whose side are you on

whose side are you on

Friday, January 31, 2014

THE GRAND PUPPETEER - DEVENSIVE BOOKS OF JOKOWI - OWHH BRADAAHH... PLISSSS...



Jagad pertwiteran lagi ribut masalah "tangan Siluman" di belakang Jokowi. "The Grand Puppeteer". Sang Maestro Dalang yang memainkan boneka-bonekanya. The King Maker yang mengatur "pendorongan" Jokowi menjadi Presiden Indonesia. Benarkah? Atau itu hanya fitnah?

Mengapa hubungan warga Cina dengan pribumi di Indonesia selalu bermasalah? Mengapa Nasionalisme warga Cina Indonesia sering dipertanyakan? Dan mengapa hal itu tidak terjadi pada warga lain di Indonesia? Arab, India, Bule-bule, tak pernah dimasalhkan. Kenapa hanya terjadi pada warga keturunan Cina?
Mungkin sebaiknya semua orang mawas diri, dan mencoba bertanya pada diri sendiri, dengan fikiran jernih, tanpa buruk dan purbasangka.

Ada satu pertanyaan, yang dari dulu mengganjal di benak kita. Vampire dan Kunti.
Berapa Trilyun duit yang dihasilkan oleh Soedono Salim (Lim Sioe Liong) dari bumi Indonesia? Namun dalam akhir hayatnya, dimana dia minta dikebumikan? Di Singapore!!
Tanah tumpah darahku, katanya. Dan dimana Om Lim Sioe Liong, mantan orang paling kaya di Indonesia itu dikuburkan? Di Singapore!!
Seburuk itukah Indonesia menjadi tempat "perteduhan" terakhir?

Sahabat gue punya seorang teman dekat, pengusaha keturunan Cina.
Satu hari sedang ngobrol-ngobrol soal politik, dan bercanda-canda soal pencapresan Farhat Abbas dan Rhoma Irama, dia berkata begini: "Kalau Farhat Abbas atau Rhoma Irama benar kepilih jadi Presiden, gue mending pindah ke Negara lain duwweehh... Ogah banget gue dipimpin orang tolol begitu..." Sambil ketawa-ketawa. Mungkin maksudnya bercanda. Tapi itu canda yang tak pantas diucapkan oleh seseorang yang mengaku Nasionalis.

Sahabat gue itu "agak tersinggung" dgn candanya. Dan sedikit "meradang". Terus balas menjawab. "Ya jelas aja, elu Cina. Buat elu Indonesia cuma persinggahan. Suasana lagi bagus, yooo mareee kita rayakan harta negeri. Tapi begitu keadaan menjadi sulit, elu semua lari tunggang-langgang. Lihat saja tu Almarhum Lim Sioe Liong yang lari terbirit-birit ke Singapore. Begitu keadaan menjadi sulit. Dan tak pernah mau kembali ke Indonesia."

Teman pengusahanya itu terdiam. Tak pernah menyangka sahabat gue akan "sekeras" itu membalas candanya. Mungkin juga dia tersinggung dan marah, karena setelah itu hubungan mereka memang tak pernah menjadi baik kembali.

Namun kawan, Indonesia itu bagi kita, adalah Tumpah-Darah ku. Sejelek apapun Indonesia, kita Vampire dan Kunti tidak pernah, dan tidak akan pernah ingin menukarnya dengan apapun. Untuk memikirkannya sajapun bahkan tidak pernah. Jangankan Farhat Abbas dan Rhoma Irama. Kodok dan Kambing sekalipun yang jadi Presiden Negara ini, kita tak akan pernah berpikir untuk pindah Negara. Right or wrong, it is my Country, kata John Kennedy. Dan itu sungguh benar. Justru ketika keadaan menjadi sulit, keberadaan mu sebagai warga Indonesia semakin dibutuhkan. Bukan dengan enteng pindah Negara. Tunggang langgang menyelamatkan harta. Ketika keadaan menjadi sulit.

Coba lihat, berapa banyak "penjarah harta negara" keturunan Cina yang buron ke luar negeri. Tidak tau kabar beritanya. Tak pernah terdengar kembali.
Kita tidak berbicara pengadilan Bangsa ini yang memang amburadul. Yang bahkan dengan sengaja memberikan peluang kepada "kutu busuk-kutu busuk" itu melarikan diri.

Namun kawan, kenapa Gayus Tambunan kembali? Kenapa Nazzaruddin kembali? Kenapa Tommy Soeharto kembali ke Indonesia. Padahal keadaan mereka juga sama sulitnya. Bahkan mungkin lebih sulit dari kutu busuk pengusaha menjijikkan keturunan Cina itu... Mengapa kawan??

Hal itu yang media mainstraim tak pernah berkeinginan untuk membahasnya. Hal yang coba ditutup-tutupi dengan alasan SARA. SARA, yang menurut kita kata-kata politis penuh kemunafikan. Kata-kata yang digunakan untuk menutup-nutupi masalah Nasionalisme sebagian anak bangsa. Alasan semua koruptor itu kembali lagi ke Indonesia, cuma satu kawan. Gayus, Nazaruddin, Tommy Soeharto, Neneng Sri Wahyuni, itu pribumi. Mereka masih merasa lebih baik mati di Indonesia, daripada mati di negara lain. Sejelek apapun keadaannya.

