بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ
1. Demi waktu (masa),
إِنَّ
الْإِنسَانَ
لَفِي خُسْرٍ
2. Sesungguhnya manusia dalam
keadaan merugi.
إِلَّا
الَّذِينَ
آمَنُوا
وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling
menasihati (satu sama lainnya) untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk
kesabaran.
Ketika pertama kali gue melanjutkan pendidikan, untuk mendalami ilmu Fisika
Quantum dan Relativitas, gw sampai merasa “digebukin dan ditempelengin” akan
kebenaran Alquran. Tak pernah sebelumnya gue begitu memahami apa yg diuraikan
dalam Kitab Suci itu.
Jika kamu mendalami Teori Quantum dan Relativitas, dan dikaitkan dengan
pemahaman kamu mengenai eksistensi Tuhan sebagai Sang Pencipta, hanya ada dua
kemungkinan mengenai keyakinan kamu akan hal itu. Bila dari awalnya kamu sudah ragu-ragu
atau tak percaya akan Tuhan, kamu pasti akan semakin tak percaya (Kecuali tentu
bila kamu mendapatkan hidayahNYA). Dan jika kamu sebelumnya percaya Tuhan (dan
beragama Islam), kemungkinan besar keimanan kamu akan bertambah kuat, sebab tak
satupun ayat dalam Alquran, yg dapat menggugurkan keimanan kamu. Bahkan semua ayat justru
seperti membuka tabir kebodohan kamu.
Dan terus terang, bila kamu mendalami Fisika Quantum dan Relativitas,
akan sangat sulit mempercayai eksistensi Tuhan, kecuali kamu punya dasar
mengenai Islam dan Alquran. Terus terang.
Sebab mempelajari Alam semesta yg sedemikian dahsyat, serta mempelajari
Fisika Partikel yg begitu mengagumkan, akan sangat sulit meyakinkan akal dan
logika, untuk membenarkan Bumi yg sedemikian tak berartinya di semesta, begitu
keciiilllll dan tak berarti, menjadi pusat dan tempat kelahiran dan kehadiran
segala dewa dan Tuhan.
Bumi yg hanya merupakan satu titik hitam jika dibandingkan Matahari,
dan hanya sebuah atom dibandingkan Bima Sakti (belum jika dibandingkan seluruh
alam semesta, baru hanya dibandingkan Bima Sakti, Bumi sudah tenggelam entah
kemana), menjadi tempat yg begitu hebat, sehingga melahirkan Tuhan dan para
Dewa. Sangat sulit meyakinkan akal dan logika.
Itu sebabnya gue sangaattt marah dan tidak menerima jika ada sebagian
kalangan Islam, yang menghubung-hubungkan kedatangan yang Mulia Rasul Muhammad,
dengan awal penciptaan manusia, Adam dan Hawa. Seakan-akan Rasul itu jaauuhhh
lebih Mulia dari Adam. Seakan-akan Rasul itu sedemikian Mulia sehingga hanya
dapat dibandingkan dengan Allah. Pemahaman yang saannggaatt bodoh.
Tak satupun, sekali lagi tak satupun Mahluk yang dapat dibandingkan dengan
Kebesaran Allah. Tidak juga Yang Mulia Rasul!! Bahkan alam semesta yang
sedemikian besar dan dahsyat ini, menjadi sangat tak berarti jika dibandingkan
dengan Allah! Apalagi “hanya seorang hamba dan manusia”.
Bagi gue, seluruh Rasul dan Nabi itu sama mulianya. Mereka semua mahluk
special. Hamba Allah yg suci, yg mendapatkan “keberuntungan” dipilih jadi
Nabi/Rasul Allah. Dan kelebihan yang Mulia Rasul, beliau terpilih menjadi yang
terakhir, pembawa Risalah Utama dari Allah. Penutup Risalah Allah. Hanya itu. Dihadapan
Allah, yang Mulia Rasul, hanyalah hamba dan mahluk! Sangat tidak berarti! Jadi
jangan pernah menjadi bodoh dan tolol mencoba mengangkat derajat yang Mulia
Rasul, dengan menjadikannya Mahluk nomer 2 setelah Allah!! Menempatkannya
menjadi mahluk yang hanya dapat dibandingkan dengan Allah. Itu sangatttt
menghina eksistensi Allah. Sangat merendahkan Allah!!
