whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, June 18, 2014

Books of Enterprise System ~ GARBAGE IN GARBAGE OUT ~ **MASUK SAMPAH, KELUAR SAMPAH**



Pernah dengar istilah "Garbage In, Garbage Out" pada aplikasi computer?
Idiom itu satu penjelasan singkat yg sangat tepat, untuk menjelaskan secanggih apapun system computer yang kamu punya, pada akhirnya manusia yg mengoperasikan "system komputerisasi" itu lah yg menentukan apakah system itu akan sukses atau tidak. Karena pada dasarnya Komputer itu "HANYA MENGOLAH APA/DATA YG DIMASUKKAN OLEH SI PENGGUNA/MANUSIA". Computer itu tidak punya "sense" untuk mengetahui apakah data yg dimasukkan "data tipu-tipu" atau bukan. Paling tinggi/canggih system computernya hanya memiliki "algoritma standard" untuk mengetahui "kira-kira" data yang dimasukkan salah dalam algoritmanya. Seperti salah ketik, salah besarannya, salah rumusnya, dll. Algoritma dasar yg juga dapat "diprogramkan" ke dalam systemnya. Tapi diluar itu, si computer tidak akan pernah tau, apakah si pengguna punya niat jahat atau tidak, sengaja memasukkan data-data yg salah/rancu. Selama data yg dimasukkan SESUAI dengan standard algoritma yg sudah diprogramkan ke dalam system, si Computer akan mengolahnya. Tak perduli hasilnya salah atau benar.

Pernah beli ticket pesawat di counter Garuda Indonesia langsung, ataupun di counter "partner Garuda" yg merupakan biro-biro perjalanan seluruh Dunia?
Mari kita lihat, bagaimana "sebuah system yang sama atau hampir sama", memberikan effect YANG SANGAT BERBEDA, bila dioperasikan oleh manusia-manusia yang sangat berbeda karakter dan sifatnya.
secara nalar dan logika, bila system komputerisasi yg digunakan "sama atau hampir sama" pasti akan mengeluarkan hasil yg sama juga bukan? Begitu juga logika "Naif dan sederhana si Mister semua Gampang Jokowi".

Mari kita ambil contoh 3 (tiga) BUMN yang sama-sama mengimplementasikan ERP (Enterprise Resource Planning) SAP di perusahaan mereka.

Untuk yg tidak mendalami masalah IT, untuk mudahnya gw jelaskan ERP itu sederhananya adalah applikasi/software yg dibuat untuk keperluan perusahaan-perusahaan besar. ERP itu berisi segala macam modul yg dibutuhkan untuk otomatisasi kerjaan perusahaan. Seperti akunting, distribusi, inventory/stock, penjualan, marketing, promosi, dan lain sebagainya.

Untuk otomasi/computerisasi sebuah perusahaan, perusahan bersangkutan bisa buat sendiri softwarenya/aplikasinya. Bangun dari nol (starting from the scracth istilahnya). Bikin sendiri source code, applikasi dan modifikasinya. Cara ini mungkin cara yg paling baik. Karena perusaan bersangkutanlah yang tahu betul cara/pola kerja mereka, sehingga modifikasinya bisa disesuaikan hampir mendekati kebutuhan mereka. Namun cara ini umumnya tidak dianjurkan. Karena akan memakan waktu yang saaannnggaattt lamaaaa dan pada akhirnya akan menghabiskan biaya yang sangaattt bessaarrr...!!

Analoginya adalah, kalo sebuah warung kopi kecil mau mengotomasi "profit & loss/untung rugi" warungnya, lebih baik beli applikasi "akunting sederhana" yg banyak dijual dipasaran kan? Atau malah cukup menggunakan "Microsoft Excell". Daripada dia buat applikasi baru dri nol. Itu bodoh namanya, ada yg gampang kok malah pengen ribet.

