whose side are you on

whose side are you on

Friday, May 15, 2015

Books Of Casting Couch ~~ The repulsive side of fame ~~




Pada 7 Maret 2009, kembali Korea Selatan diguncangkan oleh peristiwa tragis, meninggalnya salah satu artis cukup terkenal di sana, Jang Ja Yeon. Meninggal karena bunuh diri, mayatnya ditemukan tergantung di atas tangga di rumahnya di luar kota Seoul. Jang Ja Yeon, adalah salah satu artis pendukung drama serie TV yg sangat terkenal pada tahun 2005, "Boys Over Flowers". Peristiwa bunuh diri artis cantik ini saja sudah sangat mengguncangkan publik, namun yang lebih menggemparkan adalah ditemukannya 6 lembar surat yg merupakan pesan bunuh diri di rumahnya.

Enam lembar pesan bunuh diri, menceritakan kepedihannya, hal yang membuat dia begitu stress dan depressi dan salah satu penyebab mengapa dia memutuskan mengakhiri hidupnya. Dalam surat itu, Jang Ja Yeon merinci, betapa selama ini dia sudah diperlukakan sangat keji sebagai "budak sex" oleh Artist Management tempat dia bernaung. Dia "dipaksa" untuk berhubungan sex dengan para Executives Televisi/Media, Executive Rumah Produksi, Wartawan2 senior dari Media, Para Produser, dan banyak lagi orang yang dikatakan agennya sebagai orang2 yg diperlukan untuk mempertahankan popularitasnya. Jika dia menolak, dia akan digebukin secara fisik oleh agennya yg bernama Kim Sung Hoon. Jang Ja Yeon tak kuat lagi menahan tekanan itu, dan memilih lebih baik mati untuk mengakhiri deritanya.

Pada tahun 1961, Inggris digemparkan oleh sebuah skandal, skandal hubungan intim yg melibatkan John Profumo, yang ketika itu menjabat Sekretaris Negara pada Kabinet Macmillian, dengan Christine Keeler, seorang model muda berusia 19 tahun. Skandal ini lebih terkenal dengan nama "John Profumo Scandal". Skandal John Profumo ini, menyebabkan PM Harold Macmillian, harus mengundurkan diri dari jabatannya, dan menyebabkan kekalahan telak Partai Konservative (Partainya Macmillian) oleh partai Buruh, dalam Pemilu berikutnya.

Antara tahun 1988-1989, kembali sebuah skandal sex mengguncang pemerintahan Inggris. Kali ini melibatkan seorang Mantan Ratu Kecantikan India, Miss India tahun 1982, Pamella Bordes, dengan Menteri Olah Raga Inggris saat itu, 2 orang Pemimpin Editor dari 2 Surat Kabar sangat terkenal di Inggris, dan seorang yg diduga Agen Rahasia (mata-mata) pemerintah Lybia. Isu-isunya adalah Pamella Bordes merupakan "Escort/Wanita Panggilan" tingkat tinggi yang menjadi langganan orang-orang terkenal tersebut. Meski tidak sampai menjatuhkan pemerintahan seperti yang terjadi pada Profumo Scandal, namun kasus ini sempat menjadi skandal terbesar di Inggris kala itu, skandal yg cukup mempermalukan Inggris.

Dunia entertain (hiburan) yang gemerlapan, adalah dunia penuh hura-hura, yang dilumuri dengan lumpur hedonisme. Gelimangan harta, kemewahan, dan syahwat. Dunia yang gampang sekali menjerumuskan dan membuat orang-orang yg berkubang di dalamnya tergelincir kepada godaan kemewahan yang ditawarkan. Terperangkap dalam ilusi hedonisme yang memabukkan. Dunia hiburan/entertain semacam ini, menuntut kamu harus selalu tampil wah dan memukau. Dan tampilan memukau dan serba wah itu memerlukan biaya yang mahal. Bahkan sangat mahal.
Dunia ini juga dunia yang sangat kejam. Untuk bertahan di dalamnya, kerap kali seseorang harus mengorbankan segala-galanya, agar tidak tercampak dan tertendang dari persaingan sangat ketat. Bagaimana tidak, setiap hari ratusan wajah muda, segar, cantik, tampan, molek, ganteng, rupawan, berlomba masuk ke dunia ini. Yang sudah masuk terlebih dulu harus berjuang keras mempertahankan eksistensi.

