whose side are you on

whose side are you on

Tuesday, November 18, 2014

BOOKS OF PERSPECTIVISM & RELATIVISM ++ The Standard and Logical Song ++



Para juragan sekalian, ada kultwit ini di chirpstory: ==>Perspectivisme dalam beragama

Untuk terkesan menjadi "orang yg bijaksana", seringkali kita terjebak untuk "merelatifkan" segala sesuatu. Terutama dalam hal-hal atau persoalan yang "tak terukur". Namun hal itu justru akan menimbulkan "kekisruhan", "chaos", dan "kebuntuan" akan kebenaran. Karena semustahil apapun masalahnya, "setidak-terukur" apapun masalahnya, sebagai manusia yg merupakan mahluk sosial dan berakal, harus ada STANDARDnya untuk segala hal dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat, untuk menjadikan peri kehidupan dapat berjalan "mulus" dan baik.
Tanpa STANDARD yg jelas, percaya deh, kehidupan manusia itu akan berantakan dan tidak mungkin dapat berlanjut. Sebab akan menjadi hil yg mustahal untuk menemukan kebenaran dan keadilan, sebab tidak ada standard yg menjadi ukuran dan patokannya. Bahkan untuk hal-hal yang tak terukur sekalipun, HARUS ADA STANDARD YG JELAS, agar peri kehidupan bersosial dan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik, tanpa ada chaos.

Bisakah kamu bayangkan keidupan sebuah masyarakat/negara/bangsa dapat berjalan tanpa adanya konstitusi, Undang-Undang, dan segala peraturan bermasyarakat? Konstitusi, Undang-Undang, dan peraturan itu adalah STANDARD bagi sebuah masyarakat/bangsa/negara. Di luar norma-norma budaya atau kebiasaan-kebiasaan umum dalam masyarakat, yang akan menjadi STANDARD TAK TERTULIS dalam sebuah kehidupan sosial bermasyarakat.
Bisa kamu bayangkan kalau setiap manager dalam sebuah perusahaan mengambil keputusan sesuka hati berdasrkan "perspective" masing-masing setiap manager? Tanpa SOP (Standard Operating Procedure) dalam sedetik bubar jalan langsung perusahaan itu. Chaos. Berantakan.

TANPA STANDARD DAN ATURAN YG JELAS, bisakah kamu membayangkan sebuah kelompok masyarakat memutuskan untuk "menerapkan standard kebenaran" harus berdasarkan perspektif masing-masing individu dalam masyarakat tersebut? Tidak ada undang-undang atau konstitusi yg menjadi standard. Semua bebas mengasumsikan stndard kebenaran menurut perspektif masing-masing anggota masyarkatnya. Bisa kamu bayangkan sebuah masyarakat seperti itu? Itulah yg diajarkan oleh paham "PERSPECTIVISME". Paham yg mengajarkan, keadilan itu harus dinilai berdasarkan perspective setiap individu. BETAPA BODOHNYA!! Dan itulah yg diajarkan oleh bung @sahal_AS dalam kultwitnya di atas.

Mari kita ambil contoh seorang perampok, dan yg dirampok, dalam mencari kebenaran dan keadilan. Kebenaran dan keadilan itu adalah hal-hal yg tak terukur. Dan kalau berdasarkan paham "perspectivisme" di atas, kedua orang perampok dan yg dirampok, akan sama benarnya. Karena apapun situasinya, pasti si perampok akan punya sejuta alasan untuk pembenaran perampokan yg dilakukannya. Demikian pula yg dirampok, akan punya sejuta alasan untuk merasa diperlakukan tidak adil dan semena-mena. Jadi bagaimana mencari kebenaran dan keadilan dalam situasi tersebut? Harus ada STANDARD yg "menghitungnya". Dan dalam sebuah masyarakat, Konstitusi dan Undang-Undang adalah STANDARD itu.
Jika dibawa ke pengadilan, hakim harus memutuskan "kebenaran" dan "keadilan" berdasarkan STANDARD itu, tidak boleh berdasarkan perspektif diri sang hakim sendiri. Kalau semua individu yang terlibat memutuskan "kebenaran" dan "keadilan" berdasarkan perspektif masing-masing pihak, hancur, rontok bubar jalan masyarakat itu. Tidak menunggu lama, masyarakat itu pasti akan musnah dari peredaran.

