whose side are you on

whose side are you on

Sunday, January 18, 2015

BUKU PARADOX GONJANG-GANJING POLITIK INDONESIA ++ CAKAPOLRI, Muka buruk Indonesia dibelah ++ Segala fitnah dan rumor pembenaran ++




Ada pepatah lama mengatakan, "Muka buruk, cermin dibelah". Pepatah yang bermaksud menjelaskan keadaan seseorang yang selalu mencari kambing hitam. Tidak terima kenyataan mukanya jelek, dia menyalahkan cermin yg dipakainya. Cerminnya yg salah sebab memantulkan refleksi wajahnya yg buruk. Wajahnya tidak buruk, jadi cerminnya salah merefleksikan bayangan, harus dibelah.
Sebuah paradox tentang sifat manusia.

Dan itu menggambarkan keadaan paradox yg terjadi di Indonesia sekarang ini. Pertarungan politik Lembaga Kepresidenan, DPR, POLRI, dan KPK.

Apa yang menjadi musuh paling utama negeri kita tercinta ini? Apa yang menyebabkan Indonesia tetap berlarut-larut dalam lumpur kemiskinan? Tak maju-maju menjadi negara kuat dan hebat? Tak bisa bangkit dari lumpur keterpurukannya? Jawabannya cuma satu: KORUPSI yg sudah membudaya!

Dari awal pencetusan era reformasi, semua komponen bangsa sudah menyadari hal itu. Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN), adalah musuh paling berbahaya bangsa ini. Musuh yg melemahkan bangsa ini hingga hancur berkeping-keping. Semua orang cerdas dan pintar yg menjadi motor penggerak bangsa ini menyadari hal itu. Itulah alasan pertama kali mengapa KPK dibentuk. Badan yang "sangat-kuat" itu, yg dijamin undang-undang untuk memiliki segala alat untuk mengalahkan korupsi. Karena semua masyarakat Indonesia menyadari betapa buruknya korupsi menghancurkan bangsa ini pada masa orde-baru.

Coba lihat bagaimana massivenya korupsi dan suap terjadi di Indonesia. Sudah terang-terangan dan tak malu-malu. Semua tahu-sama-tahu. Dari mulai Polisi di Jalan Raya hingga ke sel-sel tahanan. Para petugas hukum dari mulai ruang-ruang pengadilan, hingga ke lobby-lobby hotel berdagang "keadialan" seperti mafia. Para petugas perpajakan. Para pegawai negeri. Bahkan hingga ke BUMN-BUMN milik negara. Sampai ke ruang-ruang sidang para anggota dewan yang terhormat para wakil rakyat di DPR. SEMUAAA!!!

Coba kamu berurusan dengan negara, dalam hal apapun itu, ngurus dokumen, dari mulai KTP, Paspor, hingga izin usaha, coba lakukan tanpa suap dan pelicin, bisa muntaber kamu mengurusnya.
Dan masyarakat menjadi terbiasa akan hal itu. Semua kebobrokan itu sudah dianggap lumrah, sampai-sampai orang yg ngotot tidak mau memberi suap dan pelicinlah yang dianggap bodoh. Semua para begundal pencuri koruptor itu dari mulai yang paling teri sampai yg paling kakap malah dianggap wajar. Justru orang yg menentangnyalah yg dianggap bodoh dan sok pahlawan.

Itulah wajah buruk Indonesia, dari jaman Orde-Baru, hingga sekarang. Kalau tak mau dikatakan, justru sekarang wajahnya semakin buruk di era reformasi. Meski sudah ada KPK dan media bebas berbicara. Malah sebaliknya, bukannya menghancurkan suap dan korupsi, keadaan itu justru semakin digalakkan, dengan politik uang saat-saat Pilkada dan Pemilu. Rakyat justru diajari untuk menerima suap, memilih kandidat dengan imbalan "amplop".
Semua berlomba-lomba menggalakkan korupsi. Padahal kita tahu, korupsi itu adalah biang keladi semua permasalahan di negara ini.
Apapun masalah negeri ini, dari mulai kemacatan Jakarta, hingga ke bencana banjir dan penggusuran PKL; dari masalah alusista pertahanan keamanan, hingga ke masalah kurikulum pendidikan yang tak beres-beres, kalau ditelusuri ujung-ujungnya akan sampai ke masalah besar Bangsa ini. KORUPSI YG MEMBUDAYA.