Beberapa orang artis Korea terkenal sekarang ini, ketika ditanya tentang kasus bunuh diri Jang Ja Yeon, yang membuka borok dunia selebriti Korea Selatan, selalu menjawab dengan diplomatis, itu tergantung si artis, bukan menjadi patokan. Namun satu yang pasti, tak seorangpun dari mereka yang dengan tegas membantah pernyataan dalam pesan bunuh diri Jang Ja Yeon tersebut.

Dan sebenarnyalah, kejadian yang dialami oleh Jang Ja Yeon tersebut, tidak hanya terjadi di dunia entertain Kor-Sel, tapi terjadi dimana-mana di seantero jagad, di dalam dunia Entertain. Prostitusi terselubung para Artis. Dan hal itu tidak hanya terjadi pada artis wanita, juga terjadi pada para aktor, para laki-laki yang berkiprah dalam dunia entertain ini.

Prostitusi itu adalah hubungan yang melibatkan dua atau beberapa pihak, di mana pelayanan sex atau sejenisnya, dari satu pihak, ditukar dengan sesuatu imbalan dari pihak lain. Imbalan tersebut bukan hanya duit, namun dapat dalam bentuk lain. Seperti kontrak kerja, perpanjangan kontrak, dan sejenisnya.

Sebagai salah satu tempat produksi entertain media terbesar di dunia, Hollywood sudah barang tentu paling banyak menyimpan kisah-kisah "mengerikan" dari prostitusi terselubung ini. Penulis Novel Sidney Sheldon, dalam salah satu bukunya menuliskan, sebelum menjadi pesohor dan bintang terkenal, bisa dipastikan, hampir seluruh selebri Holliwood harus menjalani "proses sangat menyedihkan" seperti yang dialami Jang Ja Yeon di atas. Mungkin tidak sampai "phisically abused", dipukuli dan digebuki oleh agennya. Namun setidaknya pasti mengalaim pelecehan sex yang teramat nista.

Di Hollywood di kenal satu istilah yang "rada-rada" mencemarkan. The Casting Couch. Istilah ini merunut kepada kebiasaan seorang artis pemula, yang harus mengikuti proses "casting/seleksi", yang dilakukan oleh sebuah studio atau rumah produksi dalam memproduksi sebuah film. Dan si calon artis diwawancara oleh para executive/producer/sutradara/casting agent, dari studio/rumah produksi bersangkutan. Dan biasanya para calon artis/aktor yg diwawancarai duduk di sebuah couch (kursi/sofa). Makanya disebut Casting Couch. Dan persaingan di Hollywood mungkin merupakan persaingan paling ketat dan kejam di seluruh dunia entertain. Mengalahkan Bollywood dan Hong-Kong, yg menjadi saingannya.

Di India dan Hong-Kong, bintang-bintang papan atasnya, kemungkinan besar tidak akan mau atau tidak akan mengikuti proses casting/seleksi seperti yang dilakukan The Casting Couch di Hollywood. Hal itu hanya berlaku bagi artis-artis pemula dan pendatang baru. Tetapi di Hollywood proses casting itu tetap berlaku bagi para bintang papan atasnya, terutama untuk film-film berbiaya sangat besar yang diprediksi akan mencapai box-office.
Dan seperti cerita Jang Ja Yeon di atas, apapun akan mungkin terjadi dalam proses Casting/Seleksi ini.

Joan Collins, bintang sangat terkenal dalam serie TV Dallas itu, bercerita bahwa dia 'dicasting' untuk film kolosal Cleopatra. Dan dalam proses casting tersebut dia diminta (secara harafiah) untuk 'nungging' di atas meja pewawancara, dan melakukan sex dengannya, dan dipastikan Collins akan mendapat peran Cleopatra itu. Joan Collins menolak, dan peran itu jatuh pada Elizabeth Taylor. Dan orang boleh berspekulasi apa yg terjadi pada Taylor.

Megan Fox, si cantik sensual dalam film Transformer, juga bercerita tentang pelecehan yang dialaminya ketika mengikuti casting sebuah film. Dia tidak menyebutkan film apa, dan siapa orang yg melecehkannya, dia ditawarkan untuk menjadi pemeran utama film tersebut, tentu dengan imbalan sex. Megan menolaknya, dan dia tidak mendapatkan peran tersebut. Banyak yg berspekulasi, film itu adalah film trilogy The Twilight yg dibintangi oleh Robert Pattison dan Kristen Stewart.

