whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, June 17, 2015

THE FIRST 10 DAYS OF RAMADHAN,, ALHAMDULILLAH,, WE ARE STILL GIVEN THE OPPORTUNITY TO MEET THIS MAGNIFICENT MONTH...





"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,..."



Sunday, June 14, 2015

BOOKS OF DEFINITIONS::: So bradah, what's the definition of ISLAM-LIB then??



Islam-Lib definition is: Everything BUT Islam...!!
:-j:-j:-j




BOOKS OF ISLAM-LIB.... And what do you up to Aunty...??....



Schedule berdoa yg tertempel di dinding kamar setiap penganut Islam-Lib.
Termasuk yg terkini paling heboh, dan paling anyar, Tante Anggun C Sasmi.



PUYEENGG GAAKK SEEHH TANTE?????



Friday, June 12, 2015

BOOKS OF ENTERING RAMADHAN ** The Last Friday to Ramadhan ** Just A Simple Thought **



Menjelang Ramadhan "serangan kebusukan" pada Islam justru sepertinya makin heboh saja ya masgok. Bukan makin mereda. Sampe-sampe sekelas Istana Negara, Wakil Presiden, dan Menteri Agama, ikutan bersatu padu pengen memojokkan Islam. Ada apa sih sebenarnya masgok semua? Pemerintahan yg tak mampu mempercepat pergerakan ekonomi, Islam yg dijadika pengalihan issue besar-besaran. Bahkan Menteri Agama justru yg paling heboh, ikut2an "ambil muka" dalam kisruh menjadikan Islam sebagai pengalihan issue kegagalan ekonomi.

Gw ingan menyoroti 2 di antara pengalihan issue itu.

Yg pertama, goro-goro Jaringan Iblis Liberal (JIL) yg melalui dedengkot besarnya, nabi penerus perjuangan JIL Ulil Abshar Abdalla, yg mengangkat berita mengenai mutadnya seorang Islam Salafiyah, menjadi Atheis. Seorang Salafi yg konon kabarnya, bernama Ahmad Husain Harqan, salafi kelas kakap, hafidz Quran, Imam, murid seorang tokoh Salafi, bla-bla-bla-bla... Menjadi Atheis gegara tak percaya lagi pada penjabaran Quran, yg menurutnya banyak memiliki kontradiksi.

Terus? So what? Sepertinya heboh banget. So what? Apa terus Islam jadi bubar jalan gegara seorang murtad seperti itu?

Justru yg menjadi pertanyaan gw beserta semua hantu-hantu penghuni blog ini adalah: Bagusan mana si murtadin Ahmad Husain Harqan itu dengan para cicunguk JIL?
Emang apa bedanya dia dengan elu-elu semua para cicunguk JIL? Yang "murtad malu-malu" gegara mengejar beasiswa para londo?

Oh iya beda, sangat jelas beda. Si Murtad Ahmad Husain Harqan itu, tidak malu-malu dan tidak munafik untuk mengakui bahwa dia sudah tidak percaya Islam lagi. Sudah merasa Islam bukan sumber kebenaran lagi. Bahwa Alquran banyak "berisi dongeng" dan kontradiksi. Bahwa Alquran itu bukan hukum-hukum Tuhan, dan sepantasnya tak diikuti lagi karena sudah tak sesuai dengan logika kekinian dan ketinggalan jaman. Maka gw melepaskan segala hal tentang Islam dan menjadi Atheis. JUJUR DAN TIDAK MUNAFIK!!!

Nah elu-elu semua para cicunguk JIL? Masiiiiihhhh aja "murtad malu-malu"
Atau menurut penilaian kita yang SANGAT KASAT MATA, bahwa elu semua memang punya AGENDA BUSUK DAN TERSELUBUNG, untuk tidak mau "melepaskan Islam" secara jujur dan terbuka, seperti yang dilakukan murtadin Ahmad Husain Harqan di atas, karena JIL memang punya agenda tersembunyi untuk merusak dasar-dasar Islam dari dalam. Jadi para "murtad malu-malu" JIL harus tetap mengaku Islam.

