whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Tafsir: -- Jangan gunakan tafsir hanya sepotong-sepotong, dan menggunakannya untuk membela kepentinganmu. Itu hanya akan menunjukkan kebodohanmu ---

Ali Erlangga menulis begini di note gwe, sebagai jawaban atas pernyataan sikap gwe tentang agama Islam sesat baru itu:
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah , kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. “ (At Taubah (9) : 6).

Tafsir Alquran diatas diambil oleh Om Ali Erlangga  yang getol sekali melawan pernyataan saya tentang aliran "agama Islam baru" yang dibawa oleh nabi palsu itu.
Tafsir dari Alquran Surat 9 (At Taubah) ayat: 6, mungkin dimaksudkan untuk menyatakan tidak semestinya kita memerangi agama baru tersebut, tapi sebaiknya mengampuninya dan merangkulnya.

Tapi ketika dia menuliskan tafsir tersebut. Gwe dan teman-teman gwe malah menjadi bingung, sebenarnya Om Ali ini sedang membela prinsip gwe tentang agama baru tersebut, atau sedang mencoba membantah pernyataan-pernyataan gwe tentang agama baru tersebut. Benar-benar bingung, kenapa? Begini ceritanya....

Sebenarnya gwe dan teman2 gwe, sudah malas menjawab debat Om Ali ini. Dan sudah memutuskan tidak akan menggubris Om Ali meong ini lagi. Karena kita merasa bantahan Om Ali, benar-benar tidak nyambung dan tidak mutu. Termasuk Tafsir yg dituliskannya dan saya kutipkan di Atas tadi. Tapi gwe gatel tangan ingin menjawab jadi gwe jawab deh... biar juga rasanya jadi berdebat dengan orang bodoh. Karena gwe yakin bener kalo Om Ali ini, hanya tahu kulit-kulitnya saja tentang yang dibicarakannya. Jadi gwe janji ini jawaban terakhir gwe untuk Om Ali. Karena ada baiknya menjelaskan ketidak nyambungan bantahannya terhadap pernyataan-pernyataan gwe tentang agama baru tersebut. Jadi kalo temen-temen gwe pada marah sama gwe karena keras kepala tetap menjawab mang Ali...maap yaa bboookk....

Sebelum gwe meneruskan pada jawaban gwe atas tafsir tersebut. Ada baiknya gwe menjelaskan dulu, bahwa kalau menggunakan satu ayat Alquran sebagai bahan diskusi, perlu dan harus diketahui latar belakang dan history kenapa ayat tersebut diturunkan. Dalam konteks apa ayat itu diturunkan. Apa penyebabnya. Bagaimana suasananya. Dan apakah ayat itu diturunkan bersama-sama dengan ayat lainnya. Atau hanya sepenggal ayat itu saja.

Dan sering kali orang-orang yang sok merasa pintar tentang penafsiran Alquran, menggunakan dan memotong-motong ayat2 Alquran untuk kepentingannya sendiri. Tanpa mengindahkan, kejadian kenapa ayat tersebut diturunkan. Dan dalam konteks apa ayat tersebut diturunkan. Dan gwe paling benci dengan orang-orang seperti ini. Yang kadang-kadang malah menyesatkan yang mendengarkan ceramahnya.

Karena terus terang banyak sekali orang-orang Islam, yang sebenarnya tidak mau capek-capek belajar tentang penafsiran. Tidak mau mendalami tentang konteks asbabunnuzul, kenapa ayat tersebut dikeluarkan. Terus terang contohnya adalah Om Ali ini, yang mengutip Surat Attaubah ayat 6 tersebut seenak jidat, untuk membela agama baru tersebut dan untuk mematahkan pernyataan saya tentang agama baru itu.

Sekarang mari kita masuk ke asbabunnuzul mengenai ayat yang dipermasalahkan om Ali di atas. Yaitu surat Attaubah ayat 6 tersebut.