Begitupun perusahaan-perusahaan besar semacam Garuda Indonesia. Berbagai system Applikasi untuk otomasi dan integrasi perusahaan, banyak tuh ditawarkan di pasar, seperti SAP, Oracle, JDEdwards, Epicor, SAGE, Microsoft Dynamic, QAD, INFOR, SYSPro, masih buaanyyakkk yg lain, ratusan bahkan ribuan. Jadi tak perlu buat dari nol kan? Tinggal implementasikan dan modifikasi sesuai kebutuhan.
Modifikasi dibutuhkan biasanya untuk menyesuaikan dengan policy/undang-undang negara bersangkutan. Modifikasi ERP yg paling umum dilakukan adalah untuk modul "pajak/tax".

Kembali ke persoalan semula, tentang pernyataan si Mister semua Gampang Jokowi, mari kita ambil contoh 3 BUMN yg sama-sama mengimplementasikan SAP. Garuda Indonesia, Pertamina, dan PLN.
Contoh ini diambil, untuk menggambarkan, BAGAIMANA PENTINGNYA CULTURE PERUSAHAAN/MANUSIANYA, MEMPENGARUHI SEBUAH SYSTEM COMPUTER YG SAMA.

Kalau gw tanya ke elu semua, dari ketiga perusahaan itu mana yg menurut lo paling baik dan paling professional kinerjanya? Pasti semua menjawab GARUDA INDONESIA. Lha kok bisa??? Kan manusianya sama-sama manusia Indonesia, dan menurut si Mister Gampang Jokowi, dengan system yg sama, pasti akan menghasilkan kualitas kerja yg sama. Iya kan? Desye kan mikirnya begitu. Makanya ngottoooottt mendorong-dorong penggunaan "e" system.

Bandingkan layanan yg lo dapat sebagai customer, ketika berhadapan dengan Garuda, Pertamina, dan PLN. Padahal system yg mereka pakai sama. SAP Enterprise solution.

Sebelum mengimplementasikan ERP/SAP, masih ingat jamannya mbah Harto dulu? Garuda seperti Raja Bodoh yg tak tahu diri. Sombongnya minta ampun, karena memegang hak monopoli untuk penerbangan dalam negeri. Garuda mau rugi kek mau untung kek pasti akan dibackup Pemerrintah. Jadi buat apa professional? Iya kan? Saat itu Garuda bisa seenak jidat "menendang" customer-customer yg sudah confirm penerbangannya, untuk digantikan Pejabat-Pejabat Negara yg tak tahu diri, mendadak perlu ke daerah, tanpa confirmasi minta 10 seats karena bawa anak bini dan ajudan, merasa Garuda itu perusahaan nenek moyangnya. Masih ingat jaman itu?

Coba bandingkan sekarang. Roy Suryo seorang Menteri, sampe mental-mental digossipin di sosial media, gegara ngotot minta seat tanpa confirmasi di Garuda. Merasa Menteri pejabat negara, harus diperlakukan "lebih" oleh Garuda. TAPI SEORANG "BAWAHAN" GROUND STAFF GARUDA, BERANI MENOLAKNYA DENGAN SANGAAATTT PROFESSIONAL!!!

Dengan implementasi SAP, GARUDA merobah secara drastis pola kerja mereka. Semua terotomasi dan terintegrasi. Bahkan ke SEMUA Biro perjalanan DI SELURUH DUNIA. Tidak bisa lagi seenak jidat pake ketebelece minta seat dadakan. Dan Garuda paham betul resikonya. ERP "memaksa" mereka untuk bekerja by system, by rules. Artinya lebih professional.
TAPI jaauuhhh sebelum implementasi ERP/SAP itu dilakukan, coba deh tanya apa yg sudah dilakukan oleh Mas Emirsah Satar selaku Presdir Garuda, serta dua Presdir lain sebelum dia. MEROMBAK TOTAL CULTURE KERJA GARUDA!!
Kalau tidak mau bangkrut bersaing dengan maskapai penerbangan lain. Bahkan bersaing dengan maskapai penerbangan International, yg sudah jauh lebih professional kinerjanya seperti British Airways, Singapore Air Lines, Atau Cathay Pacific. Garuda harus menjadi perusahan dengan culture Professional, agar bisa bertahan. Cuma itu satu-satunya cara.
Dan otomasi system operasional Garuda, harus "dipatuhi" semua orang secara professional.
Itu yg membuat implementasi SAP sukses di Garuda. CULTURE DAN MANUSIANYA yg sudah berubah JAUH LEBIH PROFESSIONAL.