Bombsex 50-an, Marilyn Monroe, yg menyebut Hollywood sebagai "daerah kekuasaan Jews/Jahudi", sudah terkenal dari awal karirnya, rela tidur dengan Jahudi manapun yang dapat membantu perjuangannya menjadi bintang terkenal. Sebelum kematiannya, ketika selesai menandatangani perpanjangan kontraknya dengan Twentieth Century Fox Studio, dengan terang-terangan berkata, "Ini terakhir kali saya, (Maaf) Menghisap Penis Jahudi, saya tidak akan lagi melakukannya." Well, well, well... so true...

Bahkan artis yg berasal dari keluarga artis terkenal juga, seperti Gwyneth Paltrow, Kate Hudson, dan Brigitte Fonda, juga memiliki cerita horor mengenai "Casting Couch" ini.

Di deretan para aktor prianya, sebut saja nama-nama semacam Corey Feldman, Corey Haim, dan yang terakhir Michael Egan, yang menuntut Sutradara tersohor Bryan Singer (Sutradara serial Film "The X-Men"), yang dituduh "memperkosa" Micael Egan, saat Egan masih berusia 17 tahun.
Dan kejadian seperti yg dialami Mike Egan ini, sering dialami oleh para pemula dan pendatang baru. Namun mereka lebih banyak menutupi kejadian tersebut bagi mereka sendiri. Bahkan Corey Feldman, dengan tegas mengatakan Hollywood itu dipenuhi oleh para Homo dan Phedophilia. "Mereka ada dimana-mana di Hollywood", Katanya. Dulu ketika memulai karirnya di Usia 14 tahun, dia belum mengerti apa artinya itu. "Namun sekarang saya mengerti apa maksud mereka saat menyentuh saya." Katanya. "Phedophilia dan Homosexual itu ada di mana-mana di Hollywood".

saat issue kematian James Dean, bintang muda yang sangat terkenal pada dekade 50-an. Sedang dalam puncak ketenarannya, meninggal karena kecalakaan bermotor. Namun banyak yang berspekulasi bahwa kecelakaan itu memang disengaja. Karena diduga James Dean terserang depressi parah, semenjak membintangi film "Rebel without A Cause". Satu film box office yg sangat terkenal dijamannya. Menjadikan James Dean sebagai bintang paling tersohor saat itu. Namun issue yg beredar dibelakang kegemilangang film tersebut adalah, James Dean memenangkan peran sebagai Jim Stark, tokoh dalam film itu, setelah "digilir" oleh 5 orang "penguasa produksi" film tersebut. Dari mulai produser, Sutradara, hingga executive produser. Dan issue yg mengikuti sesudahnya hingga kini, bahwa dia adalah seorang homosexual.

Itu adalah cerita mengenai prostitusi terselubung untuk menjadi terkenal dan tetap terkenal di dunia hiburan. Kalau dalam hal mencari duit, kalau "keterkenalan" kamu sebagai artis, biasa-biasa saja, dan film-film yang kamu bintangi jarang atau bahkan tak pernah masuk Box Office, tapi sebagai artis kamu hidup sangat mewah, pasti orang akan bertanya-tanya, dari mana asal harta kekayaanmu.
Dan di Hollywood, issue artis menjadi "escort/wanita panggilan" kelas tinggi bukan lagi menjadi barang langka. Issue dan rumor semacam itu sudah sangat sering menyerempet dan menimpa nama-nama artis beken. Terutama artis-artis kelas "panas". Sebut aja Pamela Anderson, Robin Givens, Sean Young, dan Sharon Stone. Mau tahu tarifnya semalam? Antara USD 300,000 hingga 1 Juta Dollar. Tentu saja kelas artis papan atas Hollywood semacam ini adalah untuk Para pengusaha kelas Dunia, para raja-raja, dan para Billionare dunia. Nama Pamela dan Sean Young, kerap dihubung2kan dengan keluarga Kesultanan Brunei. Sementara Sharon Stone dihubung2kan dengan Raja-Raja Arab, dan billionaire dunia tersohor.

Hal semacam ini juga terjadi di Bollywood dan Hong Kong. Bahkan beberapa artis papan atas Hong-kong kerap dihubung-hubungkan dengan nama beberapa pengusaha kelas atas Indonesia. Artis populer era 80-an Lin Ching Hsia (Brigitte Lin), beberapa filmnya diisukan didanai oleh seorang Taipan Indonesia. Ga usah disebut namanya kali ya... Mendanai film secara gratis, tanpa imbalan, ga mungkin kali ya... Emang sinterklas ya gok?? Hikhikhik...