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ada seorang gembong JIL (kita menyebutnya: Jaringan IBLIS Liberal), yang
dengan berolok-olok mengatakan pendapatnya mengenai eksistensi Allah, yang
tidak pernah tidur, dan bisa “mengamati/memonitor” kelakuan dan tingkah polah
hambaNYA selama hidup, selama 24 jam nonstop. Sepanjang masa!
Dengan sedikit menghina dan berolok-olok, gembong JIL itu mengatakan,
seperti diawasi CCTV yg beroperasi 24 jam. Non stop. Katanya, sambil
terbahak-bahak.
Dan gue, justru yang terbahak-bahak menilai kebodohan kacung Liberalis
itu. Itu orang pasti tak pernah belajar Fisika. Jangan-jangan belajar Fisika
Dasar saja pun tidak. Sepanjang hidup hanya belajar ilmu social dan agama. Tidak
pernah mendalami Alquran dari sisi Ilmu Pengetahuan. Jadi rada-rada asbun dan
terlalu jongkok. Orang yg sangat bodoh untuk memahami kandungan Alquran, begitu minder
mengaku Islam, dan sangat bangga menjadi Liberalis.
CCTV itu buat satpam. Buat security cuy! Lo kira Allah itu satpam? Perlu
CCTV buat monitor manusia? Dan lo kira CCTV itu bisa memonitor “isi otak dan
hati” lo? Allah itu dapat memonitor hingga ke jeroan-jeroan lo. Isi otak kepala
dan hati lo!! CCTV atau teknologi canggih apapun buatan manusia, tidak akan
pernah, sekali lagi, tidak akan pernah dapat memonitor isi kepala dan hati lo!!
Dan justru itu yg lebih penting bagi Allah. Mengetahui apa isi kepala,
otak dan hati lo, dibandingkan memonitor kegiatan “fisik dan tubuh” lo
sepanjang masa. Dan hanya hal itu yg dapat dilakukan oleh teknologi buatan
manusia. Termasuk CCTV yg lo banggakan itu.
Pernah dengar HUKUM KEKEKALAN ENERGI (THE LAW OF “CONSERVATION OF
ENERGY”)? Gue yakin pernah. Tapi si dedengkot JIL itu, pasti tidak pernah mengerti
akan fundamental pemahaman hukum dasar dan teramat penting Fisika itu. Sebab
otaknya hanya berisi hukum halal perkawinan kelamin sejenis, dan hukum halal
buat judi, miras, dan prostitusi. Jadi jangan heran, kalo pikirannya mirip
Satpam yang perlu CCTV buat bantu kerja monitor keamanan.
Jadi gini ya cuy, gue jelaskan sedikit. Mudah-mudahan IQ lo yg
agak-agak tenggelam dan pingsan, bisa memahaminya. Gue akan coba jelaskan
sesederhana mungkin, dengan asumsi bahwa lo tidak mengerti sama sekali mengenai
hukum kekekalan energy itu.
Fundamental pengertian mengenai hukum kekekalan energy itu ialah: Energi itu tidak dapat diciptakan, dan
tidak dapat dimusnahkan!
Energi itu hanya dapat “berubah bentuk” atau “berpindah”. Namun jumlah
paket energy yang berubah dan berpindah itu, akan tetap sama selamanya.
Alam semesta ini, merupakan suatu “system tertutup” yang juga tunduk
pada hukum utama itu. Dari awal terbentuknya (Teori Big Bang, lo pelajari aja
sendiri ya cuy, entar kalo gue jelasin disini, otak lo bisa agak-agak ribet
jadinya), alam semesta itu “sudah dibekali sejumlah energy yang cukup” untuk “mengembangkan”
dirinya. Menurut teori itu ya cuy, biar terbuka otak lo yg lagi pingsan itu,
bila energy yg dimiliki oleh alam semesta itu pada saat kelahirannya, kurang
atau lebih saatuuuu paket saja, maka alam semesta itu akan ambruk! Alam semesta
itu tak akan pernah terjadi. Bayangkan! Betapa presisinya. Kurang atau lebih
satu paket saja, alam semesta akan ambruk tidak bisa berkembang. Bila kurang,
alam semesta akan segera ambruk, sebab energy yg dimilikinya tidak cukup untuk “melempar”
seluruh materi agar bergerak mengembang. Bila kelebihan energy, “lemparan
materi” akan “berlebih” sehingga gaya grafitasi antar materi tidak akan cukup
kuat untuk menahan laju “lemparan” materi, sehingga alam semesta pun akan
ambruk. Sampai sini gue harap lo sudah cukup mengerti dan terpesona akan Fisika
Quantum ini ya cuy.