Bagaimana cerita dengan Pertamina dan PLN yg sama-sama mengimplementasikan SAP.
Kalau Pertamina, ada dua direktoratnya, Hulu dan Hilir/Distribusi. Kalau yg Hulu, customernya, ya perusahaan (enterprise) juga. Bukan personal. Bukan retail. Tapi kalau direktorat Hilir/distribusinya, ya customernya termasuk elu-elu yang beli BBM di pombensin Pertamina. Sekarang aja layanannya "agak lebih baik". Setelah punya saingan Shell, Total, atau Petronas yang sudah modar.
Tapi kalo elu punya bisnis secara enterprise bukan personal dengan Pertamina, maaaappp yaaa brroookkk... mana yaaaa implementasi SAPnya????? Kok nggak terasa seeeehhh....?????
Duit siluman masih bertebaran tttuuuuu..... Antrian mobil Tanky yg lo punya, untuk dapat jatah diisi bahan bakar bisa berubah keujung dunia antriannya, bila tidak ada "amplop-amplopan". Padahal urutan antriannya sudah diatur by system.
Stock BBM bisa ngilang kemana tauk. Padahal sudah dimonitor SAP System tuuuu...
Kok bisa raib kayak setan??? Lha kok bisa beda dengan Garuda???? Bingung kan brrookkk..????
Sama-sama SAP, sama-sama manusia Indonesia. Kok bisa seeehhh beda kinerjanya??? Kata mang Jokowi, implementasi system pasti gammmppaanggg, korupsi bisa hilang dari Indonesia!!!!! BINGUNG KAN BROK, DIMANA GAMPANGNYA???

MENGAPA PERTAMINA BISA BEGITU?? Jawabannya dua. TERLALU BANYAK INTERVENSI LUAR (PEMERINTAH DAN PARA BAJINGAN penghisap Pertamina, semacam Sultan Batugana ITU). DAN CULTURE KERJA MONOPOLISTIK YG SAMPE KINI BELUM BISA DIHILANGKAN PERTAMINA.
Garuda bisa berubah karena harus bersaing ketat, dan tidak perlu mikirin devisa negara.
SEMENTARA PERTAMINA, mau berubah seprofessional apapun, SELLLAAAALLUUUU DIRECOKIN PEMERINTAH dan PARA BEGUNDAL PENCURI UANG NEGARA ITU!!! Jadi gimana mau bisa berubahhhh???

Dalam system otomasi ERP, secanggih apapun sebuah system, pasti tidak bisa menangani semua proses kerja yang ada. Proses-proses yang tidak bisa "ditangani" system ERP/otomasi perusahaan ini, harus dikerjakan "diluar system". Hal ini dalam system ERP disebut "Case (Kasus)". Sebuah case akan tetap "Open (terbuka)" sampai pelaporannya/input akhirnya "diclose (ditutup/selesai)" dalam System. Karena dikerjakan diluar System, artinya semua pengerjaannya akan dilakukan secara "manual". Dan by default dalam kasus-kasus special semacam ini, juga harus diawasi/dimonitor secara "manual".
Sebenarnya ERP/System itu dibangun untuk mengurangi "pekerjaan manual" semacam ini. Namun sekali lagi, hal semacam ini tidak dapat dihindari karena dinamisnya proses produksi dalam sebuah perusahaan.
Namun "kasus-kasus" semacam ini harus diminimalkan sekecil mungkin. Sebab scara logika, apa gunanya punya System ERP, kalau semua proses prosuksi masih dikerjakan manual? Iya bukan?
Dalam system ERP, semakin banyak "kasus special" yg terjadi, itu berarti system yang dibangun "TIDAK LAYAK PAKAI". Karena banyakknya manual input/reporting/produksi. Bila "kasus" proses di luar system hanya terjadi satu atau dua kali, itu wajar. Namun jika terjadi berkali-kali, artinya System yg dibangun memang tak betul lah brookk...

