whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Wisdom == The Marriage of Figaro and The Day of Madness

ACT I: Opening
Tempo music, Andantino, suasana latar Lounge sebuah hotel bintang lima
di Jakarta. Pesta bujang (bachelor party) seorang pria. Seorang sahabat yang
akan mengakhiri masa-masa panjang kesendiriannya.
Ini bukan Perkawinan Figaro, Le Nozze di Figaro, buah karya Wolfgang
Amadeus Mozart yang terkenal itu. Ini hanya kumpul-kumpul sesama sahabat gua,
untuk berbagi cerita tentang rumah tangga.
Dalam kumpulan sahabat-sahabat dekat gue yang hanya segelintir, teman
gue ini adalah teman terakhir kita yang mengakhiri masa lajangnya. Sebelum dia,
hanya diantara sahabat dekat gue, sudah beberapakali kita melakukan pesta
bujang. Sebelumnya, biasanya suasana
latar yang gua gambarkan itu, sangat jauh berbeda.
Sampai hampir separo sahabat-sahabat gua menikah, suasana pesta bujang
selalu hiruk-pikuk. Pesta hingar-bingar. Dengan tempo music minimal Allegro
atau Allegrissimo. Sedikit barbar.
Sampai setelah sahabat kelima gue menikah, setelah itu, pesta bujang
berikutnya semakin moderato, sampai akhirnya andantino. Tak ada lagi pendar
gemerlap pesta. Tak ada lagi gaun sexy, rok mini, dan paha mulus. Pertambahan
umur, kelahiran anak, merubah dan menjungkirbalikkan semua kebiasaan kita. Pesta
bujang berubah menjadi ajang kumpul-kumpul paling menarik dan paling dinantikan.
Paling emosionil, menjadi lem perekat tali persahabatan paling mujarab.
Ada beberapa kejadian dalam kehidupan sahabat kita, yang menjadi
keharusan hutang darah buat kita untuk dihadiri. Tanpa perlu kesepakatan
tertulis dan perjanjian. Seperti menjadi kewajiban hidup.
Pernikahan, Kematian orang-orang terdekat, dan Pesta Bujang. Itu
menjadi kejadian yang harus dihadiri oleh kita semua. Tanpa alasan dan kecuali.
Harus hadir.
Seperti pesta bujang terakhir diantara lingkaran sahabat kita ini,
semua mengharuskan diri untuk hadir. Dua teman gue harus mempersingkat
perjalanan bisnis ke luar negeri, agar bisa balik ke Jakarta menghadirinya. Gua
sendiri harus rela melakukan perjalanan Jakarta – Kuala Lumpur bolak balik
dalam sehari. Dan teman kita satu lagi, memaksakan diri datang dengan memakai
jacket tebal berlapis tiga, karena masih demam. Kewajiban hidup untuk hadir.
Ketika sahabat pertama kita memutuskan untuk menikahi pacarnya, hampir
semua kita terlongong-longong terbodoh-bodoh. Tak percaya. Terus terang semua
menyangsikan pernikahan adalah hal terbaik yang harus kita jalani. Buat kita kebebasan adalah hal
yang tak dapat ditawar-tawar. Apalagi diluaran sana kawin cerai ibarat makan
permen. Tidak suka, tinggal dimuntahkan.
Tapi seiring perjalanan waktu, ketakutan akan pernikahan itu, tidak
terbukti sama sekali. Waktu jua yang akan menjawab, time will tell kata
orang-orang bijak.
Gua teringat pesan bokap gua, dulu ketika menasihati gua untuk segera
menikah. Lembaga pernikahan itu diciptakan sendiri oleh Sang Maha Pencipta.
Sudah setua peradaban manusia. Dari semenjak Nabi Adam dan Siti Hawa.
Pernikahan itu sudah menjadi lembaga hingga kini. Meskipun berjuta-juta manusia
gagal mempertahankannya. Tapi tetap saja lembaga itu ada hingga kini. Pasti ada
sesuatu yang baik didalamnya. Sehingga lembaga itu dapat bertahan selama itu.
Kalau tak ada kebaikan di dalamnya, sudah lama lembaga itu hancur seperti
halnya budaya-budaya lain buatan manusia. Kalau tak ada kebaikan didalamnya,
sudah lama pasti manusia meninggalkannya.
Pernikaha itu bukan hanya sekedar melembagakan pengesahan berhubungan
sex. Atau sekedar peresmian pelembagaan penerus keturunan. Kalau hanya sekedar
itu. Sudah lama mungkin pernikahan tidak tercantum dalam kamus-kamus
orang-orang seperti kita. Yang sangat hedonis dan menikmati hidup. Pernikahan
jauh lebih dalam dari itu.
Dan gua baru bisa mengerti nasihat bokap gua, saat ketika untuk pertama
kali anak gua bisa memanggil gua abuya. Tak ada yang bisa menggambarkan
kebahagiaan itu. Hal yang tak akan bisa dimengerti lelaki yang belum memiliki
anak. Dan ketika anak gua sakit demam tinggi, dan dia tetap menggenggam kuat
jari tangan gua saat dia tidur, tidak mau melepaskannya. Cobalah gambarkan
gimana rasanya.