Horor Casting Couch seperti ini, tidak hanya terjadi dalam industry film. Tapi di hampir semua industry hiburan, dari mulai Ratu kecantikan, hingga ke lingkungan para model, super model, atau peragawati/peragawan. Ceritanya sama saja, tidak model perempuan, tidak model laki-laki, semuanya, semuanya mengalami hal yg sama. Karena di luar negeri sono, dalam dunia permodelan, hal semacam casting couch itu justru lebih "menyeramkan" ceritanya. Hanya saja dunia permodelan, tidak "secemerlang" dunia hiburan perfilman gemerlapnya. Padahal cerita "panas" tentang prostitusi terselubung justru lebih marak di situ.
Dan itu juga terjadi dimana-mana di seantero dunia. Juga di Indonesia.

Dan di Indonesia? Terkaget-kaget (apa pura-pura kaget) soal kasus prostitusi AA? Hehehe... Sami mawon gok.. Gausah ribut. Cuma untuk ukuran artis kurang terkenal semacam AA ini, yg gue aja baru deneger namanya, 80 juta itu kemahalan masgookk.... Banyak yg lebih murah dan lebih cantik....
Bayaran 100 juta keatas itu, pasti untuk artis yg sudah sangat terkenal banget, dan itu untuk bookingan semalam juga masgok, bukan sejam ato tiga jam, seperti bacotan si mucikari RA itu... Lebih mahal kalok diajak jalan-jalan ke luar negeri. Bisa sampe 150 jutaan semalam, diluar biaya transportasi.
Buat elu-elu pengusaha yang sudah biasa entertain Tamu VIP, berita semacam AA itu sudah berita basi. Dan biasanya memang mucikarinya kemungkinan besar "bencong" atau "gay". Dan tanda-tanda artis Indonesia yg bispak itu sangat mudah dikenali bagi yg sudah biasa. Salah satu tandanya adalah bila sering banget begowl dengan bences atau gay yg sama. Bila lu sering clubing, dan lu ketemu seorang artis dengan bencong/gay yg sama beberapa kali, itu sudah merupakan tanda-tanda... masih banyak lagi tanda-tanda yg lain. Males ngupasnya disini ya gok. Kesannya pecicilan bengitz getiohhh.... Gak penting masgok... belajar aja sendiri kalo merasa itu penting bengits, gih sana begowl sama artis-artis kelas "bispak"....

Dan masih ingat segala gunjingan seputar mas Tommy Soeharto dengan segerobak artis-artis terkenal di jamannya? Dari mulai diberi perusahaan, tempat mengajar/sekolahan, mobil, rumah atau apartemen, piknik ke liling jagad. Apa dong itu namanya? Meski statusnya adalah "pacaran diam-diam" terselubung... Kekekeke...
Kalok disebutin satu-satu inisial gerobak artisnya mas Tommy saat masih berjaya dulu, kalah tuh list artis kepunyaan RA mucikarinya AA. Kalah jauuuuhhhhh masgok... Kekekekeke....

Sekarang memang jaman sudah kebolak-balik. Orang tua berlomba-lomba menjadikan anaknya jadi selebrity. Apapun taruhan dan harganya. Bahkan harga diri sekalipun.
Dan berjuta-juta remaja hijau, lugu, agak blo'on, terpukau oleh "gemerlap kehidupan" para artis idola. Bercita-cita menjadi seperti mereka, tanpa mengetahui bagaimana cara mereka menjadi terkenal. Orang-orang seperti AA itu dipuja dan dipuji.
Seorang Phsikolog kondang di Amerika, diwawancarai Oprah, dengan tegar berkata, ada yg salah dalam perjalanan bangsa Amerika, ketika anak-anak remaja menjadikan Paris Hilton dan Kim Kardhasians menjadi idola, itu adalah sebuah kemunduran. Ketika nama-nama seperti Newton, Lincoln, atau Einstain, tidak lagi menjadi inspirasi. Justru nama-nama seperti Paris dan Kim lebih dielu-elukan.
Indonesia pun mengarah kesana. Ketika kasus video sex Ariel Noah merebak kemana-mana, para idolanya tetap mengagungkannya bak seorang pahlawan. Sementara ketika Ustadz Arifin Ilham menulis surat terbuka kepada Presiden JKW, menasehati untuk memegang amanah kepemimpinan, banyak orang yang dengan sinis berkata:"Deuh, yang merasa paling suci sedunia..."