Jadi alam semesta itu dari awal terciptanya, sudah self-contain. Sudah “disiapkan”
untuk sanggup memenuhi kebutuhan energinya sendiri. Sebab sekali lagi, energy itu
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
Dan biar lo mengerti ya cuy, seluruh isi alam semesta ini sebenarnya
adalah “energy”. Seluruh materi yang lo lihat disekeliling lo itu, adalah energy.
Bahkan partikel-partikel pembentuk diri lo itu adalah energy. Biar agak gampang
ya cuy, segala sesuatu yang memiliki massa (berat) itu adalah energy.
Jadi gue ketawa terbahak-bahak, ketika gue debat dengan seorang atheist,
gue bilang, ketika mati, tubuhnya yang ganteng rupawan itu akan tetap tinggal
di semesta selama-lamanya, sampai kiamat, tidak akan ada yg dapat
memusnahkannya kecuali Tuhan.
Terus dia jawab, makanya disediakan fasilitas kremasi. “Mayat gue
dibakar”, katanya. Biar tubuh gue hilang jadi debu. Katanya. Bodoh en tolol ya
cuy? Kakakakakak….
Dan gue bisa mengerti kebodohan itu, karena itu atheist tak pernah
memahami fundamental hukum kekekalan energy. Jadi dia kira dengan
dibakar/dikremasi, “materi mayat” tubuhnya bisa hilang dan musnah. Kakakakaka…..
Jangankan atom dan molekul yang meski sedemikian keecciiiilll, tapi
masih memiliki berat/massa. Cahaya saja, yang sudah tak memiliki massa, tetap
tidak akan dapat dimusnahkan. Apalagi molekul dan atom-atom tubuh lo yg masih
masuk kategori “materi bermassa” itu.
Dengan proses kremasi/pembakaran, lo hanya “merobah” dan “memindahkan” energy
materi tubuh lo, menjadi “bentuk” lain. Menjadi udara, menjadi panas, menjadi debu,
dan sebagainya. Namun total jumlah energy yg “dimiliki” mayat lo itu, yg sudah
berubah menjadi “energy” bentuk lain, akan tetap sama. Tidak dapat dimusnahkan!
Jadi artinya secara “fundamental” mayat lo yg dibakar/dikremasi itu akan tetap
tinggal selama-lamanya di semesta, sampai kiamat!!
Balik kepada masalah CCTV satpam JIL tadi, sama saja keadaannya. Allah
cukup menggunakan “catatan historical” perobahan dan pemindahan paket energy itu.
Paket-paket yang tidak akan pernah dapat dimusnahkan.
CCTV hasilnya masih dapat “dialtered” (dirobah/direkayasa). Hasil
rekaman teknologi tercanggih apapun buatan manusia akan masih bisa dirobah dan
direkayasa. Orang masih bisa menghapus rekaman CCTV. Masih bisa menghilangkan
bagian-bagian yg tak disukai.
Namun paket energy?
Lo memaki ibu dan bapak lo, energy pembakaran calori dan carbohidrat
dalam tubuh lo, yg berobah menjadi energy mekanik gerakan mulut lo, yang
kemudian berobah lagi menjadi paket-paket energy gelombang suara, akan
selamanya “terekam” di semesta. Coba deh lo robah paket energy gelombang suara
lo itu. Hapus segala caci maki lo kepada orang tua lo. Hapus segala kebohongan
lo pada suami/istri lo. Coba hapus paket-paket energy yang lo keluarkan ketika
lo melakukan korupsi, mencuri duit rakyat. Coba hapus kalo bisa. Paket-paket
energy itu akan tinggal selama-lamanya di alam semesta. Tidak akan ada mahluk
yang sanggup memusnahkannya.
Jangankan energy gerakan dan suara, lo mengedipkan mata saja, perlu
energy, dan itu akan terekam dalam paket energy semesta. Lo senyum, perlu
energy. Dan segera terekam dalam paket energy semesta. Lo memejamkan mata, dan
otak lo menghayal sedang bersetubuh dengan Luna Maya dan Cut Tari.
Neuron-neuron otak lo bekerja, membakar kalori dalam tubuh lo. Merobah energy kalori menjadi energy electromagnetic
gelombang otak lo yg sedang berhayal mesum. Dan itu segera terekam dalam
paket-paket energy semesta. Dan lo tidak akan pernah bisa menarik/merobahnya
kembali. Sampai kapanpun! Apapun pikiran yang ada diotak kepala lo, akan
berubah menjadi paket-paket energy semesta, yang tidak akan pernah bisa lo
robah atau musnahkan lagi.