Surah Attaubah adalah termasuk salah satu surat yg terakhir yg diterima oleh Yang Mulia Rasul. Dan surat ini adalah SATU-SATUNYA SURAT BARA'AH.  Inilah SATU surat yang tidak memakai Basmallah sebagai pembukaannya. Kenapa begitu?  Karena inilah SURAT PERNYATAAN PEMUTUSAN DARI ALLAH DAN RASUL, terhadap semua bentuk kekafiran dan kemusrikan, segala bentuk penistaan agama. Surat ini sebagai pernyataan perang terhadap segala kemusrikan. Penuh dengan ayat-ayat yang menyatakan tidak ada kompromi bagi orang-orang yang memusuhi Aqidah Islam.

Ayat yang dituliskan Om Ali di atas, (mungkin maksudnya untuk membela kepentingan agama baru tersebut), termasuk dalam 10 ayat pertama dalam surat Bara'ah ini. Ayat itu turun bersamaan sekaligus 10 ayat. Ayat 1 s/d 10 surat Attaubah. Silahkan baca sendiri kesepuluh ayat itu. Saya tidak akan menuliskannya disini.

Jadi ketika gwe dan teman-teman membaca ayat yg dituliskan Om Ali Temali diatas, untuk membantah gwe, dan membela agama baru tersebut, gwe dan teman2 gwe jadi tambah bingung. Binguunngg bboookk....
Teman gwe bilang gini:"Bwok, ini orang bodoh apa tolol ya? Mau membela agama sesat tapi justru bawa-bawa ayat dari Surat Bara'ah. Surat yang jelas-jelas merupakan pernyataan perang terhadap kesesatan. Surat paling tegas dari Allah, tentang pemutusan segala perjanjian dan hubungan dengan kaum Kafir. Surat pernyataan perang terhadap penista Islam. Kok malah membela agama sesat dengan ayat dari surat Bara'ah ya bok? Kontradiktif gak sih bok? Apa dia tau ya sejarah penurunan kesepuluh surat Bara'ah itu?"

Pemilihan mang Ali atas ayat dan surat itu, untuk membantah pernyataan gwe tentang agama baru tersebut, semakin menunjukkan kalo si Ali Temali ini, benar-benar asal comot dan tidak tau apa-apa tentang asbabunnuzul tafsir ayat-ayat Bara'ah itu.

Kesepuluh ayat Bara'ah yg sangat mulia itu turun ketika Yang Mulia Rasul akan kembali dari Perang Tabuk (Tahun 631 M). Dan banyak ayat dalam surat Attaubah ini turun pada saat sebelum dan sesudah perang ini. Buat Om Ali Temali silahkan baca kisah perang ini ya? Gwe tidak akan menuliskannya disini. Disitu banyak dikisahkan tentang kaum munafik. Dan menurut gwe, beberapa kisah-kisah kemunafikan itu mirip-mirip seperti yang dilakukan Mang Ali Temali sekarang. Pembelaan terhadap kaum sesat. Baca aja deh sendiri mang Ali yaa..., biar jangan jadi sok tau. Satu hal yang perlu gwe perjelas, Perang Tabuk itu tidak akan terjadi kalo bukan karena ummat Islam diserang duluan.

Seperti yang gwe jelaskan diatas, ayat 6 Surat Bara'ah itu termasuk dalam Kesepuluh ayat yang datang bersamaan kepada YM Rasul. Dan ayat-ayat Bara'ah yang mulia ini, merupakan TANDA BATALNYA PERJANJIAN ISLAM DENGAN KAUM KAFIR. Itu lah tanda dimulainya kembali perang terhadap kemusrikan Kafir Qurais. Jihad fisabillilah. Hal itu dikarenakan kaum kafir Qurais telah menjadikan perjanjian Gencatan Senjata dengan Islam, justru sebagai alat untuk menghina Allah.

Sebelum perang Tabuk terjadi, Islam mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan kaum Kafir Qurais. Perjanjian gencatan senjata itu menyatakan Ummat Islam dan Kaum Kafir tidak akan saling berperang. Ummat Islam dan kaum Kafir Qurais akan saling menghormati. Dan Ummat Islam diperbolehkan berhaji dan melakukan Tawaf di Baittullah. Tapi Kaum Kafir malah menjadikan perjanjian gencatan senjata itu sebagai kesempatan untuk menistakan Allah. Yang Mulia rasul sangat marah mendengar bahwa kaum Kafir Qurais selalu bertawaf telanjang bulat di Baitullah selama perjanjian gencatan senjata itu berlangsung.