Inikah tanda-tanda akhir jaman? Seagai orang tua, berhati-hatilah bila anak anda sudah mulai mengelu-elukan dan sangat mengidolakan seorang bintang atau para pesohor, dan sebaliknya dia tak mengenal sejarah dan kisah Rasulnya dan para sahabatnya. Kita tak pernah tahu pengalaman atau usaha apa yg dialami dan dilakukan si pesohor idola itu dalam "casting couchnya" untuk mencapai keterkenalannya. Memang tak perlu berburuk sangka, namun kehati-hatian, kecermatan, dan kecerdasa sangat dibutuhkan bagi para orangtua. Agar anak-anak anda tidak salah mengidolakan pesohor yang tak punya "marwah dan moral" yang layak dibanggakan...




Sunday, May 10, 2015

BOOKS OF TOLERANCE ++ THIS HOUSE, IT'S OUR HOUSE ++




Dalam ilmu Statistika, Produksi, dan Dinamika benda-benda, sangat dikenal apa yg dinamakan "ukuran toleransi". Dalam teknik produksi, semakin teliti bentukan satu produk, akan semakin baik kualitasnya, dan kemungkinan akan semakin mahal harganya. Sehingga ketika dilakukan produksi massal terhadap suatu produk, untuk menjaga kualitas, diberlakukan Quality Control dengan menerapkan hukum stastistika, sebaran Gauss atau Sebaran Normal, menandakan sebaran toleransi "penyimpangan/dicrepencies" yang masih dapat diterima terhadap produk bersangkutan.

Contoh, sebuah pabrikan mobil, dalam memproduksi "Crankshaft", "Primary Shaft/Sumbu Utama", atau "Roda Gigi pada Transmisi", sudah menentukan toleransinya dibatasan tertentu.
Misalnya untuk Sumbu Utama mobil, dengan dimensi diameter (50mm +/- 0.1mm), +/- 0.1mm itu disebut toleransi, artinya dalam quality control dimensi produk sumbu utama yg dapat diterima adalah antara 49.9mm hingga 50.1mm. Diluar itu produk dianggap cacat. Tak dapat diterima. Semakin teliti sebuah system produksi, akan semakin sedikit produk yg cacat. Sehingga dikenal apa yg disebut system management "Zero Tolerance".

Orang sering salah mengartikan Zero Tolerance itu sebagai toleransi Nol dalam dimensi. Contoh di atas, quality control dimensi sumbu utamanya menjadi (50mm +/- 0mm). Itu adalah hal yg TIDAK MUNGKIN. Karena secanggih apapun sebuah system produksi, pasti akan selalu ada cacatnya. Sehingga tidak mungkin melakukan produksi massal dan mengharapkan produksi sumbu utama mobil di atas akan selalu menghasilkan diameter persis 50mm. Suatu hal yang tidak akan mungkin pernah terjadi. Toleransi itu diperlukan untuk mengakomodasi ketidak sempurnaan setiap system produksi.

Satu-satunya cara untuk menciptakan "zero tolerance" adalah dengan mempersempit "ruang toleransi". Seperti contoh di atas, bila output produk yg diharapkan adalah dimensi antara 49.9mm - 50.1mm, maka dengan membangun system produksi dengan quality control toleransi +/- 0.01mm (50mm +/- 0.01mm), diharapkan system "zero tolerance" akan tercapai. Karena produk yg dihasilkan pasti akan berada dalam kisaran toleransi yg diharapkan (49.99mm - 50,01mm). Tidak akan ada produk gagal/cacat. Dan semakin presisi sebuah produk (semakin mendekati dimensi yg sempurna yakni, 50mm) akan semakin baik pula hasilnya.

Dalam Ilmu Dinamika benda, untuk menggerakkan sebuah benda acap kali digunakan "gaya gesek" antar benda. Contohnya pada mobil, "gear box/gigi transmisi" yg menggerakkan mobil. Pada mesin turbin, Kipas-kipas turbin yg menggerakkan sumbu rotor. Atau pada system pulley, "belt/sabuk karet" yg menggerakkan pulley.
Dalam ilmu Dinamika ini, selain ukuran toleransi terhadap dimensi, ada satu hal lagi yg sangat penting. Ukuran "Mesh (Kelonggaran)". Dalam Dinamika "Mesh/Kelonggaran" ini sangat berperan penting dalam menentukan effisiensi sebuah system dinamika.