Jadi bagaimana dengan pertamina yang saban hari saban minggu saban Bulan, direcokin orang semacam Sultan Batugana?
Setiap hari ada "case" yg harus dibuat. Systemnya sudah teriak-teriak, wwoooyyy perusahaan rugi neeehhh... Proses penjualan sudah tak benar. Harga jual Tabung Gas LPG 13Kg sudah tak layak jual. HHoooyyy... kita rugi neeeehh... System Penjualan SAP Finance-nya sudah teriak.... Eeehh... Mister Dahlan Iskan, Menteri BUMN, serta satu telepon dari Istana,... bubar jalan deh tuh System SAP di Pertamina.

Apakah hal seperti itu terjadi di Garuda? Tentu tidak. Sebab apa? Garuda tidak dibebani untuk menambal defisit anggaran negara. Tidak seperti Pertamina. Yg harus hati-hati menggunakan systemnya, karena harus ikutan mikirin kebocoran anggaran negara.

Nah bagaimana dengan PLN?
Yah sami mawon dengan Pertamina. Hanya saja tentu tidak separah Pertamina direcokinya soal nombokin anggaran.
Hanya saja, selaku perusahaan listrik monopolistik, tanpa saingan, ya lihat saja tuh Budaya/Culture kerja manusia-manusianya.
Padahal para Direktur PLN, sudah dari dulu "tereak-tereak" pencanangan etos kerja yang lebih professional. PLN to become "Customer Oriented" company. Banner dan baliho segede-gede gajah dipasang hampir di tiap kantor PLN. Bunyinya: Harap tidak memberikan duit tambahan pada biaya pemasangan. Jangan menggunakan Calo. Bla..bla...bla....
Semuanya ingin menunjukkan PLN telah berubah. Tidak seperti PLN yang dulu. Makanya kita implemntasi ERP system. Pake SAP. Biar tdak ada lagi Pungutan liar. Tapi bijimana kenyataannya masbray?

Mungkin dibanding dulu, memang ada "sedikit perubahan" di PLN. Sedikit ya masbrok, sedikit, tidak banyak. Tidak seperti Garuda yg berobah drastis!!
Elu yg pengen pasang Listrik baru, gimana coba pengalaman lu yg melakukan sendiri? Capek gw kalo harus menjelaskannya dimari. Biar orang PLN sendiri deh yg menjawab. Implementasi ERP systemnya ga kerasa tuh ke cutomers. Ga kerasa masbray!!

Berbeda dengan Garuda, implementasi ERP systemnya, memperlihatkan perubahan drastis. Lu sebagai customer bisa merasakan itu. Berurusan dengan Garuda dan seluruh "partnernya" terasa sangat mudah dan simple. Lu tidak merasa dirugikan dan dibodohi. Dan lu tidak usah perduli system ERP semacam apa yg mereka pakai di "back office (dapur)" mereka untuk mensupport kinerja mereka, agar lu sebagai pelanggan merasa dimudahkan dan puas. Iya kan?

Kenapa implementasi ERP yg sama pada ketiga perusahaan itu bisa demikian berbeda? JAWABANNYA ADA PADA MANUSIA YG MENJALANKAN SYSTEM ERP ITU!!!! Jadi kalo si Mister gampang Jokowi bilang 1001 macam system bisa merobah wajah Indonesia, coba dia bercermin dulu pada ketiga perusahaan yg gw sebutkan di atas.



**** Gampaanngg, cuma implementasi 2 minggu, Gampaanngg...****


Gw sampe terbodoh-bodoh mendengar perkataan si Mister kodok Jokowi ini. Kakakakakakaka....
Coba dia tanya sama mas Emirsah Satar, berapa lama mereka implementing ERP. Coba deh tanya!!
Padahal itu cuma 1 (SATU) Perusahaan lhoo....
Tanya sama BRI berapa lama mereka implementasi Financial System mereka.
Tanya sama Telkomsel, berapa lama mereka implementasi CRM system mereka. Tanya deh.

