whose side are you on

whose side are you on

Friday, August 8, 2014

Books of Turkiye = B'coz Islam won't ever befit with Liberalism =




Selesai lebaran, gw harus pergi ke salah satu negara di Eropa, untuk menemani dan mengantar anak gw yg akan mulai memasuki masa perkuliahannya untuk pertama kali. Dalam itinerary, gw sempatkan singgah 2 hari di Istanbul, untuk silaturahim dengan teman-teman semasa kuliah gw, di London dulu. Sekalian memperkenalkan anak gw ini kepada mereka lah. Dulu kita sering berhubungan lewat email dan FB. Terus ganti Twitter. Sekarang lebih sering melalui Path.

Salah seorang teman baik kita itu, sekarang menjadi penyanyi terkenal di sana. Dan dia protes, kenapa lagunya tak pernah nongol di blog hantu ini. Kenapa lagu yg nongol, lebih sering lagu dr teman di Pakistan dan India. Apakah krn suaranya lebih jelek? Atau dia kurang keren dibandingkan teman-teman yg lain? Tanyanya bercanda, kwekwkekwkew...
Terus kenapa tidak bikin blog dalam bahasa Inggris saja? Biar semua teman di Luar Indonesia, bisa ngerti katanya.
Eittss... blog ini emang untuk konsumsi Indonesia man, lagian gw Indonesia man. Gw bangga dengan Bahasa Indonesia. I'm Insya Allah forever Indonesian. And I'm proud of Bahasa. Kwekwkekwkeewk...

Selama di sana, gw sengaja pilih hotel yg dekat "Masjid Biru" (The Blue Mosque). Mesjid sangat Indah yg dibangun oleh Sultan Ahmed, agar gampang melaksanakan rutinitas shalat berjama'ahnya.
Hari pertama gw di sana, saat shalat Subuh berjama'ah, persis di sebelah gw ada seorang pemuda yg juga menjadi jama'ah shalat. Sangat tampan. Kulitnya bersih dan senyumnya sangat ramah. Usianya mungkin hanyaberselisih beberapa tahun dari anak gw yg jga shalat di sebelah gw.

Dulu, saat gw masih remaja seperti anak gw, dan untuk pertama kali datang ke Turkiye, sama seperti di indonesia, jarang sekali gw melihat remaja dan anak-anak muda datang shalat berjama'ah ke Mesjid. Mesjid dimana-mana hanya diisi orang-orang tua yg sudah bau tanah. Tapi sekarang, hampir di seluruh dunia, gw melihat semangat anak-anak muda yang datang meramaikan shalat jama'ah di Mesjid. Suatu kemajuan yg patut di kembangkan dan dibanggakan.

Begitu juga di Mesjid Biru Istanbul yg begitu besar dan sangat indah ini. Banyak sekali anak-anak muda yg datang ikut shalat berjama'ah. Termasuk pemuda tampan yg duduk di sebelah gw itu.
Dan gw teringat masa-masa muda gw dulu. Dan tiba-tiba gw menjadi sangat sedih...


*****


Gw melewati masa-masa remaja gw dengan saaanngaattt hedonis. Dengan pikiran saaanngaaattt liberal. Melakukan apapun yg gw mau, selama gw suka, dan tidak mengganggu urusan orang. Sekarang gw dan teman-teman menyebutnya "masa-masa kegelapan dan kebodohan". Hehehehe....
Melihat anak gw sekarang, dan melihat pemuda tampan di Mesjid Biru, yg ikut shalat berjama'ah itu, ada sedikit rasa iri di hati gw, mungkin lebih tepatnya rasa sesal, seandainya dulu....
Tapi tidak ada rasa sesal, masa lalu adalah masa lalu, dan gw percaya Allah itu maha pema'af. Mungkin jalan hidup gw memang sudah ditakdirkan seperti itu. Semuanya harus dijadikan pelajaran. Agar hidup gw akan menjadi lebih baik lagi.


*****


Lagi heboh masalah buku "Why? Puberty" di Jakarta. Buku untuk konsumsi anak-anak, yang sangat terang-terangan mempropagandakan kehidupan LGBT. Uni Fahira Idris, sebagai pegiat anti LGBT menghimbau penerbit buku itu untuk menariknya dari peredaran. Karena dianggap tidak sesuai dengan budaya bangsa, terutama sangat bertentangan dengan agama.