Dan Dzat yang dapat menciptakan “keajaiban energy” seperti itu, pasti
dapat juga menciptakan keajaiban untuk dapat membuka “rekaman riwayat segala
perubahan paket-paket energy” itu. Untuk mengetahui apa saja yg sudah lo
lakukan, pikirkan oleh hati dan otak lo, selama lo hidup di dunia.
Jadi terlalu kecil itu teknologi CCTV dibandingkan teknologi “alat
monitor 24 jam non stop” yang dimiliki Allah. Hanya orang dungu dan tolol yg
bisa membandingkan Allah dengan Satpam!
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Dan apa hubungannya itu semua dengan Surat Al Asr yg gue kutipkan
diawal posting ini?
Apakah waktu itu? Apakah masa itu? Apa?
Dalam Alquran, Allah berfiman berkali-kali, hidup di dunia ini hanya “seperti
orang bermimpi”, hanya “hayalan”, hanya “senda gurau”, hanya sementara.
Dan gue seperti ditempeleng ketika gue pertama kali belajar tentang
definisi waktu dalam Quantum dan Relativitas. Betapa tepatnya uraian Allah dalam
Alquran itu. Akan sangat sulit menjelaskannya dengan sederhana, terlebih-lebih
pada orang yg tak pernah mengenal ilmu Fisika. Namun biar gue coba ya.
Ada dua pendapat yang paling dominan dalam Fisika Quantum/Relativitas, mengenai
definisi waktu ini. Pendapat Einstein, yg menyatakan waktu itu hanya dimensi
ke-empat, yang menjadikan dimensi dalam quantum menjadi dimensi ruang-waktu
(time and space). Itu satu paket. Tak bisa dipisahkan.
Dan berdasarkan teori relativitas, dimensi ruang-waktu itu relative.
Tidak mutlak. Bisa terdistorsi. Ruang itu bisa menciut atau mengembag,
tergantung banyak hal. Sama juga waktu, bisa memendek atau memanjang,
tergantung banyak hal. Hal ini bisa dipelajari oleh anak-anak kelas 3 SMA IPA
ya. Namun filosofinya akan agak sulit diterangkan bagi yg tidak memahami
dasar-dasarnya. Jadi gue tdak akan menjelaskannya ya. Bisa bikin panjang,
ribet, dan membingungkan.
Einstein sampai pada kesimpulan “waktu itu hanya ilusi”. Fatamorgana.
Mimpi. Hayalan.
Berdasarkan teori Relativitas, tidak ada yang namanya masa lalu, masa
kini, atau masa depan. Yang ada hanya ruang-waktu! Masa kini, masa lalu, masa
depan sedang terjadi secara bersamaan dalam semesta!
Manusia di bumi mengalami “fatamorgana/mimpi”, mengenai “masa kini,
masa lalu dan masa depan”, karena semua mahluk di bumi “memahami realitas waktu”
yg sama, bahwa “waktu” di bumi berjalan secara “linear”. Tidak berbelok,
berayun, berputar atau lainnya.
Namun bagi “seseorang/mahluk” yang tinggal nun jauh di sana di sebuah
galaxy lain yang terletak ratusan ribu tahun cahaya dari bumi, bisa saja mahluk
itu melihat bumi pada “masa lalunya” atau “masa depannya”. Tergantung “kearah
mana” planet/galaxy tempat dia tinggal sedang bergerak.
Mahluk itu kemungkinan melihat bumi pada jaman dinosaurus, atau bisa
jadi melihat bumi pada 1000 tahun kemudian (waktu bumi).
Jadi “realitas” yang kita sebagai penduduk bumi alami sekarang,
hanyalah ilusi, fatamorgana, mimpi!
Sungguh akan sangat sulit menjelaskan teori ini dengan mudah (Tapi kok
tidak ada dedengkot JIL yg berani bilang teori ini dongeng yaaaa…??? Kakakakaka….)
Jadi menurut Einstein, ibarat menonton sebuah video di Jaringan Computer,
ceritanya sudah terekam di HardDisc (HD) server jaringannya. Seseorang bisa
menonton di bagian awal di computer A, satu pixel pada layar monitor yg sedang
menayangkan videonya, menggambarkan paket energy yg sedang “berubah” setiap
saat dari “masa lalu ke masa kini dan ke masa depan “. Sesuai alur ceritanya.