Apa bedanya coba Ulil dengan murtad Ahmad Husain Harqan di atas? Sama-sama dilahirkan dari lingkungan kental Islam, keluarga pesantren, orang tua dan mertuanya, tokoh berpengaruh dr NU, hafidz Quran (meski tidak semuanya), dapat sebutan Kyai dan Gus dari para pengikutnya, namun berkata Quran itu banyak dongengnya. LGBT itu tidak haram. Tidak ada istilah Murtad dan Kafir dalam Islam, yang ada itu hanya "preferences", suka atau tidak suka, seperti makan pare. Pare itu tidak haram, tapi gw tidak suka, jadi tdk ada dalilnya murtad dan kafir itu. Hanya preferences. Hanya Muslim dan Non Muslim. Alquran itu bisa didefinisikan oleh siapapun. Tidak mesti punya ilmu-ilmu tertenu. Ahmad Dhani, Anggun C Sasmi, atau siapapun, bisa menafsirkan atau mendefinisikan Alquran sendiri.
Jadi kalo Anggun C Sasmi bilang, sama seperti JIL, Tuhan itu satu, Tuhan semua Agama, maka itu benar. Jadi Allah itu adalah juga Yang memberanakkan Yesus, sekaligus Yesus sendiri, sekaligus Brahma, Syiwa, dan Wisnu, sekaligus Sang Hyang Whidi, juga yg beranakkan Btara Guru, Semar dan Togog, sekaligus juga Budha Sidharta Gautama... Hebbat..

Semua aqidah dalam Islam dilanggar dengan dalil seenak jidat dan theori "Kekinian".
Lantas pertanyaannya, apa bedanya elu-elu cicunguk JIL dengan murtadin Ahmad Husain Harqan di atas? Apa bedanya? Sudah terang-terangan semua theori "Islam kekinian" yang lu tawarkan menghujat segala dasar-dasar Islam, bahkan kalau mau dikatakan sejujurnya elu semua sudah tak percaya Alquran lagi. Sama seperti si murtadin Ahmad Husain Harqan yg lu gadang-gadang itu. Tapi elu tetap "mengaku" Islam. Aneh tidak? Ahmad Husain Harqan masih lebih jujur dan "ksatria". Berani memutuskan dan bersikap, dia bukan lagi bagian dari Islam, karena "separoh hatinya" sudah lagi tidak percaya akan kebenaran Islam, jadi dia lebih baik secara jujur dan ksatria memisahkan diri dari Islam. Dan terus terang mendeklarasikan diri sebagai Atheis! Jujur, terbuka, dan tidak munafik!

Nah para cicunguk JIL itu? Kerjaannya tiap hari menyerang dan menjelek-jelekkan Islam. Tapi... akan tetapi kawannn..... Teteeeepppp kemana-mana mengaku-ngaku Islam dan membawa-bawa nama NU???
Bukan kah itu jaaauuuhhhhhh lebih busuk dari sikap murtad Ahmad Husain Harqan?? Jadi apa bedanya Ahmad Husain Harqan dengan para antek JIL?
Betti temanz, beda tipis. Ahmad Husain Harqan, berani dan jujur meisahkan diri dari Islam. Kalaw JIL masih punya agenda titipan dari tuannya si pemberi beasiswa londo, untuk merusak Islam dari dalam. Jadilah "murtad malu-malu", jadi munafik dan penghianat. Jadi perusak Islam dari dalam.

Sebab bila JIL berani seperti Ahmad Husain Harqan, Islam akan dengan mudah "memposisikan" diri dengan JIL. Kalau JIL tetap mengaku Islam dan tetap menjadikan NU sebagai tameng, akan lebih sulit buat Islam menghadapinya bukan? Jadi anda lebih hormat kepada siapa? Kepada Ahmad Husain Harqan yg dilecehkan JIL itu? Atau kepada Ulil dan rekan-rekan, yang munafik dan "murtad pake agenda" itu?
Terus terang gw lebih menghormati pilihan Ahmad Husain Harqan. Lebih kesatria dan jujur....