Namun, tak kurang banyak yg keberatang dengan sikap dan tindakan uni Fahira itu. Terutama tentu para penganut paham liberalis. Yang menganggap tindakan untuk menarik peredaran buku itu, sebagai suatu tindakan "sewenang-wenang". "penjajahan terhadap kebebasan berpendapat. Selalu begitu bukan? Menurut mereka Censorship itu adalah suatu tindakan bodoh dan tak punya alasan. Pelanggaran berat terhadap HAM (lagi-lagi HAM ya cuy... seperti biasa HAM dan HAM... Senjata pamungkas Liberalisme).

HAM itu adalah tipu-tipu basi busuk jamuran dari Liberalisme. Kemunafikan paling dasar dari Liberalisme. Apalagi kalau sudah menyangkut politik dan kepentingan Liberalisme. Terasa sekali HAM itu hanya menjadi alat kemunafikan bagi kegiatan propaganda Liberalisme.

Menurut Liberalisme, kebebasan bersuara, berpendapat, dan berpikir, tidak boleh disensor. Itu hak tiap individu. Termasuk mempropagandakan LGBT, seperti yang dilakukan oleh buku "Why? Puberty" itu. Jadi tidak boleh ada Censorship. Munafik kan?

Dalam berkehidupan, dalam keseharian kehidupan bermasyarakat, harus ada "Law Enforcement". Harus ada "Pemaksaan HUkum". Harus ada Hukum dan aparat penegakannya, agar peri berkehidupan bermasyarakat dapat berjalan damai dan normal. Agar tidak terjadi chaos dan kekacauan. Liberalisme pun mengakui itu. Bahkan Amerika negara penganut paham Liberalisme paling wahid di dunia, sangat bangga akan lembaga "Law Enforcement" yang mereka miliki.

Kenapa pedagang kaki lima tidak boleh sembarangan jualan di Monas? Jawabnya, karena mengganggu kepentingan umum. Jadi harus ditertibkan.
Kenapa pengendara sepeda motor DIHARUSKAN DAN DIWAJIBKAN, menggunakan helm/pelindung kepala? Karena helm dapat mengurangi resiko kematian bila terjadi kecelakaan. Lha ini kan hidup gw? Suka-suka gw dong. Mau gw mati kek, mau gw cacat kek, ini kan hidup gw? Apa urusannya negara "Mengenforce" gw harus memakai helm? Gw kan tidak mengganggu orang lain kalo gw tidak pake helm. Beda dong dengan pedagang kaki lima di Monas yg mengganggu orang yg ingin berwisata ke Monas? Apa urusannya pemerintah mencampuri urusan gw? Suuwweeebeellll deeehhh...!!!

Pengendara mobil harus menggunakan seat belt. Dan setiap produsen mobil yg masuk ke Indonesia, diwajibkan menyediakan fasilitas seat belt bagi mobil produksinya. Tidak boleh lagi seperti mobil2 jaman dulu yg boleh tak punya seat belt. Bahkan untuk supir omprengan pun, diwajibkan berseat-belt.
Nahhh tuuu kannn, lagi-lagi Negara sok ikut-ikutan mencampuri hidup gw. Kalo gw mati ato kecelakaan kan gw sendiri yg beresiko. Suka-suka gw dong. Hidup hidup gw, kok negara harus repot-repot membuat perda dan undang-undang untuk "mengenforce" penggunaan seat belt???? Kalo gw ga pake seat belt, gw kan ga mengganggu orang??
Kelak di Indonesia, akan segera ada undang-undang wajib belajar bagi anak-anak. Seperti di Jerman dan negara-negara maju, orang tua yg dengan sengaja tidak menyekolahkan anaknya, akan diberikan sanksi berat.
Yeeeee...pigimana seh. Keluarga, keluarga gw... anak, anak gw... mau anak gw bodo kek, mau anak gw buta hurup kek, biarin de ahh, emang ada ganggu elo? Suka suka gw mau menyekolahkan anak gw ato tidak. Kalo anak gw bodo, emang situ yg repot?

Nihhh, gw propaganda LGBT melalui buku, suka-suka gw dong, kebebasan berpendapat. Jangan ada censorship dong!! Ga boleh ada law enforcement apapun. Gw kan ga merugikan orang. Kalo agama Islam ga setuju dengan LGBT, jangan sok ngatur-ngatur meminta penarikan bukunya dooonnggg.... Bodo banget seehhh ....
Well? You see the hypocricy? Kamu liat kemunafikannya?
Kalo menyangkut kepentingan "Umum" perlu ada law enforcement, tapi kalau menyangkut kepentingan agama, apalagi agama Islam, tak boleh ada law enforcement. Tak boleh ada censorship!!!

