whose side are you on

whose side are you on

Saturday, March 23, 2013

Books of Religions & LGBT == Agree to Disagree

Dalam dunia business, istilah win-win solution, sangat umum didengar.
Dalam setiap negosiasi bisnis, win-win solution adalah ikhtiar yang harus dicapai bagi semua pihak.
Ada kalanya, dalam satu negosiasi, perbedaan pendapat dan persepsi begitu tajam, sehingga tak terjembatani. Sedemikian tajam, sehingga apabila dipaksakan untuk mencapai konsensus, justru akan menimbulkan hal yang lebih jelek lagi. Dan hal yang paling mungkin untuk dicapai adalah, "kesepakatan untuk tidak sepakat" (Agree to disagree}.
Ada kalanya situasi seperti ini justru menjadi solusi terbaik. Menjadi win-win solution. Kebaikan buat semua pihak. Tidak memaksakan kehendak masing-masing pihak untuk diterima.

Begitu pun dalam menghadapi "Toleransi Beragama". Menurut gua, win-win solution adalah, agree to disagree.
Gua MENERIMA kenyataan kehadiran agama lain di Indonesia yang majemuk.
Namun MENERIMA, BUKAN berarti MEMBENARKAN.
Gua yang Islam, bagaimananpun akan memiliki nilai, Islam lah agama paling benar buat gua.
Begitu pun penganut agama lain. Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan lain sebagainya, pasti akan menyatakan agama merekalah agama terbaik.
Namun sebagai toleransi dalam beragama, mereka HARUS MENERIMA kenyataan, ada gua yang beragama Islam di sini.
Namun sekali lagi, MENERIMA BUKAN BERARTI MEMBENARKAN.
Gua tidak boleh memaksa penganut agama lain untuk MEMBENARKAN agama gua, NAMUN SEBALIKNYA, mereka pun TIDAK BOLEH memaksakan pendapat mereka, agar gua membenarkan agama mereka.
MENERIMA keberadaan, namun TIDAK MEMBENARKAN keyakinan.

Jadi kalau karena kenyataan kemajemukan dan keberagaman agama di Indonesia, kemudian ada sekelompok orang tertentu, katakanlah JIL (Jaringan Islam Liberal) yang memaksakan untuk menerima konsensus bahwa SEMUA AGAMA ITU SAMA DAN SEMPURNA, itu adalah pemaksaan kehendak. Bukan win-win solution. Gua akan menjadi orang pertama yang MENENTANG KONSENSUS BUSUK TAK PUNYA OTAK, semacam itu...
Konsensus semacam itu, justru menisbikan hak setiap orang untuk memeluk agama/keyakinan yang menurut dia TERBAIK untuk dia.
Menyatakan SEMUA AGAMA ITU BENAR DAN SEMPURNA, sama saja dengan menyatakan, AGAMA DAN TUHAN ITU TIDAK PERLU. Karena keyakinan/agama orang yang tak percaya Tuhan, harus juga dianggap SAMA SEMPURNANYA.
Tolol kan konsensus bodoh semacam itu??

Sekali lagi, win-win solution bagi kemajemukan Agama di Indonesia adalah, kesepakatan untuk tidak sepakat.
Gua harus menerima keberadaan Agama lain, tapi gua TIDAK MEMBENARKAN bahwa agama tersebut adalah agama terbaik. Begitu pun sebaliknya. Penganut agama lain HARUS MENERIMA keberadaan agama gua, namun gua tidak akan memaksa mereka untuk MENERIMA agama gua sebagai agama terbaik.


Begitu juga dengan keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Gua tidak bisa menutup mata bahwa kehadiran mereka memang ada dimana-mana.
Gua tidak ingin berdebat mengenai masalah Ilmu Psikologi dan genetika LGBT, karena terus terang para akhli pun masih belum sepakat mengenai penyebab "kelainan" sexual pada LGBT.
Boleh saja banyak ASOSIASI Psikiater dan Psikolog menyatakan LGBT "bukan masalah kejiwaan", tapi pada kenyataannya, SANGAT BANYAK ahli yang tetap tidak menyetujui pendapat Asosiasi tersebut, meskipun mereka adalah anggota asosiasi bersangkutan.
Dan perlu digaris-bawahi, bahwa Asosiasi psikolog dan psikiater USA dan Eropa lah yang sedemikian ngotot, agar LGBT tidak dimasukkan dalam golongan "penyakit kejiwaan". Namun di Amerika dan Eropa sendiri, masih banyak ahkli yang memperdebatkan masalah ini.
Terutama mengenai LGBT sebagai hereditas atau genetis, sangat banyak akhli yang masih meragukannya.
Dan gua tidak ingin ribut dimasalah itu.