Korupsi itu kejahatan yang sama atau bahkan lebih parah dari terorisme dan gembong narkoba. Sebab Korupsi itu secara akkut, melumpuhkan negeri ini dalam jangka panjang, disegala bidang. Seharusnya para koruptor itu dihukum gantung dan dipancung. Sebab sudah menyengsarakan seluruh masyarakat. Bukan hanya sebagain, TAPI SELURUH MASYARAKAT!

Tapi agaknya bangsa ini memang bangsa yg "parah". Bangsa sebesar ini bisa dijajah ratusan tahun oleh bangsa sekecil Belanda, mungkin salah satunya juga karena itu. Pemimpinnya yg korup, gampang dibeli penjajah, menjual harga diri, demi langgengnya kekuasaan. Bahkan sampai menjual agama demi mendapatkan kedudukan. Tak perduli saudaranya sebangsa yg lain dipaksa kerja keras jadi buruh kasar dan kuli kontrak. Yang penting gue happy.

Dan paradoksnya, meski kita tahu Korupsi itu adalah momok paling mengerikan bagi bangsa ini, TETAP saja kita membela para koruptor itu, ketika kita dihadapkan pada pilihan antara memilih kebenaran atau korupsi. Sungguh paradoks. KITA JUSTRU MELAKUKAN SEGALA PEMBENARAN UNTUK MENERIMA PARA KORUPTOR ITU. Sebab inilah Indonesia. Kita tak mungkin hidup di sini tanpa korupsi. Itulah pembenaran paling paradoks. Sementara kita membentuk "super body" seperti KPK. Sementara kita teriak-teriak anti korupsi sampai berbusa-busa dan beruarai air mata.
Namun ketika dihadapkan pada pilihan sulit, maju memberantas korupsi, atau bertahan sebagaimana adanya, kita kembali kepilihan paradoks itu: Inilah Indonesia, tanpa korupsi kita tak akan bisa hidup di sini. Betapa absurd dan paradoksnya.

Lihatlah gonjang-ganjing politik pemilihan KAPOLRI sekarang.
Sekali lagi, apa yang menjadi dasar dan latar belakang utama terjadinya gonjang-ganjing yg sampai meruntuhkan kewibawaan Lembaga Kepresidenan ini? Jawabannya: KORUPSI!!!!

Coba kalau POLRI itu bersih, tanpa korupsi. Coba kalau Megawati itu benar "bersih" dan anti korupsi. Coba kalau citra DPR itu benar bersih tanpa korupsi. Coba kalau para jenderal-jenderal itu rekeningnya langsing seperti Miss Universe. Coba KALAU TIDAK ADA KORUPSI, apa mungkin hal seperti ini terjadi? Apa perlu KPK sampai "mencak-mencak" mengganjal seorang koruptor seperti BG menjadi KAPOLRI? Bahkan pertanyaannya, apa kita memerlukan lembaga semacam KPK, kalau para Hakim, Jaksa, dan Polisi kita bebas dari virus korupsi?
Tanpa virus sampah bernama Korupsi itu, gonjang-ganjing seperti ini tak akan pernah terjadi.

Namun anehnya, kalangan yang mengaku "anti korupsi" itu, justru sekarang membela dan memberikan segala pembenaran apapun, untuk memenangkan "korupsi" itu sendiri. Bahkan sampai menebarkan fitnah kemana-mana. Rumor ga penting. Fitnah yg sangat membodohkan. Paradoks tidak?
Lihat itu berbagai media yg dulu habis-habisan membantai Orde Baru gegara korupsinya. Lihat tuh para aktivis yg dulu menjadi suara paling keras mengkritik Orba. Sekarang malah berbondong-bondong menjadi corong pembenaran bagi korupsi. Dengan seribu satu alasan. Bahkan PDIP, partai yang diawal keruntuhan Orba, menjadi partai yg "dianggap" paling bersih. Lihat bagaimana sikap mereka sekarang.

Ingatlah musuh Indonesia itu tetap KORUPSI! Apapun alasannya, jadikan tak ada tempat bagi korupsi di Indoensia. Itulah yg seharusnya jadi tujuan. Bukan menebar segala fitnah dan rumor, untuk melakukan pembenaran terhadap Korupsi itu sendiri!!
Inilah Paradoks negeri nestapa Indonesia, muka korupsilah seburuk-buruk muka, namun POLRI dan KPK yang dibelah-belah. Betapa paradoksnya....


No comments:

Post a Comment