############


Suatu waktu dulu, ketika alayarham Eyang Papa masih hidup, beliau pernah bercerita kepada gw dan keluarga gw. Di jaman perjuangan revolusi dulu, rakyat hidup sangat susah dan melarat. Untuk makan sehari-hari saja sangat sulit. Jadi sikap untuk menjamu tamu dengan keadaan sulit seperti itu merupakan sikap yg sangat dipuji. Dan rakyat jaman itu pun juga masih bodoh-bodoh, karena rendahnya tingkat pendidikan yg memang disengaja oleh penjajah. Kesulitan ekonomi dan pendidikan itu masih terus berlanjut hingga setelah masa kemerdekaan. Karena kebetulan Eyang Papa adalah seorang Tentara, jadi beliau tahu betul kisah sedih masa-masa perjuangan dulu, karena ikut terlibat langsung di dalamnya.

Pada sekitar tahun 50-an, Eyang Papa bercerita, keamanan negeri belum 100% kondusif, masih banyak terjadi pertikaian, dan pemberontakan dimana-mana. Jadi sebagai seorang Perwira, Eyang ikutan aktif "berjuang" kemana-mana.
Suatu kali Eyang harus memimpin pasukan ke salah satu desa terpencil di Jawa Tengah, yang terkenal menjadi lumbungnya PKI.

Sesampainya di sana, Eyang beserta beberapa pimpinan pasukan lainnya, dijamu oleh Kepala Desa, untuk makan siang di rumahnya. Seperti yg diceritakan di atas, dengan kesusahan ekonomi saat itu, undangan seperti itu adalah undangan "yg tak layak ditolak", sudah merupakan kehormatan besar.
Maka pergilah eyang beserta beberapa staffnya ke rumah Lurah tersebut.

Sampai di rumah pak Lurah, di situ juga sudah berkempul beberapa pengurus kelurahan beserta pengetua-pengetua Desa. Sebelum makan siang dihidangkan, tentu sebagai tata-krama, berbasa-basi dulu, baru kemudian makanan dihidangkan. Dan..... gubraaaggghhh, hampir saja terjadi pertumpahan darah.... Apa pasal?
Tarrrraaaa.... tempat nasi yang dipakai oleh si Lurah adalah Piss Pot (Tempat kencing yang digunakan oleh pasien rumah sakit). Kata Eyang Papa, jaman itu, Piss Pot di rumah-rumah sakit dulu itu emang bentuknya mirip panci tempat nasi. Berwarna putih, memiliki tutup, memiliki cantelan buat pegangan. Persis panci, hanya saja Piss Pot dilengkapi "corong" untuk membuang isinya. Tidak seperti panci nasi yg bermulut bundar tanpa corong. Piss Pot jaman dulu tidak seperti kebanyakan Piss Pot jaman kini yg terbuat dari plastik dan berbentuk tabung.

Awalnya Eyang Papa merasa agak tersinggung, karena mengira itu adalah sebuah penghinaan yg disengaja. Salah seorang staffnya yg memang terkenal agak temperamental (maklum tentara saat itu jarang ketemu binik), memberi sindiran yg agak "kasar", "waahhh bagus nih panci nasinya". Tapi kemudian diberi kode Eyang, untuk diam. Sambil melihat situasi, dan melihat sikap Lurah terhadap komentar staffnya barusan. Namun sepertinya, sang Lurah tidak terpengaruh sama sekali dengan komentar itu.

Sebagai tamu, Eyang didaulat untuk memulai perjamuan, Eyang yg "tak sampai hati" mengambil nasi dari Piss Pot, meski merasa lapar, dengan menahan rasa perut, hanya sanggup mengambil sejumput nasi. "Tak kuat" memikirkan berapa banyak orang yg "sudah menggunakan" Piss Pot itu.
Diikuti para rekannya, juga hanya sanggup menjumput nasi saja, bahkan ada yg hanya mengambil sesendok makan saja. Padahal siapa yg tidak tau umumnya tentara itu makannya baannyaakk.... Hehehe..
Dan anehnya, semua yg datang yg lain, tanpa sungkan-sungkan mengambil nasi sebanyak yg mereka mau.