Menurut kamu, secara fisik, cantikan mana Sandra Dewi atau mpok Nori? Atau gantengan siapa Dude Herlino atau Mas Sule? ((Maaf ya mpok Nori dan mas Sule, cuma sekedar intermezzo))
Untuk kesopanan dan biar dianggap "bijaksana", umumnya orang akan menjawab, cantik dan ganteng itu relatif. Agar tidak terkesan arogan untuk mengatakan seseorang itu "jelek" atau "tidak cantik". Masuk aliran Relativisme dan Perspectivisme. Itu sebenarnya bukan jawaban orang "bijaksana", tapi jawaban orang dungu dan tolol. Sudah terang dan jelas kan jawabannya?
Setidak terukur apapun "kecantikan dan ketampanan" itu, TETAP ADA STANDARDNYA!!
Kalau ketampanan dan kecantikan itu tidak ada standardnya, bagaimana mungkin seorang Casting Agent dari sebuah Production House membuat iklan begini "Dicari dan dibutuhkan wanita kategory "Cantik kelas A". Sekali lagi "kategory cantik kelas A". Kalau tidak ada STANDARD-nya, wanita gembrot, jerawatan, kaki burikan, leher panuan, akan ikut mendaftar, dan segera diorbitkan jadi bintang, karena cantik kelas A itu tidak ada standardnya!!
Jadi berhentilah berpura-pura, dan bermimpi menjadi orang bijaksana, dengan mengajarkan pembodohan berjudul relativisme dan perspectivisme. Hanya orang bodoh dan dungu yang mau termakan propaganda dungu semacam itu. Silau dengan istilah-istilah "keren" dan "kebarat-baratan". Padahal pembodohan paling runyam dan tak mutu.

Sama halnya dengan agama.
Gua dulu, sewaktu memutuskan untuk mengambil Islam sebagai agama gua, bukan karena "secara kebetulan" orang tua gua beragama Islam. Keputusan gua untuk mengambil Islam sebagai agama gua, melalui jalan panjang dan berliku. Sebab mencari KEBENARAN itu memang harus memerlukan perjuangan. KEBENARAN itu bukan dilahirkan, namun diperjuangkan!
Akan percuma dan sia-sia gua shalat 5x sehari semalam. Berpuasa, berzakat, pergi Haji, dan sebagainya yg semuanya memerlukan usaha, waktu, dan biaya yg tidak sedikit, jika ternyata gua tahu hal itu adalah KESALAHAN. Islam itu ternyata salah, betapa sia-sianya gua hidup sebagai manusia.
Begitupun penganut agama-agama lain, betapa bodohnya hidup sepanjang hayat, melakukan segala ritual keagamaan, jika ternyata kemudian agama yg kamu anut adalah KESALAHAN. Betapa sia-sianya hidup!! Segala hal yang dilakukan atas nama agama, ternyata pada akhirnya akan menghasilkan angka NOL BESAR.

Jadi bagaimana menentukan agama mana yg benar? Dari sekian banyak agama? Mau pakai perspektif diri sendiri? Seperti yang diajarkan bung @sahal_AS? Mau pake paham relativisme? Semua agama benar? Apa begitu? Karena semua berdarkan relativisme dan perspektif masing-masing, lantas buat apa beragama? Bodoh benar semua orang yg beragama itu, karena segalanya relative dan benar, terganung perspektif masing-masing individu. Betapa dungu dan tololnya. Lantas buat apa beragama? karena menjadi atheis pun akan sama benanya, tergantung perspective masing-masing, dan kebenaran itu relative. Iya bukan?

