minta diajarin jurus
harimau menerkam dari film “Crouching Tiger, Hidden Dragon”. Ketawa-ketiwi.
Keributan kecil sampai Alor star. Kita dijemput dengan beberapa Toyota
Alphard. Kita dari awal memang sudah minta, kalau kendaraan sebaiknya pakai bus saja. Sebab lebih enak karena bisa kumpul jadi satu, tak perlu pisah2. Jadi
bisa ketawa2 bareng. Tapi tour guide itu memberikan alas an, jalan kearah
resort itu nanti akan “agak” sempit, jadi naik bus akan kurang enak. Lebih baik
naik mobil agak kecil. Oke lah, tidak apa2 mereka lebih tau.
Gimana cara pembagian kendaraan? Para bapak maunya sesama bapak, biar
bisa ketawa2. Istri2 pun maunya ngumpul sendiri aja, biar bisa ngerumpi, kalo
ada bapak tidak asik, katanya. Nah anak2 pigimana? Akuuu maauuu sammaa mamaaa…. Akkuu mauunya samaa pappaaaa…. Huuuwwaaaa….. Pusing gak lo?
Akhirnya? Balik lagi, satu keluarga satu mobil. Dan rupanya biro perjalanan sudah diinfokan berapa keluarga yg datang. Jadi Toyota Alphardnya jumlahnya persis dengan jumlah keluarga. Hebat!!
Berangkat ke pelabuhan Ferry. Jalan tidak sempit, naik bis masih bisa,
buat apa Alphard?
Ow..nanti mobil ini yang kita pakai sampai resort. Ow..mobilnya bisa
ikut nyeberang pake ferry. Kata tour guide yang cantik molek itu. Oke deehh….
Sampai pelabuhan Ferry. Lho.. mobil mesti ditinggal… tidak ikut nyeberang….
Kenapa? Kenapa? Katanya mobil boleh ikut nyeberang. Ow..sabar, bukan itu
masalahnya. Ternyata kita akan dijemput dengan mobil resort yang akan kita
kunjungi di P. Langkawi. Ow, begitu…okke deeee…. Beres.
Ferry berangkat. Agak jorok ya kapalnya…, kamar mandinya juga jorok.
Kata ibu2 arisan kecamatan. Mulai ngomel.
Sampai di Langkawi….. Lho??? Mana jemputannya???
Si guide agak bingung, mungkin agak kelelahan. Ow ada miscommunication….
Tunggu sebentar.
Dia mulai telpon2an. Sepertinya ke kantor, dan kemudian ke resort. Agak
lama.
Anak2 mulai ribut. Ibu2 arisan ngomel mulai rame, walau masih
bisik-bisik.
Well… ada miscommunication, resort mengira kita akan datang dengan
kendaraan sendiri. Awalnya memang begitu, tapi disaat-saat akhir Biro
perjalanan sudah merubahnya dan menginfokan bahwa kita  minta dijemput. Well, oke.. mana jemputannya??
Ow, tunggu sebentar… mobil jemputan akan segera datang dari resort….
Berapa lama?? Well… lebih kurang 1 jam… soalnya resortnya “agak” jauh…..
Bapak2 sekarang mulai ngomel. Lebih baik sewa kendaraan saja. Kalau
harus menunggu begitu lama.
Tour guidenya masih coba tenang. Tamu2 VIP mulai ngoceh…. Gawat.
Tour guidenya Telponan lagi sana sini. Kita nunggu dan omelan semakin
panjang.
Oke akan ada mobil jemputan segera.
Nunggu 30 menit… 45 menit…. Mobil belum datang. Mana????
Ini disuruh nunggu mobil resort apa memang ada mobil sewa cadangan???
Mobil cadangan kok…., Kantor pusat sudah meminta rekanan di Langkawi untuk segera kirim mobil jemputan.
Iya mobil cadangan...Tapi mana????? Akhirnya mobil datang. Cuma ada 3
mobil. Mana cukup????
Tour guide mulai kelihatan panik, telponan lagi. Oooww…akan ada mobil
susulan. Sudah dipesan 10 mobil.
Nunggu lagi… Datang lagi 4 mobil.
