whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Debate === Indonesian Idol and The Debate of Indonesia Presidential Candidates

Hari Kamis kemaren (18 Juni), malamnya channel benar2 sepi. Seperti biasa, Semua ID memang log-in dan nongol ke channel. Tapi tak ada satu pun ID yang aktif.
Malam itu berlangsung acara Debat Capres Indonesia. Acara itu di broadcast secara live oleh salah satu teman melalui Virtual Private Network (VPN) ke channel, dengan menggunakan video streaming.
Tapi maklumlah, berhubung sambungan internet di Indonesia lumayan parah, jadilah banyakan teman2 memilih menonton langsung di TV saja. Dan buat yg kebenaran lagi tidak di Indonesia, termasuk gw, harus cukup puas melihat acara itu melalui video streaming tadi, yang terputus2 kaya setrikaan kurang listrik.
Dan sepertinya orang2 sechannel semua melihat acara itu, sehingga base camp jadi sepi kaya kuburan. Barulah keesokan harinya gw dapat rekaman acara itu dengan kualitas digital upstream. Dikirimin melalui email dari teman gw.
Dan setelah melihat dengan sempurna acara debatnya melalui hasil rekaman digital tadi, hehehehehe…. No Comment deeeee bwwoookkk……hiks hiks… No wonder, in Indonesia, opposition party means absolutely nothing.
Pantesan tidak ada seorang temanpun yang ngasih komentar di work group channel. Kwekwkekwkekkkk……
Garing kaya kerupuk udang ya bwok….kekekekekeke……..
Oooppss.. kan udah bilang No Comment ya bwok… gemana see….
Itu lah demokrasi ala Indonesia. Jangan pernah berharap Debat Calon Presiden Indonesia akan sama seperti debat capres Amerika.
Apa pun alasannya, secara cultural kita memang beda dengan Amerika. Indonesia harus menemukan bentuk demokrasinya sendiri yang benar2 pas. Dulu ada Demokrasi Terpimpin di era Soekarno, kemudian digantikan Demokrasi Pancasila di era Soeharto. Mungkin debat itulah cerminan Demokrasi Reformasi sekarang…. Indonesia masih mencari bentuk yang tepat...passs susunyaaa...
Secara cultural, kita memang beda dari Amerika. Rasa tepa selira, ewuh pakewuh, gotong royong, entah apa pun lah namanya, masih sangat kuat dalam bangsa kita.
Bahkan sering kali orang yang berani menyuarakan pendapat, akan dinilai sombong. Orang yang berani mendebat pendapat orang lain akan dinilai sok pintar. Orang2 seperti ini masih dianggap “kurang santun” dalam keseharian kita.
Kita harus akui bahwa debat semacam itu kita contoh dari Negara luar, katakanlah USA.
Tapi disana, orang mendebat orang lain sudah biasa. Disekolah, murid berdebat dengan guru, sampai kemudian gurunya mengaku kalah dan berkata, “yes, I guess you are right” sudah biasa.
Di Indonesia? Jangan coba2 kamu berani mendebat guru besar kamu, kalo gak mau dimusuhi seluruh civitas campus. Kamu akan dianggap kurang santun dan kurang ajar. Bahkan oleh sesama siswa.
Mau contoh yang lebih nyata? Coba saja liat Indonesian Idol, acara yg di”sadur” dari acara utamanya “American Idol”. Format acara American Idol memang sudah distandarkan, ada juri playing “bad cop and good cop”, ada para kontestan, dan ada drama. Diramu jadi tontonan yang mencandu.
Siapa yang paling terkenal di acara American Idol itu? Ya si “bad cop” itu si Simon Cowel.
Acara itu disadur persis dibanyak Negara. Kalau di negara2 Eropa, bahkan di Eropa Timur, yang menjadi “bad cop” nya ya hampir sama dan sebangun dengan Simon Cowel. Mean, rude, and merciless. Kejam, kasar dan tak punya perasaan. Walaupun yg diutarakannya umumnya kebenaran. Mungkin cara menyampaikannya yang terlalu terbuka, yang menjadikanya keliatan begitu tak punya tepa selira. Kurang pantas buat Indonesia.
