whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 16, 2011

Books of Temptation === The World Is Not Enough

I can’t get no satisfaction….Cause I try and I try and I try…. I can’t
get no…satisfaction…..
Itu lagu yang dilantunkan Mick Jagger beberapa tahun yang lalu. Menjadi
hit dimana2. Memojokkan iklan2 di media massa yang menyebabkan orang2 untuk
membeli produk2 yang tak dibutuhkan, dan sekaligus menggambarkan keinginan
terhadap sex yang tak terpuaskan. Lagu itu seperti menggambarkan luapan emosi
dalam dirinya kala itu, yang masih malang melintang sebagai super rockstar, dan
ingin meniduri setiap wanita di belahan dunia mana saja.
Temptation….
Gw tidak tau bahasa yang tepat untuk menerjemahkan kata ini. Hasrat
mungkin? Keinginan? Rayuan? Pokonya artinya, segala sesuatu yang menyebabkan kita ingin melakukan sesuatu, untuk memuaskan kemauan kita. Dan seperti lagu Mick Jagger tadi, yang sepertinya tak akan pernah terpuaskan.
Ada dua berita yang lagi menjadi topic hangat di media massa akhir2
ini. Selain berita tentang olimpiade Beijing tentunya. Pertama, berita heboh
tentang “serial killer” dari Jombang, “Ryan si penjagal”… dan berita mengenai
perpecahan di tubuh partai PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Pertikaian antara
kubu Gus Dur, dan Kubu mantan ketua PKB lama, Muhaimin Iskandar.
Kedua berita itu meskipun secara sosio politik merupakan kejadian yang
sangat jauh berbeda maknanya, namun disatu sisi menggambarkan kesamaan akar permasalahan. Temptation.
Koran2 semacam Kompas, Media Indonesia dan sejenisnya, lebih memilih mengangkat berita pertikaian PKB sebagai berita utama. Sementara koran2 “kelas dua” lebih memilih pemberitaan mengenai penjagalan yang dilakukan “Ryan the Butcher”.
Jelas tentu, pertikaian PKB melibatkan tokoh2 nasional, dan sedikit banyak akan
mempengaruhi peta perpolitikan Indonesia di masa depan. Koran2 utama itu lebih memilih pemberitaan semacam ini. Meskipun memberitakan penjagalan yang dilakukan Ryan, namun membahasnya lebih mengarah kepada pembahasan sosio cultural dan psikis. Tidak menjadikannya berita heboh seperti yang dilakukan koran2 grass root. Mungkin karena Ryan bukan siapa2, hanya seorang biasa yang melakukan kejahatan yang sangat keji.
Gw bukan seorang ahli tentang masalah kejiwaan ataupun psikolog, gw tidak ingin membahas kedua masalah
diatas dari sudut pandang ahli psikis, seperti yang dilakukan koran2 utama
tadi. Gw hanya seorang awam yang melihat kedua berita itu secara kasat mata. Gw tidak kenal Ryan. Dan gw kenal Gus Dur, mas Muhaimin Iskandar, dan mbak Yenny Wahid hanya sepintas. Tidak secara dalam dan personal. Gw kenal mereka hanya dibeberapa kesempatan, sepintas,  dikenalkan oleh
orang tua, atau dikenalkan kerabat atau teman2 lainnya. Tidak pernah kenal
secara dekat.
Jadi penilaian gw terhadap kedua kasus tadi benar2 penilaian kasat mata
seorang “outer circle” dan awam. Tidak ada maksud memojokkan atau pun
menghakimi.
Dari penilaian gw, kedua kasus itu disebabkan
hasrat/keinginan/temptation yang terus ingin dipenuhi. Gus Dur tetap berambisi jadi Presiden, sementara lapisan PKB yang lebih muda menginginkan adanya perubahan/pembaharuan (Kaderisasi). Terlepas dari keinginan adanya pembaharuan itu disebabkan oleh hasrat/temptation dari orang2 tertentu dari lapisan yg lebih muda, yang juga berambisi menduduki kursi RI-1. Tetap saja bagi gw pertikaian itu disebabkan ambisi oknum2 yang ingin melampiaskan keinginan dan hasratnya. Temptation.