Sudah… sebagian berangkat aja duluan. Sisanya nunggu. Tidak… enakan
berangkat bareng. Senang sama2 susah sama2. Okke deeeehh…. Mulai lagi coba ketawa2.
Satu jam lebih nunggu, akhirnya bisa berangkat. Mobil resort yang
katanya akan datang 1 jam. Belum juga nongol. Coba tadi harus disuruh nunggu, bisa jadi patung nunggunya.
Berangkat ke resort. Berapa jauh??? Tidak begitu jauh. Paling 1 jam.
Okke dehhh….
Jalanan makin menyempit. Seperti kata tour leadernya, memang lebih
bagus pake mini bus. Karena akan sulit buat mobil besar jalan. 1 jam….. Sudah
mau sampe? Sebentar lagi…. Anak2 mulai gelisah….
Jalanan makin menyempit. Kalau ada mobil papasan, salah satu mobil harus
berhenti. Mobil harus berjalan lebih pelan.
Sudah mau sampe belum??? Tiba2 mobil paling depan berhenti….. Semua ikut
berhenti…
Ada apa? Ada apa? Ooww..ow,, kelewatan…salah jalan….
Lha apa gunanya tour leader itu? Ow… dia baru kali ini kesini. Yang
sering antar tamu kesini itu Mat Sukur. Guide cantik molek ini, baru sekali ini
kesini…??? WHAT?????????
Dia bawa peta tidak?? Tidak, soalnya tadi dia kira akan dijemput oleh
mobil resort. Jadi????
Baru kita tahu, bahwa perubahan acara jemput-menjemput dipelabuhan
Ferry itu dirubah saat2 akhir, karena tour guidenya kurang Pede takut nyasar kearah resort. Jadi lebih baik dijemput saja. Perubahannya memang dadakan. Jadi pantas ada miscommunication karena perubahan yang dadakan. Okke deeehh…tidak apa2.
Bolak balik muter2….sudah 2 jam. Nyasar kesana-sini. Kita mulai
telpon2an antar mobil. Mulai cekakan mengoceh kesialan. Telpon teman di mobil paling depan, Lagi apa guide kita? Si tour guide di mobil yang paling depan, katanya sedang sibuk nelpon sepanjang jalan. Berbahasa mandarin, biar orang semobil tidak ngerti…. Okke deeee…..
Sampai akhirnya mobil paling depan berhenti. Semua berhenti. Si guide
sudah give up. Menyerah. Tidak tau lagi mengarahkan jalan. Jadi dia sudah
mendapat instruksi dari kantor pusat, lebih baik nunggu disatu tempat yang
gampang ditemukan, dan nunggu jemputan dari resort.
Owwwaalllaaaa….. apa gunanya bawa guide????? Kalo begini kita sendiri
juga bisa….
Yooo wiissss…mo gimana lagi??? Yak..mari kita nunggu… sambil ngupi2…
lagian anak2 sudah pada gelisah.
Menunggu lagi…. 1 jam lebih…. Tour guide yang cantik molek itu sudah
kelihatan panic tak ketulungan. Omongannya sudah dicuekin semua orang.
Ditawarin ngopi pun dia sudah tak berani menerima.
Akhirnya mobil resort datang. Anak2 kecil sudah pada kecapean. Ibu2
arisan dandanannya mulai berantakan… hehehehe…..
Yak…berangkat lagi…. 1 jam lebiiiihh… nyasarnya sudah kejauhan…. Jalan
kearah resort memang ajaib. Tanpa peta, besar kemungkinan akan nyasar. Kalau Cuma diarahkan dengan telpon, apalagi yg mengarahkan dari Kuala Lumpur… beratus kilometer jauhnya dari lokasi… 100% pasti nyasar.
Sudah kelaperan, cape nunggu, nyasar2, sampe juga di resort….
Kekecewaan kita terobati. Resort itu memang sangat bagus. Pemandangan
sekelilingnya sangat menawan. Sungai… gunung… kebun…sawah…. Bagus sekali. Pantas menjadi tempat peristirahatan kelas satu.
Tapi kita sudah kadung kecewa. Keasikan tamasya kita sudah sedikit
ternoda. Perjalanan kearah resort sudah menghabiskan enerji.