Jadi kalau begitu, apa STANDARNYA untuk menentukan suatu agam itu benar atau salah? Karena segala sesuatu itu harus ada standarnya. Jika kamu tidak mau dikatakan orang dungu dan tolol, pake otak, pake logika! LOGIKA ITULAH STANDARDNYA! Jadilah orang pintar untuk mempertanyakan kebenaran agama kamu. Sama seperti pak Hakim yang memutuskan perkara si perampok dan yg di rampok, dengarkan semua perspektif individu yg terlibat. Pembela akan menyuarakan perspektif si perampok, dan jaksa penuntut akan menyuarakan perspektif yg dirampok. Gunakan logika dan pakai standard undang-undang dan konstitusi. Baru kemudian putuskan.
Dalam beragamapun sama saja. Bandingkan semua agama. Buat pertanyaan-pertanyaan PALING MENDASAR mengenai Ketuhanan dan Keimanan dasar. SATU KALI SAJA kamu menemukan ketidak sesuaian dengan logika, tinggalkan agama itu. Begiulah cara beragama yg benar! Bukan karena ikut-ikutan dan keren-kerenan. Bukan karena perspektif suka-suka km sendiri. Bukan karena standard ganda relativisme, semua agama relative dan benar. Atheis pun relative dan benar. Tuhan pun relative benarnya, antara ada dan tiada. Sumpah, ketawa ngakak.

Dan kalaulah karena mempertanyakan legitimasi LOGIKA sebuah agama, kemudian kamu dituduh dan disamakan dengan "Orientalis" yg mengobok-obok Islam, itu adalah kebodohan yg lebih terlihat lagi. Kibaran bendera kedunguan yg tidak paham akan sejarah Islam.
Gua bisa mengerti bila tuduhan itu datang dari orang Non-Islam, namun apabila tuduhan itu datang darI Orang yg mengaku dirinya Islam, apalagi konon kabarnya diakui sebagai seorang cendikiawan, maka gua benar-benar tak tahu lagi apa sebutannya orang semacam ini.

Sekali lagi, STANDARD PERTAMA bagi kebenaran sebuah agama itu adalah LOGIKA. Baru setelah itu kamu berbicara IMAN. Karena kalau pada awalnya saja untuk menerima kebenaran sebuah agama kamu sudah dipaksa harus BERIMAN, itu akan menjadi dogma dan ketololan tak terampunkan!

Kalau yg diambil contoh adalah masalah "ayat-ayat gharaniq", untuk menyamakan pertanyaan logika agama dengan yg dilakukan oleh para Orientalis pada agama Islam, kalau kamu mengaku cendikiawan muslim, seharusnya kamu memahami sejarah Islam. Dalam hal ayat-ayat(tepatnya tafsir-tafsir) Gharaniq, seharusnya kamu memahami betul sejarah perseteruan Ali dan Ummayyah. Yang pada akhirnya membuahkan perpecahan Sunni dan Syi'ah. Ini adalah sejarah pahit dalam perjalanan Islam. Dan terus terang, dari antara sekian banyak Kekhalifahan dalam Islam, Dynasti Ummayyah adalah Kekhalifan yang "paling gua sebelin". Yg paling tidak gua sukai, dan sangat gua ragukan peninggalannya.

Pertikaian politik dan perebutan kekuasaan antara Ali dan Ummayyah, yg pada akhirnya dimenangkan oleh Ummayyah juga turut sedikit banyak "mencemarkan" Islam. Salah satunya adalah tafsir-tafsir Gharaniq tersebut. Harus diakui Ummayah dan keturunnnya adalah jago-jago politik kelas wahid, pengikut Machiavelli sejati. Meskipun Machiavelli belum ada kala itu, namun Ummayah dan seluruh keturunannya melakukan persis apa yg ditulis Machiavelli dalam literatur politik dan kekuasaannya. Dynasti Ummayyah yg diturunkan oleh seorang Ibu bernama Hindun, musuh bebuyutan Rasul Muhammad semasa hidupnya, menggunakan segala cara untuk memenangkan pertarungan kekuasaan itu. Sama seperti politikus ulung pengikut Machiavelli, hancurkan seluruh lawanmu sampai keakar-akarnya, sehingga tidak dapat bangkit kembali untuk melawanmu kelak.