Pada mobil, tenaga penggerak mobil dihasilkan oleh pembakaran dalam ruang bakar mesin. Hal itu dihasilkan dari tenaga penggerak piston yg bergerak dalam blok mesin. Piston itu bekerja dengan "bergesekan" dengan ruang pada blok mesin.
Coba bayangkan bila piston yg bergerak seperti pompa di dalam blok mesin dibuat sedemikian rapat tanpa "mesh/kelonggaran". Ukuran ruang blok mesinnya dibuat persis sama seperti ukuran pistonnya. Mesin mobil akan segera berhenti tak bisa bekerja. Mobil akan mogok. Karena piston-pistonnya tidak dapat bergerak.
Namun bila "mesh/kelonggaran"nya dibuat sedemikian besar, dibuat suka-suka tanpa aturan, mobil pun akan mogok, berhenti, karena daya "engine combustion/pembakaran mesin" akan terbuang bocor kemana-mana, karena jarak antara ruang mesin dan piston sedemikian longgar.
Jadi ukuran "mesh/kelonggaran" system pembakaran motor torak ini, harus dibuat sedemikian rupa, agar mesin dapat berjalan sempurna. Semakin presisi ukuran "kelonggaran" mesin ini, akan semakin baik keluaran tenaganya. Dan akan semakin mahal harga mesinnya.
Inilah salah satu faktor yg menentukan horse power sebuah mesin mobil. Itu sebabnya tenaga 2000cc Mobil Kijang, misalnya, tidak sama dengan tenaga yg dikeluarkan oleh mobil MBW atau Mercedez 2000cc. Padahal sama volumenya, namun design dan presisi mesinnya memang beda. Harganya juga beda bukan?

Begitu juga dengan mesin turbin pada pesawat terbang misalnya. Putara propeler pada mesin turbin, dirubah menjadi putaran pada poros utama turbin. Poros utama turbin ini bergerak pada bantalan (bearing)pendukung. Poros turbin dan bantalan penyangga ini, harus dibuatkan "kelonggarannya", sebab jika tidak, seperti kejadian pada piston pada blok mesin mobil di atas, mesin turbin ini pun tidak akan dapat bekerja. Bila terlalu rapat. Mesinnya akan berhenti. Bila terlalu longgar, mesinnya pun akan tak bekerja.


########


Sama halnya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Hidup itu HARUS ADA BATASAN KELONGGARANNYA.
Sebagai mahluk sosial, hidup kita pasti akan bersinggungan/bergesekan dengan orang lain.
Islam, Budha, Hindu, Kristen, Kong Hu Chu, dll, akan saling bersinggungan satu sama lain. Tanpa ukuran "mesh/kelonggaran" yang tepat, tatanan sosial hidup bernegara akan rontok dengan segera. Negara tidak akan pernah bergerak maju.

Sama seperti ilmu-ilmu di atas, penerapannya dan prinsipnya akan sama saja. Secara pribadi, ke dalam diri, kamu harus menerapkan "zero tolerance". Tak ada kompromi dalam menjalankan syariah agamamu. Agamamu adalah agama "terbaik". Laksanakan semua perintah Allah.
Namun begitu "bersinggungan" dengan agama lain, harus ada "mesh/kelonggaran" yg diterapkan. Bila pada titik ini kamu menerapkan "zero toleransi", tak ada kompromi, tutup rapat semua kompromi, maka seperti mesin-mesin diatas, ekosistem akan berhenti. System akan down, drop, mogok. Berhenti total. Namun bila kamu juga menerapkan "kelonggaran' sesuka hati semau gue, sangat permissif, seperti yang diajarkan para antek-antek JIL itu, Kelonggaran yang selonggar-longgarnya, yoooo sami mawon, system juga akan berhenti bekerja. Stop. Drop. Mampus....
Apalagi saking longgarnya, sampe menyatakan agama satu sama dengan agama lainnya, semua agama sama, Tuhannya sama.... yo podo... mangkrak langsung itu mesin.

Bagaimana mungkin Poros utama Turbin dibuat sama seperti Bearing (Bantalan)? Piston/Torak dibuat sama seperti blok mesin? Semua Roda gigi dalam kotak transmisi (Gear box) sama ukurannya? Gegara terlalu bersemangat berbuat toleransi, jadi segala aturan tentang "mesh/kelonggaran" dilanggar. Semuanya sammmaaaa.... Wesss yoooo, bubar jalan tuh ilmu statistika, produksi, dan dinamika.
Tak ada mesin yg bisa bekerja, sebab semua komponennya akan menjadi sama. Kelonggaran antar komponen dibuat sebebas-bebasnya tanpa batasan. Yoooo weeesss rusak kabeh....