Hari itu kita sudah tidak bisa ngapa2in. Sudah terlalu cape
diperjalanan. Anak2 begitu sampai ada yang langsung tertidur kecapean.
Gwe mandi, kemudian kumpul dengan teman2 gwe. Ngopi sambil melihat
keindahan suasana disekeliling resort. Matahari mulai tenggelam… baguuss sekali warnanya. Semua masih ngomel tentang kejadian diperjalanan. Kalau tahu seperti ini, liburan di bali mungkin lebih enak. Dan kita tahu banyak resort dibali yg pemandangannya tidak kalah bagus. Libur hanya 3 hari.. kita sudah menyia2kan 1 hari buat perjalanan….
Besoknya kita tidak ngapa2in. Sudah kehabisan enerji kesal. Kita Cuma ngumpul disalah satu villa, kemudian semua buka notebook, dan log-in ke Friendster, update Friendster bareng2….
Sambil ketawa-ketawa…. Mau gimana lagi??? Susah menghilangkan kecewa pada kejadian awal. Sebagus apa pun hal itu, tetap…first impression menentukan.
Meskipun kekecewaan kita diperjalanan paid off, karena resort itu benar
bagus, tetap saja, keindahan resort itu sudah cacat, karena kekecewaan diawal
perjalanan.
Ekspektasi kita sudah terlalu tinggi diawalnya.
Orang pernah bilang sama gwe, Chinese food itu paling enak di Hong
Kong. Bukan di Main land China sendiri.  Restoran paling terkenal disana tentu saja kamu semua sudah tau, Floating restoran itu tentu. Gwe tidak perlu sebutkan namanya lah. Terus tentu restoran dipuncak bukit itu yang terkenal itu. Yang konsepnya coba2 diikuti salah satu restoran di Bandung itu lho…. Tapi kalau kesini, teman2 gwe memang sudah wanti2 … makanan nomer
dua… lu kesini beli suasana… kalo mau makan bener jangan disini. Biarpun
katanya koki Chinese food direstoran terapung ini, terkenal koki paling mahal
di Hongkong. Tapi makanannya tetap nomer dua. Jadi ekspektasi sudah dibuat
duluan… yaaa makan di restoran ini cuma sambilan, ngobrol nya yang penting……
Lidah gwe memang lidah kampung. Sea food di gedung Manggala wahana Bakti masih lebih enak menurut gwe. Atau Sea food di pinggir jalan kea rah Orchad Road di Singapore, juga masih lebih enak. Biar juga orang bilang, Singaporean Sea food, tidak begitu enak. Tapi selera orang memang beda2kan??
Gwe memang tetap orang yang tidak mau beresiko soal makanan. Daripada kelaparan dan tidak enak makan, gwe lebih baik pergi ke Mac D, dan makan ayam goreng. Itu yang paling aman. Daripada makan yang aneh2… terus kemudian gwe menderita kelaparan karena hanya bisa makan sesuap.
Memilih teman, sama tidak ya seperti memilih makanan dan tempat nyantai
buat libur?? Sama tidak??
Kamu yang paling tahu diri kamu. Orang seperti apa yang kamu expect.
Kamu harapkan menjadi teman. Kalau terlalu sulit menemukan teman seperti yang kamu harapkan, apakah kamu mau compromise, dan menurunkan standard expectasi kamu? Memang itu terpulang kembali ke diri masing2.
Seberapa besar resiko yang ingin kamu ambil, dan seberapa bagus hasil
yang ingin kamu dapat.
Morale of the story, take your own risk. Berhitunglah, apakah resiko
yang kamu pertaruhkan masih dalam koridor yang dapat kamu manage? Is it still a manageable risk? You answer yourself. Jawab sendiri. Seberapa besar kamu mau compromise. Dan seberapa besar kamu mau berkorban.
Empat tahun bukan waktu yang pendek. Seiseng apa pun itu, 4 tahun
berkutat di banyak chat room, sudah mengajarkan kita sesuatu. Kalau pun kamu bilang kita tidak sungguh2 berupaya, sekali lagi, 4 tahun bukan waktu yang pendek. Kamu belajar, kamu sudah jadi sarjana dalam 4 tahun.
Again… how far do u want to compromise and sacrifice…. Is it worth
that much???
You answer………….

No comments:

Post a Comment