Tanya tuh sama Accenture, CA-Consulting, IBM, HP, SysIndosat, Astra Graphia IT (AGIT), dll tanya sama consultant2 IT tercanggih mereka, berapa lama implementasi system ERP di SATU PERUSAHAAN. BUKAN DI SATU NEGARA!!! COBA TANYA DEH!!!
Beranak dalam kubur semua orang kalau ada yg menjawab DUA MINGGU!!!!

Ada seseorang yang sotoy, membela pendapat Jokowi, bercerita di chirpstory, kalau implementasi "e" system itu memang gampang. Beliau ini mengambil contoh produksi Chipset Intel, atau mobil Avanza Toyota, yang bisa dilakukan hanya dalam hitungan detik atau Jam. Dalam satu detik Intel bisa produksi ribuan chipsit. Avanza satu jam bisa produksi ratusan mobil. Karena sudah implementasi system yg "berdasar source code yg sudah ada". Entah apa pulak maksudnya!!
Ehh brok situ paham Implementasi IT tidak. Jangan bego deh kalo bicara jadi ketahuan Asbun.
Produksi itu hanya satu bagian di uuujjjuunnnggg dari seluruh proses implementasi system otomasi ERP.
Biar kita jelaskan ya brok. Biar elu agak jadi cerdas, tidak sotoy dan asbun.

Tahapan Implementasi SATU SYSTEM DALAM SATU PERUSAHAAN itu sebagai berikut:

1. BRAINSTORMING (Waktunya bisa sehari sampai berbulan-bulan, tergantung apa yg ingin dicapai)
Di tahap ini seluruh ide dikeluarkan, bahkan ide paling gila sekalipun, untuk mendapatkan hasil PALING IDEAL bagi perusahaan.

2. SCOPING (waktunya bisa sehari sampai berminggu-minggu)
Di tahap ini mulai dipersempit ide, needs, wants, prioritize. Apa yg pertama harus dicapai. Apa yg paling penting untuk dikerjakan lebih dulu. Penahapan pekerjaan. Ide-ide "gilak" yg tak mungkin dicapai akan dibuang. Fokus pada keperluan paling penting yg ingin dicapai perusahaan. Inilah yang akan dikerjakan. FOKUS, FOKUS, FOKUS.

3. PLANNING & DESIGNING (Kalau mau benar, biasanya bagian inilah yang memakan waktu paling lama, bahkan bisa sampai ke akhir masa implementasi)
Di tahap ini semua perencanaan logistic, sumber daya, infrastructure system dirncanakan secara detail. Siapa mengerjakan apa. Berapa orang yg dibutuhkan. Siapa berhubungan dengan siapa. Siapa bertanggung jawab untuk apa. Bagian mana terlebih dahulu yang dikerjakan. Bagian mana berikutnya. Bagaimana tahapan/problem escelation. Plan A/Plan B bila pengerjaan salah. Apa aja yg perlu di modifikasi. yg tetap. Perlu penambahan source code. Segala macam.

4. PILOTING (Waktunya tergantung besarnya project)
Di tahap ini, untuk meminimalisir kegagalan implementasi system, dilakukan percobaan "miniatur" dari sytem yg sedang di rancang. Bila piloting berhasil, secara umum bila system "diroll-out" diharapkan pasti akan berhasil.

5. ROLL OUT/IMPLEMENTING. (Waktunya tergantung besarnya project)
Di tahap ini, hasil dari piloting tadi akan di roll out ke seluruh perusahaan. Ke anak-anak cabang. Ke seluruh rekanan (bila diperlukan.). Implementasi secara keseluruhan dilakukan.

6. TESTING. (Waktunya tergantung kesuksesan implementasi. Semakin smooth implementasi, semakin sedikit waktu testing yg diperlukan)
Di tahap uji coba ini (Biasanya disebut juga "soft launching") system lama dan system baru akan berjalan secara paralel. Bila yg diimplementasikan adalah system baru, bukan menggantikan system lama, maka system akan berjalan sendiri. Semua user harus diberikan training mengenai tata cara penggunaan system baru ini.