ACT II: Overture
Tempo music, Staccato Andante, suasana latar beberapa lelaki sedang
berdiskusi dengan emosional dalam pesta bujang.
Ini bukanlah perkawinan Figaro, kita bukan sedang berdiskusi untuk menjatuhkan
siapa-siapa. Bak konspirasi dan plot Figaro, Susanna, dan Rosina untuk
menjatuhkan Count Almaviva. Kita hanya mendiskusikan tuduhan gerombolan
kuntilanak yang ditujukan kepada kita yang dicap sebagai penjahat kelamin kelas
kakap.
Saudara-saudara perempuan kita yang berkomplot dengan istri-istri kita
memang sangat sering menyudutkan para lelaki. Dan gua tidak ingin membela
siapa-siapa. Pun tidak ingin menjatuhkan siapa-siapa. Sudah lama kita ingin
membalas tulisan mereka itu. Tapi kita tau saatnya belum tepat. Perempuan,
apalagi sedang menjelma jadi kuntilanak, kalau sedang emosi jangan dilayani.
Tunggu sampai dia berubah jadi perempuan lagi. Baru bisa bicara. Kalau tidak.
Perang darah akan terjadi. Bayangin aja kalau km berantem dengan saudara perempuan
kamu. Mulut siapa yang paling tinggi nadanya? Suara tenor setinggi apa pun
tidak bisa memecahkan gelas penala. Namun suara soprano, sudah terbukti bisa
memecahkan gendang telinga.
Dalam hal hubungan pria dan wanita, juga dalam pernikahan, selalu ada
dua pribadi yang terlibat. Tidak mungkin hanya satu. Kecuali orang gila
berpacaran. Bisa.
Kalau perkawinan lu berantakan? Jangan salahkan siapa-siapa. Pacar lu
bajingan? Kamu mau menyalahkan siapa?
Coba simak video-video porno itu, ada lelaki dan ada wanita disitu.
Kenapa hanya lelaki yang dipojokkan dan disalahkan? Apa iya hal itu bisa
terjadi hanya karena ulah para lelaki?
Lihat saja gaya Paris Hilton dalam video mesumnya itu. COBA LIHAT!
PERHATIKAN BAIK-BAIK!! Apa ada kesan dia jadi korban dalam video itu? Dia
justru bergaya dan berpose.
And do you expect us to put more sympathy on her? Not even a chance!
Forget a live time! NOOOOTT in a live time dear….
Coba lihat, ada cewenya sendiri yang justru mengatur letak camera dan
pengambilan gambar. Ada yang bahkan meminta untuk direkam sendiri. Berpose
dengan gaya sensual….. bbeeuuhhh….
99% wanita-wanita itu melakukannya dengan suka rela. Lantas dimana
letak kesalahan lelaki? Hanya karena banyakan yang terlihat wajah-wajah
wanitanya?
Again darling, siapa suruh jadi manusia sebego itu??
Coba lihat gaya salah satu mahasiswi Widya Mandala yang menghebohkan
itu. Dan coba deh Tanya reputasi perempuan cantik itu di kampusnya dulu. Coba
Tanya……
And you all expect us to be more sympathetic on these?? Pleaseee…..
Memang ada yang menangis tersedu-sedu saat “dihajar” habis-habisan sama
cowonya. Tapi gua bingung, dimana tangan tu cewe? Dimana kakinya? Dimana
teriakannya? Apa dia ga bisa nendang? Ga bisa nyakar? Ga bisa teriak? Tapi
sambil menangis… disuruh nungging….eehhh malah ikutan nungging…. Cuma
terisak-isak bilang “kamu jahaaaatttt…” …. Beeuuhhh…..
Kalau kasihan, terus terang gua kasihan, tapi kalau disuruh ikut
berempathy?? Weeeyy…nanti dulu….
Tidak semua perempuan itu baik, sama halnya tidak semua lelaki itu jahat.
That’s the fact.
Nasihat kita tetap berlaku. Kalau lu mau diajak berbuat tak senonoh
didepan camera. Kalau terjadi apa-apa, jangan pernah menyalahkan siapa-siapa,
salahkan diri sendiri yang sudah begitu bodoh mau melakukan hal-hal seperti
itu.
Kalian sendiri yang bilang, boys will be boys, lelaki adalah buaya…
lantas kenapa mau masuk ke perangkap buaya??
Buat kami,...anda menolak…yaaa…bagus deh… masih ada hari esok…
Tapi kalau mau?? Wuuuyyy…marree…marreee…. Lantas, siapa yang bodoh? Kok
menyalahkan lelaki?
Masalah oknum polisi yang melecehkan itu? Itu sudah diluar konteks,
buat kami pun, pelecehan itu bukan hal yang bisa ditolerir. Gua juga punya ibu
yang wanita. Gua terlahir dari rahim wanita. Punya saudara-saudara wanita. Dan
coba deh lihat teman-teman gua, kasih contoh satu orang saja, satu orang saja
yang tidak demikian hormat sama ibunya. None, zip, nil, nada, caput, tak
ada..!!! Sedemikian hormatnya, sampai tak berani melangkahi ucapannya. Bahkan
bersuara tinggi sekalipun kepada ibu tidak pernah.
