whose side are you on

whose side are you on

Friday, March 22, 2013

Books of "Partai Demokrat" - The Godfather, The Untouchable, and The Conspiracy Theory.

The Godfather, adalah novel karangan penulis Keturunan Italia Amerika, Mario Puzo. Sudah baca novelnya? Kalau malas baca, mungkin tonton aja filmnya, dengan nama yg sama, The Godfather, sama bagusnya kok. Menurut gw, film ini sudah menjadi klasik dan pantas dikoleksi, buat yg doyan koleksi film-film bagus. Terutama, 2 (dua) serie pertamanya.
Film ini dibuat 3 (tiga) serie. Dua serie pertama sangat sukses dipasaran. Melambungkan nama Al-Pacino dan Robert de Niro menjadi bintang Hollywood papan atas. Ketiga sequel film ini memenangkan tak kurang dari 11 Oscar (Academy Awards, AA), termasuk kategori film terbaik, untuk The Godfather-2.

Novel dan film ini, banyak menuai kontroversi, salah satunya adalah ketika Marlon Brando, yang dianugrahi Oscar (AA) sebagai pemeran pembantu pria terbaik, untuk perannya sebagai Vito Corleone, sang Godfather di serie pertama film ini. Brando menolak menerima penghargaan tersebut sebagai protesnya terhadap perlakuan rasialis Hollywood terhadap penduduk asli Amerika (Indian American). Apalagi film ini dianggap membuka borok "American Dream", mimpi kaum imigran yg ingin hidup lenbih baik di Amerika, menjadi seperti "American Monster".

Betapa tidak, film ini dengan gamblang membuka borok persekongkolan mafia Amerika, para politikus korup, dan para pebisnis besar serakah Amerika, bahkan kebobrokan dibalik tahta kepausan Vatikan, yang tak kalah korup dan serakahnya dengan para politikus dan pebisnis tersebut. Hal itu lebih dipertegas lagi ketika penulis Tom Santopietro mengeluarkan buku berjudul "The Godfather Effects" yang menggambarkan pengaruh Film/buku The Godfather ini terhadap budaya Amerika.

Film The Godfather, dianggap telah membuka mata penduduk Amerika, dan merubah cara pandang dan persepsi mereka terhadap kebudayaan dan kehidupan sosial Amerika sesungguhnya, yang mereka namakan "The American Dream" itu.
Konspirasi busuk antara bisnis besar dan Mafia, sudah seperti kuku dan kulit. Tak bisa dipisahkan. Dua-duanya sama busuknya. Dan sama-sama punya kepentingan untuk membesarkan bisnis tanpa perduli kehidupan rakyat secara keseluruhan. Tom Santopietro menganggap itu sebagai sebuah kegagalan Amerika.
Melihat kepada contoh keluarga Corleone (The Godfather), yang melecehkan pebisnis-pebisnis besar di Amerika, yang munafik, yang berkata mereka bukan "mafia", merasa lebih bersih dari mafia, dan "bersembunyi" dibalik "legitimate business (bisnis "halal"), namun kelakuannya sama saja dengan mafia. Rampok sebanyak-banyaknya dari siapa saja. Baru kemudian buat public relation, untuk mempercantik image perusahaan, melalui CSR (Corporate Social Responsibilities). Segala macam sumbangan yang dikatakan "tanpa pamrih".

Lihat aja contohnya "Microsoft" dengan yayasan "Bill Gates"nya, atau perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia, atau Freeport. Yang begitu serakah "merampok" kekayaan bumi Indonesia, dan "pura-pura" menyumbang sedikit buat penduduk sekitar. Dan semua itu disetujui para petinggi politik dan pelaku bisnis Indonesia.
Lihat aja cara-cara pengusaha Indonesia yg memanfaatkan musibah banjir di jakarta kemaren. Ada banyak perusahaan yang "katanya memberikan bantuan pada korban banjir", tapi melakukan pengumuman di Televisi. Sudah kayak iklan aja. Nyumbang sih nyumbang aja. Gak perlu pake pengumuman di TV. Orang terkena musibah kok ya tega2nya dimanfaatkan jadi bahan publisitas.
Lihat juga para politikus itu yang berlomba-lomba "tereak-tereak" kayak paling perduli pada masyarakat. Kayak paling perhatian pada "banjir jakarta". Pencitraan diri. Jijik gak masbrok?
Hal-hal yang begitulah yang digambarkan oleh "The Godfather Effects".

Satu lagi film tentang Mafia yang layak dikoleksi adalah, film tentang usaha penangkapan "Al Capone", Raja Minuman Keras Amerika, Boss Mafia Chicago yang mengatur mafia kartel penjualan minuman keras di Amerika, "The Untouchable".