Apapun alasannya bagi gw kaderisasi itu diperlukan. Tidak hanya dalam
partai PKB, tapi juga bagi partai2 politik Indonesia lainnya. Tanpa kaderisasi,
bukan hanya partai politik yang akan mati suri. Bangsa Indonesia pun akan
kembali ke jaman2 masa lalu, dimana sangat susah mencari pemimpin baru.
Coba lihat dari semua partai politik yang ada. Bahkan partai politik sekaliber PDIP dan PKB, kaderisasi itu mandeg. Padahal mbak Megawati dalam pidato politiknya setelah pengukuhannya sebagai calon presiden dari PDIP, menginginkan  calon2 muda dan muka2 baru untuk tampil dipanggung politik. Tanpa kaderisasi yang benar, kejadiannya adalah seperti yang terjadi sekarang.
Partai politik mengambil jalan pintas, dengan mengusung para Artis dan
selebritis untuk menjadi calon kepala daerah. Umumnya dijadikan wakil. Untuk
menangguk suara rakyat. Karena apa? Itu sudah pernyataan yg sangat vulgar dari partai politik bersangkutan, bahwa internal kaderisasi dalam partai tersebut tidak berjalan sebagai mana mestinya. Dari internal partai, mereka tidak memiliki calon yang layak ditampilkan untuk bertanding dalam Pilkada. Jadi siapa pun orang yang dapat menangguk suara banyak, tanpa perduli latar belakang pengalaman politiknya, akan dapat mendampingi orang nomer satunya. Tak perduli dia artis atau pengusaha pengemplang hutang. Yg penting dikenal orang banyak, dan dapat menangguk suara. Semua parpol, Bahkan Golkar, PAN dan PKS, partai politik yang juga berusaha melakukan kaderisasi melakukan jalan pintas seperti ini dalam Pilkada. Mau sebenci apa pun orang terhadap Golkar, karena kedekatannya dengan rezim sebelumnya. Kita tetap harus akui, kaderisasi terbaik dalam tubuh partai politik, terjadi dalam partai ini. Namun secara garis besar, mesin politik Indonesia memang sedang perlu turun mesin secara besar2an. Perlu overhaule. Mesin politik Indonesia sedang mogok dan rusak parah.
Tanda2 kerusakan mesin politik itu sudah semakin kelihatan belakangan
ini. Orang yang (ingin) tampil ke puncak hanya yang itu2 juga. Cerita lama dan
basi. Power is such a tempting matter. Temptation.
Itu adalah persoalan orang2 “atas angin”. Buat orang “gak penting” semacam Ryan, kasusnya sama saja. Terlepas apakah dia benar psikopat atau bukan, tetap saja bagi gw, dia melakukan hal sekeji itu karena temptation ingin hidup enak dengan cepat. Living in a fast lane. Ingin punya mobil, rampok aja punya pacar. Ingin punya HP baru, rampok. Ingin foya2 dengan pacar, Rampok.
Kalau perlu bunuh. Tidak cukup sekali? Berkali2….. Temptation…
Terlepas dari masalah bahwa Ryan terjebak dalam kehidupan konsumerisme
semacam itu karena ulah banyak orang termasuk iklan2 di media massa, seperti
yang dikritik oleh Mick Jagger dalam lagunya tadi, tetap saja bagi gw yang
dilakukannya tidak dapat dibenarkan.
Pembantu di rumah gw tiap hari melihat dan mendengar iklan di TV dan
Radio, tapi itu tidak menjadikan mereka penjagal. Anda boleh bilang, yaaa…
pengalaman hidup orang beda2…jalan hidup orang beda2…. Jadi jangan disamain dong…
Justru disitulah intinya…. Seburuk atau sejelek apa pun perjalanan hidup anda, anda harus dapat berkata “Tidak” untuk keinginan anda. Pada suatu titik, dalam perjalanan hidup itu, entah itu kapan, anda harus tau kapan harus berhenti, kapan harus berkata “tidak” dan melepaskan keinginan itu. Tanpa control seperti itu, anda akan dapat berubah menjadi Ryan berikutnya. Dengan kapasitas dan intensitas yg berbeda beda tentu. Bisa lebih kecil, tapi bisa justru lebih parah.