Tapi kalau wanita itu datang padamu. Berhitung dengan materi. Atau
meninggalkan pacar lamanya untuk bisa kamu pacari, hanya gara-gara deposito
kamu berlipat-lipat dari cowonya. Bagaimana mungkin kamu bisa menaruh hormat?
ACT III: Finalle
Tempo music: Allegro con brio incalzando. Suasana latar, para lelaki
yang saling berpelukan di depan sebuah mobil Mercedes Benz berwarna silver.
Ini bukan Perkawinan Figaro. Ini bukan saat-saat ketika count Almaviva
berteriak tinggi, menyuruh tentaranya menangkap Figaro. Ini hanyalah pernyataan
akhir para sahabat yang merestui pilihan hidup salah seorang sahabat terdekat.
Ada banyak memang perkawinan yang berantakan karena para suami yang
selingkuh. Namun tak kurang banyaknya istri-istri yang juga melanglang buana ke
pelukan laki-laki lain. Dalam perkawinan dibutuhkan dua orang untuk berbagi.
Tidak hanya seorang. Salah satu pincang, rumah itu akan rubuh. Keduanya harus
berdiri sama tegak menjadi pilar.
Men and women, we are in this together. Jangan pernah menyalahkan
siapa-siapa. Kita dikaruniakan Tuhan kemampuan menganalisa dan berpikir. Jangan
pernah berpikir pendek hanya untuk mendapatkan kenikmatan sesaat. Dan bila kamu
melakukan sekali kesalahan, jangan pernah mengulangnya untuk kedua kali.
Ada kisah bagus dari seorang tetangga jauh. Lelaki muda, tampan,
enerjik, penuh harapan. Dari keluarga terpandang, cerdas dan berprestasi.
Pokoknya typical idaman para wanita. Dan sudah tentu, jenis yang begini pasti
jadi play boy. Eiiitt…sekali lagi jangan salahkan dia.
Biasanya, cewe-cewenya selalu dari kalangan kelas atas dan super
cantik. Suatu kali dia berpacaran dengan cewe yang memang juga super cantik.
Tapi dari keluarga kelas biasa-biasa saja. Dan ketika dia mengenalkan pacar
barunya ke teman-temannya, semua terheran-heran kenapa dia bisa suka sm cewe
dari kelas biasa-biasa saja. Tapi setelah mengenal cewe ini lebih jauh, semua
temannya percaya dia wanita yang pas buat teman kita ini. Dan selalu seperti
biasa, dia tetap punya gebetan wanita-wanita cantik disana-sini.
Tiba-tiba saja hanya dalam tempo empat bulan berpacaran, dia memutuskan
si cewe. Tentu saja kita terheran-heran kenapa. Dan ketika kita Tanya
alasannya, terus terang jawabannya memang sangat dangkal dan chauvinist..
bersoraklahhh…heyy para kuntilanak…. Dia memutuskan gara-gara si cewe tidak mau
dia ajak tidur. Tidak mau ML kasarnya.
Dan setelah putus, tentu saja bak kumbang madu, tetangga kita ini
secepatnya dapat kembang-kembang super cantik berikutnya. Gonta-ganti
kesana-kemari.
Kita tahu si cewe itu patah benar hatinya. Tapi wanita hebat memang tak
pernah mau kalah dengan cobaan. Masih tetap ramah seperti dulu kalau ketemu.
Tetap bersahabat bila ada kesempatan berkumpul. Dia hanya sempat pacaran 1x
lagi dengan laki-laki lain, sementara tetangga kita itu sudah kelayaban entah
ke berapa wanita.
Cewe itu meneruskan kuliah S2. Lulus dengan baik. Dan bekerja di salah
satu perusahaan swasta.
Dan kita terkaget-kaget kembali setengah mati, ketika teman kita itu
tiba-tiba mengumumkan akan menikah dengan si cewe ini. Dan tau alasannya
kenapa?
Gua kayanya tidak perlu cerita… para kuntilanak jauh lebih tau
alasannya. Dan tidak baik membongkar rahasia tetangga.
Intinya, lelaki pasti akan lebih hormat pada wanita yang punya karakter
dan prinsip. Wanita yang tidak mengukur segalanya dari materi.
Kita harus mau belajar dari kebodohan dan kesalahan-kesalahan kita yang
sudah lewat. Juga dari kesalahan dan kebodohan orang lain. Kalau tidak mau
belajar, pilihan tetap ditangan anda sendiri.
Tumbuh menjadi tua dan dewasa adalah takdir Tuhan, tidak seorang pun
dapat menghalanginya. Tapi tumbuh dewasa dan menjadi lebih bijaksana adalah
pilihan. Anda bisa menjadi lebih virtue dalam hidup, atau tetap bodoh dan
menjadi mangsa orang lain, itu pilihan.
Jangan pernah menyalahkan siapa pun……….

No comments:

Post a Comment