Dalam upaya menghancurkan pengikut setia Ali, salah satu cara yg ditempuh Ummayyah adalah "delegitimasi" dan "penghancuran" nama baik keluarga Ali, termasuk "desakralisasi" Rasul Muhammad. Dynasti Ummayyah sangat menyadari pengaruh dan kekuatan Ali sangat kental dipengaruhi oleh "kesakralan" Rasul Muhammad, yg dianggap sedemikian suci hingga "HAMPIR BUKAN" manusia lagi. Jadi adalah hal yg sangat logis, bila salah satu "oknum" yg harus "dihancurkan" citranya adalah Rasul Muhammad. Sama seperti yg dilakukan oleh Soeharto pada Soekarno. Teng xiao Ping pada Mao Tse Tung. Dan banyak penguasa lain, yg menghancurkan nama baik pendahulunya demi melanggengkan legitimasi kekuasaan. Dalam hal "penghancuran nama baik" Rasul, cara paling tepat adalah dengan berusaha "menurunkan derajat Rasul" menjadi "derajat manusia biasa". Harus diakui Ummayyah dan keturunannya adalah politikus-politikus piawai. Cara paling tepat menghancurkan "nama baik" Rasul memanglah seharusnya begitu. Rasul itu bukan "manusia setengah dewa", Rasul itu tak layak dipuja-puja, sebab Rasul itu juga manusia biasa, bisa dibodohi Setan. Bisa dibutakan Setan. Bisa kena sihir dan santet. Bisa pingsan terkena "tulah". Dan lain sebagainya.

Coba lihat berapa banyak tafsir, haddist atau kisah-kisah semacam itu, YANG SANGAT MERENDAHKAN RASUL, dijaman kekuasaan Dynasty Ummayyah. Salah satu contoh lagi adalah Haddist yg konon kabarnya diriwayatkan oleh Aisyah, yg dijadikan asbabun nuzul dari turunnya surah Al Falaq. Dkisahkan Rasul kena teluh dan sihir hingga sakit parah. Betapa dungunya. Dan kalau kamu tidak memahami sejarah Islam secara utuh, akan sangat mungkin kamu ikut-ikutan mempercayai hal-hal semacam itu. Segala macam peninggalan dan kebencian Hindun dan keturunannya, yang sedemikian membenci Rasul dan keluarganya.
Dan sulitnya memang, mempelajari Sejarah Islam bukanlah hal yg mudah. Namun justru untuk menemukan "kebenaran Islam secara utuh", kamu harus sedikit banyak mempelajari sejarah Islam.

Dan upaya desakralisasi Rasul dan keluarganya itu, baru dihentikan oleh kekhailfahan berikutnya, yakni dynasty Abbassiyah. Sultan Harun Al Rasyid melarang penistaan keluarga Rasul dan mengembalikan nama baik Rasul dan keluarganya kepada informasi yang benar. Tidak lagi menciptakan segala macam hadist, tafsir, dan kisah-kisah dungu dan tolol yg menhancurkan nama baik Rasul dan keluarganya.

Terus terang, marilah kita terima kenyataan bahwa, pembodohan semacam yg dilakukan oleh para Orientalis dengan menggunakan segala peninggalan kebencian dan kesumat Dinasty Ummayyah kepada keluarga Rasul dan Ali, tidak akan mempan kepada aliran Syiah, karena Syiah tidak mempercayai segala hal yg dituturkan oleh banyak perawi sejarah, tafsir, dan haddist, apalagi yg terkenal dekat dengan Dynasti Ummayyah. Justru untuk menunjukkan kesalahan Sunni, para akhli Syi'ah menggunakan cara yg sama seperti yg dilakukan para Orientalis, menunjukkan jejak "dendam kesumat" Ummayyah pada Rasul dan keluarganya, yang banyak sekali menjelekkan Rasul dan keluarga. Bahkan hingga sekarang "catatan dendam kesumat" Hindun dan keturunannya kepada keluarga Rasul itu, masih tercatat hingga kini. Yang banyak digunakan pembenci Islam, untuk menjatuhkan Islam.