Berapa banyak kepedihan yang dihasilkan dari keinginan untuk memenuhi
hasrat yang tak terbatas itu? Bosnia, Iraq, Cekoslovakia, Uganda, Ethiopia, Chechnya,…. Harus bertambah berapa lagi..???
Kemaren gw dan beberapa teman datang ke Beijing menyaksikan pembukaan
Olimpiade musim panas. Sewaktu di airport menunggu jadwal keberangkatan kembali ke Jakarta, kita melihat berita tentang Ryan itu di saluran TV international. Gw lupa apakah itu CNN atau BBC. Kita kemudian membahas masalah itu dengan panjang lebar.
Terus terang gw hanya memiliki sedikit sekali teman dekat. Ada keinginan kita untuk menambah perbendaharaan teman itu dengan memperluas jaringan. Cara yang paling gampang tentu melalui internet. Awalnya keinginan itu kita laksanakan dengan main2. Dengan keisengan anak2 muda, dibumbui dengan
lika liku perkenalan teman baru yang kadang2 sangat mendebarkan dan menakjubkan, hehehehe….
Tentu saja ada beberapa persyaratan penting dan cukup berat yang kita
haruskan dalam serangkaian test case ini. Dari permulaan yang iseng dan
main-main, berubah menjadi “Hunt for Friends Game”yang serius dan sungguh2. Karena ternyata menemukan criteria orang yang dipersyaratkan, tidak segampang yang kita bayangkan. Sampai akhirnya kita membuat taruhan, yang mendapatkan orang pertama yang bisa disetujui semua orang, akan diberi hadiah yang bagi kita pun cukup besar nilainya. Tidak perlulah disebutkan apa hadiahnya. Semua itu kita lakukan karena keinginan itu tadi, keinginan untuk menambah perbendaharaan teman, dan keinginan membuktikan internet itu tidak yang seperti kita bayangkan….
Pencarian itu susah, karena ada beberapa hal yang membatasi kita untuk
dapat melakukan pendekatan secara vulgar dan langsung. Tetap harus ada jarak
dan batasan, dan juga karena pada prinsipnya kita sudah sulit untuk dibuat
percaya. Intinya sudah ada prejudice sebelumnya, yang sekecil apa pun
sebenarnya sudah membebani penilaian secara jujur. Dan yang paling penting
mungkin, kekhawatiran akan mendapatkan pilihan yang salah.
Jadilah perburan empat tahun itu hanya menghasilkan kesia2an. Haya
bertemu dengan segelintir orang, mencoba melakukan perjalanan wisata bersama, untuk kemudian tak pernah berhubungan lagi. Sementara hadiah itu semakin ditingkatkan jumlahnya. Dan juga menjadi kesia2an. Karena kita tahu, pada dasarnya kita sebenarnya sudah merasa comfort dengan keadaan sekarang. Tidak perlu mencari masalah baru. Tapi ya itu tadi…. Temptation… keinginan untuk melakukan perubahan….
Sampai akhirnya, enough is enough. Kita harus tahu kapan saatnya untuk
berhenti. Untuk bisa mengatakan “tidak” pada diri sendiri. Untuk dapat menerima kenyataan, bahwa teman dekat kita hanya akan tetap segitu-segitu saja. Tidak akan pernah lebih lagi.
Dua tahun yang lalu, gw lupa bulan apa, gw sempat berkenalan dengan
seseorang di Yahoo Messanger. Kita hanya sempat bertemu sekali saja, namun
berchatting ria cukup lama, hampir 5 jam. Namun tidak pernah lagi setelah itu,
karena gw sudah lupa nick name orang itu. Dan sebenarnya itu juga kesalahan gw. Karena memang selalu sudah diawali dengan kehati2an yang amat sangat, sehingga sudah mengarah kepada tidak percaya, dan paranoid. dia meminta untuk dimasukkan kedalam “Friends List”. Gw bilang iya, tapi tentu saja gw tidak pernah memasukkannya.