Akhirnya sambil makan lesehan, sambil berbincang-bincang, Eyang Papa dan rekan-rekannya menyadari, menjadikan Piss Pot sebagai panci nasi, bukanlah penghinaan yg disengaja. Tadinya Eyang sdh punya prasangka jangan-jangan Lurah tersebut adalah pengikut PKI yg dengan sengaja ingin menghina TNI. Namun mendengar cerita para tetua desa yg hadir, bahwa banyak penduduk yg menggunakan "panci nasi" yg sama, karena harganya lebih murah dan isinya lebih banyak, yakinlah Eyang mereka tidak bermaksud menghina.
Dan "panci nasi ajaib" itu adalah "panci" baru. Mereka tidak tahu kalau itu digunakan dirumah sakit sebagai tempat untuk yg lain. Karena mana sanggup mereka yg miskin-miskin berobat inap ke rumah sakit? Rumah sakit jauh dikota, mereka lebih memilih berobat sendiri atau ke dukun. Jadi memang pengetahuan lah yg menyebabkan mereka menggunakan Piss Pot sebagai panci.
Dan tak mungkin mereka sendiri makan dari "panci" itu bila tempat nasi itu tidak bersih.

Jadi adakah yang salah dari kejadian itu? Jawabannya Tidak. Hanya saja bila si Lurah mengetahui keadaannya, hal itu sungguh tidak pantas dilakukan. Karena dikhawatirkan dianggap sebagai penghinaan. Boleh-boleh saja menjadikan Piss Pot sebagai panci wadah nasi, namun bila itu dilakukan sungguh tidak pantas. Apalagi dalam menjamu orang-orang yang kamu hormati.

Jadi, bolehkah melakukan Tilawah Alquran dengan menggunakan langgam Jawa?
BOLEH, ASALKAN TARTIL DAN BENAR ATURANNYA. Semua aturan Qira'at dan Tajwid dipenuhi, silahkan.
Namun PANTASKAH hal itu dilakukan? TIDAK, karena aturannya dan Allah sendiri menyuruh kita mengikuti cara tilawah yg Mulia Rasul.
Sama seperti menggunakan Piss Pot sebagai Panci nasi. Asalkan Piss Potnya bersih dan tidak dimaksudkan untuk menghina. Boleh tapi tidak pantas.
Dan juga bukankah itu satu kemunduran? Ketika dalam hidup, kita diperintahkan Allah untuk mengikuti cara-cara ibadah yg dilakukan Rasul tercinta, namun setelah mengetahui itu, kita justru ingin menjauhkan cara Ibadah Rasul, dengan memilih cara ibadah dari adab dan adat kita?
Banyak cara untuk mengembangkan adab dan adat. Mencemerlangkan adat kita. Sangat banyak. Namun bukan dengan menjauhi cara Tilawah Rasul, dengan mengedepankan adat kita.
Dan pertanyaannya kembali, kenapa mesti Jawa? Kenapa?
Gw Jawa, namun gw tidak setuju dengan pemecah belahan semacam ini. Nanti Padang protes, Sunda protes, Melayu protes, Makassar Protes.... Jadi kenapa mesti Langgam Jawa?

Alquran itu bagi yg beriman dan mempercayainya, adalah kitab yg amat sangat berbeda dari kitab-kitab lainnya. Ada adab tertentu yg harus kita jalankan, atas memperlakukan dan cara membacanya. Ada cara dan aturan yang dicontohkan yg Mulia Rasul. Dan sudah ada contoh sempurna yg diberikan oleh Allah, kenapa kita harus mencari-cari alasan dan pembenaran untuk tidak melakukannya?
Atau kita semua memang sedang "direncanakan" dan "dirancang" untuk dijerumuskan semuanya menjadi pengikut "JIL"? JIL yg merasa mengikuti sunnah dan perilaku yg Mulia Rasul bukanlah suatu keharusan, karena Indonesia memilik adab, adat, dan kebiasaan sendiri, sehingga Islam pun harus diNusantarkan? Apakah itu maksud Istana Presiden dan Menteri Agama?

Kayaknya gw dan hatu-hantu penghuni blog ini, semakin yakin kalau Menteri Agama kita sekarang memang "secara diam-diam", sudah terserang virus "JIL". Jadi bebas mendefini ulang Islam mengenai apapun, termasuk mengenai adab dan aturan Tilawah Alquran...

Lain kali kalo ada acara keagamaan di Istana yg butuh pengantar TIlawah Quran, langgamnya dibuat ala-ala Hip-Hop atau Hard Rock, ya Om Jokowi dan Menag. Ato ngga pake irama Metal Om Jokowi.... Yg penting kan asal boleh. Gak penting pntas atau tak pantasnya....Metaaalllll Yeeaaahhhh.....!!!!