Di negara2 Asia yang ikut membuat acara local seperti Indonesian Idol itu, coba liat yang jadi bad cop nya. Apa ada yang seberani Simon Cowel? Indonesia? Malaysia? Filipina? Ada tidak yg seberani Simon Cowel menyuarakan pendapat? Separohnya "kekejaman" Simon Cowel pun tidak...
Dulu Mutia Kasim, “agak” berani mendekati Simon Cowel. Tapi coba deh liat, seberapa banyak dia dibenci oleh penggemar Indonesian Idol. Sampai dia tertimpa musibah kemaren itu, ada yang masih tega menyumpahi, dan bilang itu di santet orang yang disakitinya di Indonesian Idol. Ya ammppuunnn….
Coba deh…. Sampe segitunya…
Coba liat acara talk show yg banjir di Indonesia. Liat cara host/hostess acara talk show itu…
Bandingkan coba degan acara2 yang sama di luaran… Larry King live, 60 minutes with Barbara Walters, 20/20, Arsenia Hall, Oprah, bahkan acara gossip semacam E!, entertainment tonight, the red carpet, sebutin aja semua….
Ada tidak host/hostess kita yang berani menelanjangi yang diwawancarai seperti yang dilakukan diluar sana?
Di Negara tetangga itu, seorang selebriti diwawancarai, kalau tidak punya persiapan, bisa dipermalukan sampai mati kutu pada saat diwawancarai. Dan itu sangat sering terjadi. Coba kalau disini hal seperti itu dilakukan, bukannya si Artis yg dipermalukan, tapi si pembawa acara yang akan dimusuhi semua orang. Dianggap kelewatan dan tak punya sopan santun. Sampai acaranya diboikot. Jadilah talk show disini jadi seperti acara ramah tamah dan arisan. Dan justru itu memang yg dimaui public. Makanya acara semacam "Bukan Empat Mata" itu sangat laku disini.
Asia memang beda dengan Amerika dan Eropa. Dari segala macam segi kehidupan, kita harus akui kita memang beda dari mereka. Jadi apapun yg kita adopt dari luar, harus dimodifikasi menyesuaikan bentuk kehidupan disini. Termasuk kehidupan berdemokrasi, yang salah satu cerminannya adalah debat capres itu.
Tapi bukan berarti karena kita beda, terus kita harus menerima debat capres kita menjadi garing gitu kan? Kita memang harus mencari bentuk yang pas.
Tidak ada yang salah dari berdebat. Tidak ada yang salah kalau kita ingin Mempertanyakan pemikiran seseorang, bila dilakukan dengan santun.
Debat itu tidak sama dengan kurang ajar.
Ketiga Capres kita memang memahami betul hal itu. Kalau sampai mereka kelihatan “menyerang” dan “menyudutkan”, jangan2 nanti malah dibenci dan dimusuhi masyarakat. Dianggap jumawa dan sombong. Jadi lebih baik “main aman” saja…..
Tapi down fall nya dari sikap “mencari aman” seperti itu adalah: Ketiga capres kita itu jadi kelihatan sama dan sebangun. Tidak ada satu pun yang terlihat “cemerlang”. Tidak ada satupun yang benar2 bisa “meyakinkan” bahwa dia memang “lebih” dan "pantas" dipilih dari yang lain. Semua datar saja.
Kalau sudah begitu, apa gunanya cape2 memilih? Sudah aja pilih yg jelas2 ada. Toh tidak ada gunanya milih yg lain? Toh akan sama aja?
Yang satu sudah pernah… Dan perasaan hasil pimpinannya tidak lebih baik dari yg sekarang. Dan juga masih tidak bisa membuktikan akan lebih baik. Acara debat itu bukti kan? Sama aja kayanya.
Yang satu belum pernah… lha?? Apalagi ini??? Wong belum terbukti, diacara debat itu juga yaaa… sami mawon aja…. Sama dan sebangun…Gimana bisa meyakinkan akan lebih baik? Wong visi missi nya aja blum jelas….
Katanya sih, masih ada 2 putaran lagi acara debatnya, dan 2 lagi acara debat cawapres. Mudah2an aja nanti kedepan acaranya ada perubahan, jadi kita bisa liat mana yang benar2 pantas, dan siapa yang benar2 paham hendak dibawa kemana negeri ini….
Sekarang sih teman2 di channelsudah punya jagoan masing2, tapi kalau meliat acara debat kemaren gak tau deh apa semua masih berharap banyak…. Jangan2 setelahdua putaran debat lagi, alih2 tambah keyakinannya buat memilih salah satu calon, malah2 jadi gol-put pula nanti….hekhekhekhek……

No comments:

Post a Comment