Berbeda dengan Film The Godfather, yang menceritakan dengan detail konspirasi busuk antara mafia, politikus korup, pebisnis serakah Amerika, dan Tahta Kepausan Vatikan dari sudut pandang mafia, maka film The Untouchable, berkisah tentang betapa susahnya mengungkap konspirasi busuk semacam itu.
Betapa susahnya menjerat Al Capone, Boss mafia Chicago itu.
Bagaikan seorang dalang, Al Capone bermain di belakang layar. Para penegak hukum bisa merasakan "tanda tangannya" berada dimana-mana, di setiap "bisnis gelap minuman keras". Sampai kepada aksi penyuapan para politikus dan pembunuhan orang-orang yg menentang Al Capone. Namun licin bagai belut, segala bukti yang ada tak bisa mengarah ke Al Capone sebagai otak dibalik semua peristiwa itu.
Al Capone seakan-akan menjadi tak tersentuh hukum. Kebal hukum. The Untouchable. Sehingga Agen Federal Elliot Ness (diperankan oleh Kevin Costner) yang mendapat tugas untuk membongkar kejahatan Al Capone, harus memeras otak dan menggunakan cara lain untuk menjatuhkannya. Tidak bisa dengan cara-cara konvensional. Sebab "tangan hantu" Al Capone sudah berada dimana-mana. Konspirasi busuk seperti itu, harus dihadapi dengan cara-cara inkonvensional namun tetap dalam rambu-rambu hukum.

Wedeww, sekarang apa hubungannya kisah-kisah itu dengan Partai Politik Indonesia? Terutama dengan the Ruling Party, Partai Demokrat (PD)??
Gw ya brok, merasa punya otak dan merasa "lumayan cerdas". Melihat sepak terjang dan "kicauan burung" Nazaruddin di pengadilan TIPIKOR akhir-akhir ini, makin hari makin keliatan belangnya.
Melihat sepak terjang KPK dan aparaturnya...
Melihat perkembangan kasus-kasus besar yang menghubungkan "kelompok Cikeas" dan PD, Century, Hambalang, dana PON....
Melihat orang-orang di sekeliling SBY...
Melihat pebisnis-pebisnis yang menyokong habis SBY, dan keterlibatan mereka di berbagai kasus..
Melihat media-media besar yang menyokong PD dan SBY...
Melihat kebijaksanaan ekonomi dan politik SBY.....

Susah membantah, bagaikan Vito dan Michael Corleone, bagaikan Al Capone, "tangan dalang hantu" kelompok Cikeas ada dimana-mana, tapi tak sekalipun KPK bisa menyentuh mereka.

Lihat saja kasus Hambalang yang menjerat nama-nama besar seperti Anas, Malarangeng bersaudara, Angelina Sondakh, dan Nazaruddin...
Dan "Salto Politik" Nazaruddin belakangan ini, yang coba membantah dan mementahkan kesaksian Yulianis mantan bawahannya, yang menyebutkan Ibas Yudhoyono sebagai salah seorang penerima dana....
Dan cara kerja KPK yang semakin membingungkan akhir2 ini. Bisa secepat kilat, dan bisa selambat siput. Tidak jelas apa patokannya... Jadi kelihatan penuh "intrik" dan "tipu muslihat"...
Penetapan Angelina Sondakh, Miranda Gultom, atau Andi Malarangeng sebagai tersangka, membutuhkan waktu berbulan-bulan... begitu lamanya... padahal semua bukti sudah begitu jelas...
Tapi bagian lain... dalam sehari, orang2 "Non Cikeas", bisa diciduk dalam hitungan jam...

Susah rasanya membayangkan, dalam sebuah Partai Politik, kedudukan Sekretaris jenderal yang sangat penting dan sangat Central, seperti Ibas yudhoyono, tidak terlibat sama sekali dalam semua hingar bingar kebusukan konspirasi korupsi uang negara itu.

Ketua Umum kena, Bendaharawan kena, anggota-anggota penting kena, dan Sekretaris Jenderal "bersih"? Sek Jen tidak tau sama sekali semua konspirasi busuk itu?????
Kecuali Sek Jen nya seorang retarded, catat mental, idiot tak bisa ngapa-ngapain, baru deh gw percaya dia tak terlibat sama sekali. Tapi ini....?????

Sekali lagi, jabatan Sekretaris Jenderal Partai Politik itu adalah JABATAN CENTRAL DAN SANGAT PENTING. Susah akal gw bisa menerima "konspirasi busuk besar" semacam itu dia tidak tahu...
Ngapain aja kerja lo sebagai Sek jen brok????

Namun bagaikan Al Capone, Cikeas sungguh tak tersentuh. Bertubi tubi kasus "Mega Korupsi", yang melibatkan berbagai pengusaha dan politikus, serta "kelompok Cikeas"... tak pernah berkembang, ada yang kuncup layu sebelum jadi bunga... hebatkan??

Apalagi salto politik Nazaruddin, yang tadinya tereak2 memojokkan SBY, tiba-tiba berubah jadi pembela Ibas nomer Wahid.... Bingungkan lu brok??

Semakin lama sebuah kasus tak terselesaikan, semakin terbuka kemungkinan untuk melakukan "transaksi politik" melakukan konspirasi busuk...
Apalagi KPK yang menjadi central semua ini, tak pernah menunjukkan seperti apa yang dilakukan Eliot Ness, mencari jalan lain untuk menjerat para konspirator busuk itu....
Konspirator busuk itu mengendarai pesawat jumbo super jet, sementara KPK berlari santai seperti artis cantik lagi "tebar pesona" di Thamrin saat lari pagi car Free day...
Ogah keringatan, asal keliatan para penggemar aja lari santai....
Wedeeww... Apa ekspektasi gw yg ketinggian buat KPK ya masbrok??

Well... Inilah Indonesia... Welcome to Indonesia's Monst Notorious Conspiration...

No comments:

Post a Comment