Terus terang gw very impressed dengan keluasan pengetahuannya. Caranya
menyampaikan ide, serta jokes dan banyolannya yang tidak basi dan gw anggap
berotak. Dia juga bercerita tentang rencana2nya kedepan. Dia bercerita tentang
keluarganya secara sepintas. Tentang pekerjaannya. Cita2nya kedepan, dan banyak lagi. Dia bercerita tentang satu perhelatan akbar di Jakarta yang sedang dia kerjakan dengan teman2nya. Dan keseriusan dia untuk melakukan perhelatan semacam itu, karena dia menyukai dan mencintainya. Dan gw tidak perlu menyebutkan perhelatan itu.
Awalnya gw berpikir dia hanya bual dan omong besar. Tapi gw tetap
melayani alur pembicaraannya. Karena terus terang enak sihhh membacanya…hehehehe…….
Tapi tentu saja gw sudah tau dalam hati (how stupid it was..) bahwa untuk tidak
akan mencoba bertemu. Dan gw juga bisa merasakan dia impressed dengan
pengetahuan gw…ciiiyeeeee…..
Setelah itu, beberapa kali dia meninggalkan off-line message di Yahoo
gw. Juga memberikan nomer kontaknya, minta gw hubungi, dan minta gw sms nomer gw, kalau gw tidak mau menghubungi, biar dia yang menghubungi gw…. Tapi ofcouse…seperti biasa… pesan seperti itu langsung gw hapus, tanpa pernah berusaha untuk menghubungi.
Sampai akhirnya mungkin karena bosan tidak pernah dijawab, pesan2nya di
Yahoo gw berhenti…
Sampai kemudian beberapa bulan berikutnya, gw melihat iklan perhelatan
akbar yang dia ceritakan itu dimana-mana. Diiklankan besar2an. Gw penasaran dan mencoba mencari tau tentang perhelatan itu.
Apa yang gw temukan sama persis seperti apa yang dia ceritakan. Tidak
mungkin dia bisa bercerita seperti itu, bahkan jauh sebelum acara itu
diiklankan dimana2, kalau dia tidak punya informasi orang dalam.
Gw cari tahu penyandang dana acara itu…untuk kemudian menemukan beberapa nama yang sudah pernah gw dengar. Nama2 yang gw tau mereka juga tau gw. Namun hanya dalam taraf menyegani dan kenal nama. Tidak lebih….
Kalau benar orang yang menjadi teman gw chating saat itu tahun 2006
yang lalu adalah seperti yang kita perkirakan. Orang yang menjadi salah satu
penyandang dana acara itu… Dia akan tahu tulisan gw ini.
Mudah2an, dia membaca blog gw yang bau busuk ini. Karena ketika
kejadian itu terjadi, blog ini belum pernah ada, juga Friendster busuk kita
ini. Dan moga2 mau menghubungi gw lagi. Dan mudah2an dia masih ingat nick name gw. Atau mau mengirim pesan melalui friendster kita yang indah jelita ini.
Sebab gw sudah tidak tau lagi bagaimana caranya untuk berhubungan kembali…. Dan tentu gw harap dia mau berbesar hati memaafkan kebodohan gw….
Sebelum kita benar2 berhenti dan mengakhiri stupid game ini “Hunt For A
True Friend”, this is our one last try. Mudah2an seperti kata orang, “Save the
best for last”.
The World is not enough, kita harus tahu kapan untuk berhenti. The Game
is Over. Diskusi tentang Ryan itu membuka mata kita. Resiko untuk bertemu
dengan seorang psikopat sangat dimungkinkan sekecil apapun kemungkinannya. Dan gw sudah seharusnya bersyukur, memiliki teman2 dekat yang sangat dapat diandalkan, segelintir apa pun itu.
Jangan hanya gara2 pengen punya lebih banyak sahabat…. Termutilasi pula
entar sampai ke Jombang….

No comments:

Post a Comment