Jadi bagi ummat Islam yg tidak begitu paham sejarah Islam, memang akan sulit bertahan bila diserang dengan hal-hal semacam itu. Dan belajar sejarah Islam secara utuh juga bukanlah sesuatu yg mudah dan gampang. Salah satu cara yg paling jitu untuk tidak terperangkap kepada pembodohan semacam itu adalah, bijak bertanya bila ada yg mengajukan tafsir, kisah, dan haddist-haddist, keritislah untuk menerimanya. Tanyakan siapa perawinya, ayat mana dalam Alquran sebagai rujukannya, kapan diriwiyatkan, dan kemudian lakukan studi literatur. Jangan terlalu cepat percaya, siapapun yg menyampaikannya.

Bagi gua, selama yg disampaikan tidak ada dalam Alquran, SIAPAPUN yg dikatakan sebagai perawinya, bahkan Aisyah, Fatimah, Kulafau Rasyidin, atau seluruh Imam dari paham Syiah sekalipun, kalau bertentangan dengan LOGIKA Alquran dan Akal, terutama dengan Logika Alquran, Gudddbaayyy duweh ya masbray... Kelaut ajah...

Jadi Relativisme dan Persepectivisme? Uhuukk... sapa perawinya tu masbrok? Ayat Alquran mana rujukannya? Udah bukan ke laut aja tu masbrok... Tapi ke comberan aja, bunuh diri bareng tokay-tokay yg berhanyutan... Kwekekwkekewek...




Tuesday, November 11, 2014

EVENING BUZZ ~ Books of Financial Term ~ Kejar Setoraannn... ~



Numpang lewat aja ya frente-frente semua.
Sepi bener masbrok. Persis kuburan. Jadi pengen corat-coret.
Sepi karena "ngepush" penjualan akhir tahun, ato gara-gara blog masih diboikot The Kunties kah?
Kalo sepi gegara ngejar penjualan, gapapa deh ya frentes. Demi kebaikan semua.
Tapi kalo gegara masih ngambeg kasus kemaren, basi kali ya non.
Emang sudah berapa taon berteman seh prend? Kok segitu aja marahnya disimpen smpe dendam.
Syukurin masih dikasih umur, coba ntar ada yg dicabut Allah napasnya duluan, baru deh lo pada nyesel semua. Tidak cukup waktu berbagi persahabatan. Nyesal seumur-umur.

Coba diingat-ingat manis-manisnya pertemanan. Jangan cuma diingat pahitnya ditegor Kuncen.
Itu masalah sepele non. Keciiilll... Yg lebih parah aja lewat, masak yg cemen begitu dipanjangin smpe kesumat membara. Ya toh?

Gw jarang-jarang posting dimari Non. Tapi terus terang kalo begini terus, gk terima gw non.
Sudah terlalu panjang perjalanan pershabatan dan umur blog ini.
Terlalu remeh temeh kalau bubar gegara persoalan sepele.
Yang lebih parah sudah pernah kan?

Hayo donk ribut lagi dimari. Masak yg berani pake gelar The Kunties, cemen segitu aja?
Cuma kena "semprot" kyk gitu sudah melipir? Chikkeenndd...
Kalo masih sibuk jualan, ngejar target, tetap ya, jangan lupain teman2 dimari. Yg jauh-jauh dari Indo. Kangen nee preenndd....
Channel sepi serasa tak punya teman jadinya.
Gundah gulana jadinya hati cuy. Udah bukan galau lagi. Tapi sudah taraf gundah gulana.
Kekekekeeee....

Mumpung masih bernapas, coba kita sukurin kalo kita masih punya sahabat ya brookk...
Love you all. Demikian, terimakasih (agak-agak resmi, biar kyk Pejabat)