Gua juga tidak ingin ribut dengan masalah agama. Karena banyak sekali LGBT dan pendukung LGBT yang "alergi" terhadap agama.
Kita berbicara FAKTA saja.
LGBT itu memang ada. FAKTA juga, ada LGBT yang "santun" dan "terdidik"... namun lebih banyak lagi LGBT yang "tak senonoh" dan "menjijikkan".

Sama saja dengan hetero, ada yang "oke banget" ada yang "mampus aja lu nek".

Itu FAKTA!!!

Dan sama dengan keberadaan kemajemukan agama di Indonesia, gua bisa MENERIMA keberadaan LGBT, TAPI SEKALI LAGI TAPI, penerimaan gua BUKAN BERARTI GUA MEMBENARKAN KEYAKINAN MEREKA MENGENAI LGBT!!. Just "Agree to Disagree".

Kalau gua bisa menerima keberadaan mereka, MEREKA PUN HARUS BISA MENERIMA KEBERADAAN ORANG-ORANG YANG PERCAYA AGAMA, BAHWA LGBT ITU sesuatu yang menyalahi kodrat Tuhan.
Jadi jangan juga lantas mereka seenak jidat "mengadakan sosialisasi dan woro-woro" ke semua kalangan, bahwa LGBT itu "normal" dan "pantas dibenarkan", tanpa mengindahkan keberadaan orang-orang yang percaya Agama. Seakan-akan ingin mengatakan LGBT itu tidak menyalahi aturan agama.
Kalo lu sebagai LGBT tidak percaya agama, itu hak lo, tapi jangan berbicara seolah-olah LGBT itu diterima agama. Itu sama saja dengan ngajak berkelahi.

Kalau gua bisa menghormati keberadaan LGBT,,, LGBT juga harus bisa menghormati AGAMA ORANG2 YANG MEMPERCAYAINYA. Jangan karena lu LGBT dan lu tidak percaya agama, lantas lu jadikan pembenaran kesemua orang untuk "mendorong" menerima dan memahami PEMBENARAN lu sendiri. Itu konyol namanya.

Gua punya banyak TEMAN BAIK yang LGBT, yang sangat "rasional" dan "santun". Dan terus terang gua dapat dan sangat menghormati pilihan hidup mereka.
Tapi gua juga jijik dan pengen muntah kalau melihat kelakuan LGBT yang "over acting" dan "minta perhatian ummat sejagad"....
Saling menghormati kenapa seh?
Jangan mentang-mentang lu LGBT dan merasa sudah "diterima", terus lu seenak jidat "menggarap" orang-orang hetero, brondong-brondong yg masih labil, pake iming-iming duit pulak.... Sudah punya kerjaan bagus, masih juga melacur ke Taman Lawang, karena butuh "penyaluran" yang kelewatan. Soalnya sudah tak percaya Tuhan.
Terus karena malas kerja, "melacur" juga kemana-mana... Sudahlah LGBT, tak tau diri pulak... Gimana orang tidak semakin benci???

Coba saja liat di twitter, HT #IndonesiaTanpaJIL.
Orang-orang menjijikkan yang "minta ditabok" adalah LGBT botol (bodoh dan tolol), yg secara profokatif menyebarkan "foto-foto gedubraghh minta ampun".
Lo pikir dengan melakukan itu orang akan bersimpati pada kaum LGBT? Well you better think again.
Justru orang-orang yang tak suka LGBT akan semakin tak suka dengan perbuatan lo itu. Orang yang tadinya bisa menerima LGBT justru akan berbalik membenci. Percaya deh kata-kata gua.
Kalau lu tau lu sedang memperjuangkan citra LGBT agar bisa diterima masyarakat, sebaiknya lu pake otak, jangan cuma pake emosi dan nafsu. Lu harus sadar dan menerima FAKTA, lu itu MINORITAS,lu itu sedang DIJELEKKAN. LU ITU SEDANG MEMPERJUANGKAN CITRA HARKAT DIRI.
Jadi sebaiknya lu pake otak deh... Jangan menambah kebencian orang-orang yang sudah tidak suka pada LGBT...


Ini contoh satu LGBT yg "sangat aduhayy pinternya"...
Gimana coba orang bisa menghargai LGBT??? Kalau kalangan LGBT sendiri merendahkan diri sebegitu rupa??
Jawabnya? Tanya sama papi dan mami lu sono, si Ulil dan si Musdah tak Mulia itu....
Intinya cuma toleransi kok, sebagai LGBT lu juga harus MAMPU MENGHARGAI DIRI LU SENDIRI, dan HARUS DAPAT menghargai kepercayaan/agama orang lain... Jangan berlaku seenak "burung" lu sendiri.... Itu menjijikkan banget neeekkk....

No comments:

Post a Comment