Sebuah system yang sempurna, baik, dan dynamis, harus memiliki "zero tolerance" pada tiap-tiap komponennya. Sangat presisi. Dan tak kenal kompromi. Namun pada saat komponen harus saling bersinggungan antar komponen, harus pula memiliki ukuran "mesh/kelonggaran" yang tepat. Tidak boleh terlalu rapat, dan tidak pula longgar semau gue. Begitulah seharusnya kita bersama dalam negara ini. Negara ini, Negara kita bersama. Ini Rumah Kita bersama.
Jadi give a finger to para cicunguk JIL. Dan tereakin aja, Kalo situ pengen bego, bego aja sendiri di makan beasiswa londo.... jangan ngajak-ngajak. Cwakwakwkakaa.....





Wednesday, May 6, 2015

Books of Conversion ~~ New tricky way, still the same story ~~



Beberapa hari lalu, salah seorang Vampire ngepost kultwit series "Sejarah Kristenisasi Indonesia" dari mas @Hafidz_ary di workgroup Channel. Maksudnya buat jadi bahan bacaan dan diskusi bagi para Vampire dan Kunties. Banyak yg kasih komen, biasalah Vampires dan Kunties, dari mulai komen serius sampe ocehan garink yg gak penting.
Eyke jadi teringat satu kejadian dulu. Eyke pernah nemanin Mr.Bo dan Mrs.Nyo ke acara kawinan anak seorang mantan Menteri di Era Mbah Harto. Orang Batak. Jadi tamunya banyak yg dr Batak. Dan secara Mrs.Nyo sendiri kan juga dari Mandailing. Jadi klop aja rasanya, hihihik.

Lo semua tau donk gimana "parpunguan" (bahasa moderennya: Gerombolan, hehe..) orang-orang dr Batak. Dari ujung ke ujung bersodara. Kayak eyke yg agak-agak kurang paham "tarombo" (silsilah) dan "parpunguan", jadi agak mumet kalo sudah diceritakan hubungan darah "dari ujung ke ujung" ini.
Contohnya eyke pernah di kenalkan ke seseorang. Katakanlah si A, terus yg ngenalin bilang gini: "Si A ini anak Om Pasaribu. Kau tau kan sama Om Jenderal Nasution, nah Om Pasaribu itu, anak dari Namborunya, Bapa-tuanya, Tulangnya, babere-pohuppunya, Inang Uda, Itonya, anaknya, Tulangnya, adek dari Jenderal Nasution. Jadi Kau masih sepupuan sama si A ini. Jadi kau panggil abang ajalah. Bingung gak lu gok? Mate gak lo? Gubraagg duweh...
Eyke kalo sudah begitu mending pengen lenyap aja dari muka bumi. Cuma bisa mesem en ngangguk-ngangguk. Kagak ngerti blasss... Cuma bisa ngejawab: "Oh iya ya Om? Oh gituuuu yaaa Om... Iya duuwwehh... yiiuukk..."

Pernah dulu eyke nemanin Mrs.Nyo ke Kuala Lumpur. Ada nikahan anak seorang saudara di sana. Bapaknya berdarah campuran Batak dan Melayu. Mantan penyanyi sangat terkenal di Malaysia, di era tahun 70-an. Kalau dengan bapaknya ini, yg mantan penyanyi tersohor ini, eyke masih sempet kenal. Karena desye masih punya banyak saudara yang tinggal di Sumatra trutama di Medan. Dan dia sering berkunjung ke sana, dan selalu menyempatkan diri silaturahim ke rumah kakek eyke. Jadi eyke masih tau kalo dia itu sodara.
Di acara pernikahan anaknya itu, ternyata Mak-cik Sheila Madjid juga datang. Eyke baru tahu, kalo ibunya Sheila Madjid juga orang Mandailing. Boru Nasution. Waktu dikenalkan sama salah seorang sodara dari Medan yg juga hadir di situ, mulai deh partaromboan/silsilal berlangsung, krn itu emang penting buat Batak agar tahu saling menyapa dengan panggilan apa.

"Ini Sheila Madjid", mulai deh tarombo, "Ibunya ini Nasution, Ingat kau kan, Bujing (Tante) Anu, (sumpah eyke kagak ingat gok), nahhh Ibunya ini, adalah Bowu (Bude), dari Tulangnya, Itonya, Parumaennya, anak dari Cucunya, Inang Tobangnya, dari udanya, kakek dari Bujing Anu tadi, jadi kau panggil Bujing lah sama dia (maksudnya eyke panggil Tante gitu ke Sheila Madjid). Eyke liat-liatan sama Mak-cik Sheila Madjid, sambil mesem-mesem. Eyke aja pusink 7 keliling, apalagi desye kan gok? Sambil cengengesan kagak mudeng, eyke komen biar gak kagok "Iya deh Uda (Om), yg penting sama-sama Muslim." Ternyata Sheila Madjid juga ngerti kebingungan eyke, dia balas komen "Iye ler, dalam Ukhuwah Islam. Semuenye juger bersodare...", katanya sambil senyum.
Seumur-umur ketemuan aja baru sekali. Baru tau kalo Ibunya Nasution. Nahloh, ujug-ujug bersodaraaaa.... Itulah Batak ya gok...