7. MIGRATING (Waktunya tergantung seberapa besar data dan seberapa banyak ketergantungan pemakai pada system yg lama/yg digantikan)
Di tahap ini perlahan-lahan seluruh data/reporting/production process dipindahkan ke system yang baru.

8. LIVE AND PRODUCTION.
Tahap akhir dari implementasi. Enterprise yg implement system bersangkutan sudah mulai berproduksi dengan menggunakan "proses produksi" yg diotomasi oleh system yg baru.

9. MONITORING.
Last but not least, tahapan yg tak kalah pentingnya. Untuk memonitor proses produksi dan hasil implementasi. Apakah sesuai rencana/design/scoping atau tidak.

Gampaanngg yaa bokkk implementasinya. Wuuiiihh gampanggg!!! Dua minggu bisa. Kwakwkakwkkwkakkk.
Iya bisa 2 minggu kalo system yang dibuat system abal-abal beli belusukan. Kakakakakkaak....

Terus si Sotoy yg membuat analogi dengan chipset Intel dan produksi mobil Avanza itu tadi, pesan gw jangan sotoy ya brok. Elu itu cuma berbicara ditahapan PRODUCTION. Coba deh tanya sama Intel dan Astra, berapa lama mereka ditahapan Designing dan implementingnya. Biar elu ga jadi bego ya brok...

Gw mencoba menjelaskan ini sesederhana mungkin. Karena gw tau tidak semua mengerti masalah implementasi sebuah System. But trust me, implementing an automation/ERP or whatever system you want, ITU BUKANLAH PEKERJAAN MUDAH!! APALAGI SEMUDAH MEMBALIKKAN TANGAN!!! APALAGI UNTUK NEGARA SEBESAR INDONESIA!!!
Kalau "e" implementation itu gampang, seperti yg dikisahkan Mister Jokowi, sudah bangkrut tuh semua konsultan IT sedunia!!! Tak perlu Project Manager, tak perlu system designers, tak perlu Server Specialists, tak perlu client specialists, tak perlu infrastructure spicialists, tak perlu semuaa...cukup undang para PROGRAMMERS bikin program e-Gov... 2 minggu selesai!!
KAKAKAKAKAKAKA mampusss dehhh brookk sotoy bin dungu..!!! Calon presiden tuh brok...ck ck ck... naif apa dungu brok???
Jadi kalo ada orang yg bilang implementasi sebuah system otomasi, apapun itu systemnya, apalagi buat sebuah negara sebesar Indonesia, bisa selesai dalam dua minggu, gw akan terus terang bilang, orang itu adalah orang terdungu sedunia.
Mungkin dia sudah dibodohi "Bandar-Bandar IT" system belusukannya ya masbrookk.... Kakakakakakak



**** AGAIN: GARBAGE IN, GARBAGE OUT ****



Masuk sampah, ya keluarnya sampah juga brok...


Ehh, mang Jokowi yg suka menggampangkan masalah, tau dong financial krisis tahun 2001 - 2007 yg menghantam dunia beberapa waktu lalu. Terutama menghantam Amerika dan Eropa? Krisis yang disebabkan oleh "subprime Mortgage" di Amerika?
Sampe-sampe Bank Century ikut collapse. Tau tidak kenapa hal itu bisa terjadi? Tau tidak kenapa perusahaan-perusahan MEGA RAKSASA YANG PUNYA SYSTEM SUPER CANGGIH BEGITU RUPA, BISA IKUTAN BANGKRUT??

Diantaranya Enron, raksasa energi, perusahaan energi nomor 7 terbesar di dunia.
Arthur Andersen, IT consulting/implementing nomer 3 terbesar di dunia.
Lehman Brothers, Perusahaan Pialang Saham nomer 3 terbesar di dunia.