Lantas apa khabar Om Lim Sioe Liong dan pengusaha yang gue ceritakan di atas?
Mungkin banyak orang keturunan Cina yang mencibir membaca tulisan ini. Tapi disitulah letak permasalahannya. Coba tanyakan kembali seberapa dalam kamu benar-benar merasa Indonesia.

Sebagai orang Indonesia, kita tidak dapat menafikan dan mengenyampingkan... SANGAT BANYAK ORANG-ORANG KETURUNAN CINA YANG LEBIH NASIONALIS BAHKAN DARI PRIBUMI SENDIRI. SANGAT BANYAK!!! Kita tidak boleh menutup mata akan hal itu.

Aminah Cendrakasih, Wolly Sutinah, Tan Ceng Bok, Kwik Kian Gie, Teguh Karya, Ferawati Fadjrin, Ivana Lie Ing Hoa, Rudy Hartono, Liem Swi King.... BANYAKKK...!!!
Tapi bak kata pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelanga...

Dan sungguh kita merasa sangat tidak adil rasanya, orang-orang seperti itu, yg mencintai negeri ini, yang tidak punya pilihan selain bertahan dan berjuang untuk Indonesia, harus menjadi korban, gara-gara ulah segelintir kutu busuk yang tak pernah mencintai Indonesia.

Sementara kutu busuk-kutu busuk yang mengeksploitasi harta Indonesia itu, bisa dengan gampang terbirit-birit pindah negara, begitu keadaan menjadi sulit. Menimpakan kesalahan pada orang-orang tak bersalah itu.

*****

Bokap gue pernah bilang ke gue, sewaktu masih hidup, Lim Sioe Liong pernah berkata ke bokap gue, pada akhirnya kekuatan terbesar Indonesia itu adalah Islam. Ke masa depan, siapapun pemimpinnya, dia harus memperhitungkan Islam di Indonesia.
Itu Om Lim yg bilang ke bokap gue.
Bayangkan seorang Lim Sio Liong. Yang kita tahu tak begitu "dekat" dengan Islam. Yang tak begitu "adore" segala tentang Islam. Namun dengan "visi dagangnya" yg tak perlu diragukan lagi, dia bisa berkata begitu. Dan gue yakin, SEMUA PARA TAIPAN dan MANTAN TAIPAN itu, pasti memiliki visi yang sama.

Hanya masalahnya sekarang, sejauh apa mereka mau menjadikan Indonesia menjadi lebih baik? Bukan cuma sekedar meminjamkan pesawat pribadi saat PEMILU, kepada capres yg mereka unggulkan, asal bisnisnya aman tenteram? Seperti yg dilakukan Tommy Winata pada SBY. Seberapa jauh mereka menginginkan Indonesia menjadi lebih baik?

JASMEV dan para supporter maniak Jokowi, bak kerbo dicokok hidung, mati-matian membela issue yang menghantam Jokowi ini. Jokowi tidak dibackup Konglomerat kutu busuk penjarah harta negara. Jokowi bukan antek Amerika. Jokowi bla..bla..bla... kata mereka membela mati-matian...

Dan dengan bodohnya berkata... BUKTIKAN!! COBA BUKTIKAN!!! MANA BUKTINYA...!!!
Gue dan teman-teman gue sampe ketawa terbahak-bahak membacanya.
Orang tolol seperti apa yang menebar bukti dimana-mana kalo dia kacung Negara lain? Kalo dia disupport oleh nama-nama "kutu-busuk" paling populer di Nusantara?
Hanya orang tolol yg melakukan itu.

Kalo bukti-bukti intelijen semacam itu bisa dibeberkan... yoooo rusak kabehhhh dunia nddoookkk.... Kwakwkakwkakkwaa....
Hancur tatanan dunia mbaahh...!!!

Hal-hal seperti itu tidak akan mungkin dapat dibuktikan. Elu cuma bisa merasakan, namun akan sangat sulit menerangkannya. Kalo otak lu jalan sedikit saja, pasti elu akan bisa membaca "time-line"nya. Dari semenjak Jokowi tidak ada apa-apanya, sampai meroket "bersinar kemilau" bak komet melesat diangkasa Seperti sekarang ini. Padahal prestasinya tidak ada apa-apanya. Dalam waktu sangat singkat. Sementara ratusan politikus meniti karir puluhan tahun. Bersusah payah.
Seperti kentut, elu bisa cium baunya, tapi elu tak akan bisa menunjukkan bentuknya....
Jadi akun-akun twitter yg sudah dari dulu kita tau "berpihak" pada kutu busuk penjarah negara itu, yg sudah jelas-jelas disupport oleh "para taipan busuk" penjarah negara itu, silahkan aja teriak-teriak minta bukti.... tapi bau busuk kentutnya sudah kecium kemana-mana masbrok.... Jokowi itu kentutnya bau busuk banget duweehh....


****

Bagi gue, kalau apa yg dikatakan Om Liem itu adalah satu "ancaman" buat elu. Karena elu takut Islam menjadi besar di negeri ini. Dan hanya gara-gara itu elu menghalalkan segala cara, dan memilih dan berkata "lebih baik Indonesia dikangkangi Amerika" daripada besar dalam pelukan Islam, sudah sepantasnya elu menanyakan Nasionalisme elu...

Dan jangan pernah salahkan, bila Bangsa ini tak akan pernah menganggap elu bagian dari warganya... Tanyalah hati lu, apa salah Indonesia?? Bukan apa salah dirikiyuuu....???






No comments:

Post a Comment