Balik ke acara pernikahan anak Mantan menteri tadi, eyke di kenalin Mr.Bo, ke seorang tamu, yg juga menurut silsilah masih bersodara. Marganya Nasution. Dulu waktu masih SMA, Tante eyke pernah bercerita kalaw Di Mandailing, yang dulunya 100% Islam, Punguan Nasution dan Lubis pernah mengalami gegar dan gempa. Sebab salah seorang Marga Lubis dan Marga Nasution, murtad dari Islam, dan convert ke Kristen, gegara diiming-imingi jabatan di Pemerintahan. Dulu Jaman penjajahan Belanda, yang mau jadi pegawai pemerintahan penjajah, harus ganti agama dulu, baru boleh kerja di pemerintahan. Persis seperti kultwit "Sejarah Kristenisasi" dari mas @Hafidz_ary tadi.

Dan orang yg dikenalkan Bokap eyke di pernikahan mantan Menteri itu, adalah salah satu keturunan Nasution yg Murtad itu. Oooowww pantesiinn, eyke kagak pernah liat mukanya nongol diacara kumpul-kumpul "Pomparan Ni Nasution". Soalnya Nasution keturunan Murtad itu, dalam "punguan Mandailing Nasution" dianggap agak-agak "penghianat". Rela murtad dan gati agama, demi jabatan. Begitu juga yg Marga Lubisnya. Jarang sekali turunan dari kedua Murtad itu mau ngumpul-ngumpul diacara adat. Agak-agak malu ati kali ya gok....

Nah itu dulu, jaman Penjajahan. Kalo gak gitu, kata Tante eyke, sampe sekarang Mandailing itu Pasti 100% Muslim. Tapi gegara dua Murtado tadi, jadi deh ada keturunan Nasution dan Lubis yg Kristen. Jadi kata Tante eyke, kalo ketemu Nasution ato Lubis yg Kristen, itulah hasil pemurtadan Jaman Penjajahan.

Kalo itu kan cerita jaman penjajahan gok, nahh kalo sekarang gimana cara-cara pemurtadannya gok?
Kalo sekarang lebih canggih gok, ada Murtad "cara Moderen". Lo kagak diiming-imingi kerjaan, tapi diiming-imingi beasiswa ke Negara-Negara Barat. Lo kagak perlu ganti Agama. Lo tetap ngaku Islam. Tapi lo harus berupaya memporak-porandakan dasar-dasar Islam. Cara ini justru jauh lebih berbahaya bukan gok?
Dan upaya lo untuk memasukkan intrik-intrik atau pikiran-pikiran menyimpang dari dasar-dasar Islam, akan dibiayai oleh Negara-Negara pemberi donor tadi. Lihat tuh contohnya barisan bebek penerima Beasiswa yg banyak dari NU, contohnya barisan bebek JIL . Hampir seluruhnya setelah dikasih beasiswa dan sekolah Ilmu Agama ke negara-negara Barat sono, pulang-pulang jadi barisan infiltrasi pemberangus Islam. Meski masih ngaku Islam, tapi polanya hampir sama pemurtadan.
Lebih seram dan lebih tak teraba. Kalo mereka langsung jelas-jelas mengaku Murtad seperti kejadian di Mandailing yg eyke cerikan di atas, malah gampang menanganinya. "Dibuang" dari "punguan" (Kumpulan) aja sudah skak Mat. Gak bisa lagi mempengaruhi.
Tapi kalo pemurtadan model JIL (Jaringan Iblis Liberal) yang notabene, kacung penerima beasiswa itu, lebih sulitkan memposisikan diri? Bahkan NU aja kebingungan menempatkan posisi kelompok "murtado Moderen" ini. Gak bisa kayak Punguan Nasution ato Lubis, yg "membuang" secara halus para Murtadin seperti cerita saya di atas tadi. Lha meski murtad, mereka tetap ngakunya Islam ta? Bingung kan gok?
Tapi tetep ya gok, sama aja, mereka murtad teteeppp karena ujung-ujungnya duta, alias duwit.
Wooaalllaahh.... Yiukk kita ngemis beasiswa, biar ntar jadi JILers... Kuwekuwekuwekk.....