Dan masih banyak yg lainya... Itu hanya tiga contoh aja.
PADAHAL KURANG BAGUS APA SYSTEM YG MEREKA PUNYA???? TERUTAMA ARTHUR ANDERSEN YANG MERUPAKAN CONSULTAN IT CANGGIH!!

KEJAHATAN "SYSTEM MANIPULATION" YANG DILAKUKAN OLEH ARTHUR ANDERSEN BERSAMA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG JADI CUSTOMERNYA LAH, yg menyebabkan Amerika mengeluarkan peraturan, Konsultan Keuangan (ANDERSEN FINANCIAL) TIDAK BOLEH LAGI MERANGKAP MENJADI Konsultan IT/System (Andersen Consulting).
Itulah yg menyebabkan Pricewaterhouse juga harus merelakan memisahkan kedua divisi perusahaannya.
Menjual Pricewaterhouse Consulting pada IBM.
Karena rangkap divisi usaha consulting dan keuangan seperti itu, sangat rentan melakukan manipulasi keuangan dan system produksi.

Dan pertanyaan gw, tahu tidak kenapa perusahaan-perusahaan kelas dunia, mega raksasa, yang tadinya dianggap solid dan liquid itu, yg punya system komputer super canggih, ternyata kropos dan langsung bangkrut begitu diterpa krisis??

KARENA MANUSIA-MANUSIA YG MENJALANKAN PERUSAHAAN ITU SETAN SEMUA!! Tak perduli secanggih apa system yg mereka punya, tapi kalau para manusia yg menjalankannya adalah setan, system otomasi yg mereka miliki pun akan melaporkan laporan setan!!!
Apalagi setannya adalah para BOARD OF DIRECTORS... Buiihhh...

Para petinggi dan pemilik saham perusahaan bersangkutan, kong-kali-kong dengan pemilik perusahaan customernya, bikin report abal-abal, keluarin laporan keuangan tahunan setan, manupulasi internal system... Taarraaa... Hasilnya ya system Setan!!!

Baca aja deh kisah-kisah busuk para Setan itu di jurnal-jurnal keuangan. Biar mang Jokowi mengerti bahwa system secanggih apapun, kalau yg mengoperasikannya PARA SETAN, hasilnya akan jadi SETAN juga!!!
Males juga gw nulis kepanjangan.

Terus yang paling parah lagi ya masbrok, pendapat Si Mister Gampang mang Jokowi ini dibenarkan pula oleh konsultan ekonominya, om Faisal Basri... Kakwkakkwkakakkawk...
Jangan mentang-mentang situ jago ekonomi, terus seenak perut bisa ngomongin IT juga Om Faisal. Ketahuan kan jadinya sama asbunnya sama Mister Gampang Jokowi... Kuwakwuakwuakaka...

Gw engga tau tuh siapa konsultan IT nya mang Jokowi. Tapi seandainya dia punya penasihat IT, sampai berani ngomong "asbun" seperti itu, gw minta deh simbok Banteng buat memecat penasehat IT-nya itu. Malu-maluin masbraaaayyy....

JADI YG PALING PENTING BUAT INDONESIA ITU SEKARANG APA? MEROBAH ETOS KERJA. MEROBAH CULTURE/BUDAYA KERJA PARA PONGGAWA NEGARA ITU. SEPERTI YG DILAKUKAN GARUDA INDONESIA, jauh sebelum mereka implementasi ERP System.
HUKUM SEBERAT-BERATNYA YANG BERANI-BERANI KORUPSI. TEGAKKAN MARTABAT HUKUM!!
Seperti etos kerja pegawai Pertamina dan PLN, yg sudah terbiasa jadi perusahaan monopolistik. Rugi atau Untung tidak penting pasti dibantu pemerintah, nah lhooo kalo cara kerja PARA PNS juga seperti itu, mau secanggih apapun system yang dibangun, yg masukin datanya SETAN, percaya deh laporan dan audit yg keluar juga pasti laporan audit SETAN!!!
SYSTEM ITU CUMA ALAT, YG MENJALANKAN TETAP MANUSIANYA!!!
setuju ngga brok? Kwkekkkwkekekw....





No comments:

Post a Comment