Dan turunlah kesepuluh ayat utama surat Bara'ah itu. Allah menyatakan semua perjanjian dengan Islam sesungguhnya adalah perjanjian antara RasulNya dan juga langsung dengan Allah sendiri. Dan Allah TELAH MEMUTUSKAN SEGALA PERJANJIAN DENGAN KAUM MUSYRIKIN DAN PENISTA AGAMA. Dan Allah MENGIJINKAN ummat Islam untuk memerangi kaum Musyrikin itu. Jihad Fisabillilah.

Kasarnya kesepuluh ayat itu berbunyi begini: Perangi dulu kaum kafir itu, hingga mereka bertobat, dan kalau mereka bertobat dan meminta perlindunganmu, maka ampuni dan lindungi lah mereka. Karena memang Allah itu Maha Pengampun. TAPI, pengampunan dan perlindungan itu ada syaratnya, yaitu TOBAT. Tanpa bertobat, jelas tidak ada perlindungan dan pengampunan. Jadi kalau mau tahu tentang ayat utama surah Bara'ah itu. Baca kesepuluhnya. Jangan dipotong hanya di ayat 6 saja.

Jadi Om Ali Temali yang sok pintar itu, telah memotong kesepuluh ayat Bara'ah tadi. Dan mengutipkan hanya ujungnya saja. Seolah-olah ingin mengatakan, Islam harus mengampuni siapa saja, meskipun mereka belum bertobat.

Dalam Islam, when it comes to Aqidah and Syari'ah, tidak ada kata lain kecuali Jihad Fisabillilah. Dan Surat Bara'ah (Attaubah) itu dasarnya. Ketika orang murtad itu menistakan dan menghina Aqidah dan nilai-nilai prinsipal Islam, jawabannya hanya satu: Jihad Fisabillillah.
KECUALI...sekali lagi KECUALI... mereka bertobat (attaubah)... maka lindungi dan ampunilah mereka.

Tapi ini, bukannya bertobat, sudah diminta baik-baik, dibujuk, dirayu, masih juga keras kepala berdakwah tentang kesesatan, terus mau diampuni dan dilindungi? Dari mana hukumnya?

Saya tidak menyatakan saya setuju dengan cara yang diambil oleh orang-orang yang menyerang kaum sesat itu. Karena terus terang kita punya hukum.
Jihad itu banyak caranya. Dan cara saya adalah dengan menulis. Menyumbangkan harta untuk jalan Islam. Menyumbangkan ilmu untuk Islam. Dan terus-terusan mendesak pemerintah untuk BERTINDAK TEGAS, memisahkan kesesatan itu dari Islam.

Itu juga cara-cara yang dilakukan banyak orang. Jangan berhenti mendesak pemerintah untuk memisahkan kesesatan itu dari Islam. Tapi dengan sok baik membela keberadaan kesesatan itu, dan membiarkan mereka terus menerus menghina Aqidah Islam, menurut gwe itu adalah satu jalan kemunafikan dan kemusyrikan.

Masalahnya sekarang, bagaimana kalau seandainya pemerintah tidak mendengar desakan itu. Malah mengacuhkannya, dan tetap membiarkan kesesatan itu berdakwah menyebarkan benih-benih kemurtadan ke dalam Islam. Bagaimana kawan? Apakah seperti Om Ali Temali, kita tetap mengampuninya? Kita tetap merangkulnya walaupun hukum Allah adalah, ampunan hanya diberikan dengan tobat (attaubah). Bagaimana kawan?

Gwe punya jawab sendiri. Dan Om Ali Temali silahkan aja bergaul dan berselingkuh dengan kaum sesat itu. So long bye bye....

P.S: Buat Om Ali, sebelum punya guru Tafsir sekaliber Om Quraish Shihab, jangan ngebacot tentang tafsir didepan gwe ya bok. Malah ketahuan tololnya tidak tau apa-apa tentang ilmu tafsir. Kekekeke......

No comments:

Post a Comment