Alasan paling klasik para liberalist itu untuk membela segala propagandanya adalah, Agama itu urusan pribadi. Tidak ada urusannya dengan sexual preferences (kecenderungan seksual). Jadi kalo agama lo melarang LGBT, itu urusan agama lo, tidak boleh ada larangan kalo gw pengen ngeseks dengan sesama jenis. Itu hak gw. Kelamin, kelamin gw sendiri, suka-suka gw mau makenya kemana dan dimana. Agama tidak boleh mencampuri.
See? The hypocisy? Munafik tidak?

Bokep tidak boleh dilarang. Karena itu hak azasi. Berkesenian (entah dimana seninya, yg kedengaran cuma aahhh, aahhh, uuhh, uuhh, yess yesss, oohh my god...). Bokep itu, Kebebasan berpendapat dan berekspresi. Tidak ada bukti nyata bahwa orang yg menonton bokep akan berkecenderungan jadi pengen coba-coba.
Buktinya? Orang yg nonton pelem tentang pembunuhan, tidak menjadikan orang yg liat jadi pembunuh kaaaannn???
Paham tipu-tipu liberalisme. Jadi tidak boleh ada censorship!

Dan juragan, coba deh jangan munafik. Masa remaja gw, gw lalui dengan segala "pencerahan liberalisme", berzinah kesana-kemari, gonta ganti pacar, nyobain segala macam miras, melakukan hal-hal yg tak akan pernah terbayangkan oleh para Ustadz dan Kyai... Darimana gw mendapatkan ilmunya? Kalau tidak dimulai dari "keinginang untuk mencoba dan bereksperimen" setelah menonton segala macam bokep yg kamu bilang tidak berpengaruh terhadap pikiran itu?
Tak usah munafik!! Dan gw tidak malu mengakui, gw terjebak pada kehidupan hedonisme paling parah dan gelap, karena propaganda "kebebasan hidup liberal" semacam itu!! Gw tidak akan pernah malu mengakuinya!!

Dan segala "musibah" yang terjadi di Amerika, pembantaian anak-anak di sekolah, yg dilakukan oleh teman-temannya sendiri, bagaikan jagoan Rambo masuk kelas menenteng senjata, menembaki seisi sekolah. Darimana anak-anak seperti itu mencontohnya?

Kalau memang apa yg dikatakan para penggagas liberalisme itu, bahwa kebebasan berekpresi tidak akan menggangu pikiran orang-orang yg menangkapnya, mengapa Hollywood dan Amerika begitu ngotot membuat film-film tentang kebaikan Jahudi? Tentang kebaikan free-sex, tentang LGBT? Mengapa? Bukankah itu artinya mereka buang-buang duit trilyunan dollar, untuk hal-hal yg tak ada hasilnya? Karena propaganda pendapat mereka itu, tidak akan mempengaruhi pikiran orang sedunia?
Betapa munafiknya!!
Di satu sisi mereka mengatakan, pendapat kami bebas nilai. Ini bukan propaganda. Ini seni. Ini kebebasan berpikir. Tapi di lain sisi, mereka sangat paham apa tujuan mereka. Propaganda Liberalisme. Mempengaruhi opini dunia, bahwa LGBT itu indah, free-sex itu nikmat, dan Liberalisme itu paham yang paling benar...


*****


Turkiye dimulai dari kejatuhan kekalifahan Ottoman. Dipertegas oleh Kemal Attaturk, sudah membuktikannya. Liberalisme itu tidak akan pernah bisa bersatu dengan Islam. Kesalahan yang teramat pahit, dan hatus dibayar sangat mahal oleh Islam Turkiye, apakah Indonesia harus terjerumus ke lobang yg sama? Apakah Indonesia tidak mau belajar dari Turkiye?

Gereja. Satu lagi contoh nyata korban Liberalisme, kesalahan yang teramat fatal. Terbuai oleh bujuk rayu Liberalisme, akhirnya Gereja berobah menjadi seperti sekarang. Pilar-pilar ajarannya sudah rontok semua tergerus Liberalisme.
Tidakkah Islam mau belajar?

Indonesia bukan negara Liberalisme. Azas negara ini sudah dibentuk oleh para pendiri bangsa ini awalnya. Indonesia jelas-jelas bukan negara Liberalisme. Sila pertama Pancasila menjelaskan itu. Mukadimah UUD menjelaskan itu. UUD kita menjelaskan itu. Tapi kenapa begitu kuat dorongn untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Liberalis?
Apalagi didukung oleh cukong-cukong berduit, tak bermoral, tak punya nasionalisme itu? Beserta media-media mainstream yg mereka miliki? Mendorong Indonesia ke jurang liberalisme? Mengapa???

Indonesia.... belajarlah dari Turkiye...!!! Islam dan Liberalisme itu tak akan pernah bisa satu....







No comments:

Post a Comment