Sementara orang lain si B, juga menonton video yg sama, namun pada
bagian tengah. Dan si B melihat perubahan pixel/energy yg berbeda dari si A.
Namun sebenarnya mereka “mengalami realitas” yang sama. Video dari HD server
itu. “Segala Realitas” ada dalam HD server tadi. Tak bisa dirobah lagi.
Dan gue merasa ditendang oleh pernyataan Alquran tentang “Lauhul Mahfudz/Kitab
Utama”. Allah telah menuliskan segalanya dalam “Kitab Besar” itu. Gue diinjek
dan digamparin Alquran.
Satu lagi pakar teori relativitas/Quantum, Freyman, menyatakan, waktu
itu “hanyalah arah” dalam alam semesta. Cuma arah! Kalau mau ke Bandung, orang
bisa melaluinya garis lurus pake helicopter. Atau berbelok-belok pake mobil lewat
jalan tol cipularang. Atau sedikit turun naik pake Kereta. Dan kalau berbicara
teori relativitas/quatum, dengan kecepatan cahaya, mau arah manapun yang lo
ambil, lo akan sampai pada “waktu” yang sama di Bandung. Tak perduli “sejauh”
apa jarak yg lo akan tempuh. Pasti akan sampai pada waktu yg sama.
Teori Freyman mengenai waktu ini, mau tak mau harus melibatkan teori “Paralel
Universes”. Teori “Multiple/many Worlds”. Dimensi dalam semesta tidak Cuma 4,
dimensi ruang-waktu. Namun lebih banyak. Dan alam semesta memiliki “kembaran”
yang “memiliki realitas” yg “mungkin” berbeda. Para pakar masih memperdebatkan
teori ini. Karena hingga kini belum dapat dibuktikan secara ilmiah, adanya
dimensi lain selain keempat dimesi yg kita ketahui. Dimensi ruang-waktu.
Freyman berpendapat, jika pada “saat kini di dunia ini” lo memilih naik
kreta ke bandung, maka “probablilitas/kemungkinan” lo akan naik mobil ato
helicopter akan “gugur”. Dan “realitas” kamu naik kreta ke Bandung itu lah yang akan terjadi “saat kini
pada dunia ini”. Setiap pilihan pada “kemungkinan/probabilitas” tadi (naik
mobil, kereta atau helicopter) masing-masing memiliki “besaran amplitude”. Yang
jika dijumlahkan keseluruhan akan saling menihilkan, dan semua probalitis tadi,
harus tunduk pada hukum-hukum Fisika alam raya (Universe). Sehingga “probabilitas”
yang kamu pilih (naik kereta) akan menjadi “realitas” pada “universe/world” yg
kamu tinggali.
Dan gue merasa ditelanjangi akan kisah “takdir dan irodah” dalam
Alquran. Tentang “probablitas/kemungkinan” yang diberikan oleh Allah bagi
manusia untuk memilihnya. Kamu boleh memilih segala “kemungkinan” yg ada, namun
“segala kemungkinan” yang tersedia itu tidak akan bisa lepas dari “HitunganNYA”.
Sebegitu enjelimetnya semua Teori Quantum dan Relativitas ini. Lebih
enjelimet dari Alquran. Untuk mempelajari Semesta, rasanya akan lebih gampang
belajar dari Alquran! Trust me!
Namun anehnya, tak ada satupun dedengkot JIL yg berani bilang teori
Relativitas/Quantum ini Cuma dongeng. Padahal apa yg dipaparkannya, bagi
sebagian orang, saaanngaatt tak masuk akal.
Sementara Alquran yg sedemikian sederhana, mereka bilang dongeng…
Kikikiki….
Dan satu lagi cuy, para dedengkot/kambing2 JIL itu bangga banget
koar-koar, Alquran itu harus dirobah, karena tak sesuai lagi dengan jaman.
Sudah ketinggalan jaman.
Jawaban gue, eh cuy, maksut lo “jaman yg mana”? Jaman lalu, jaman kini,
atau jaman masa depan?
Kalo elo belum bisa bikin teori tandingan dari Teori
Relativitas/Quantum, yang bilang “Jaman” itu hanya ilusi, fatamorgana, mimpi… Bahwa
pada “realitas Jaman” itu tidak ada yg namanya masa lalu, masa kini, masa depan…
Yang ada itu hanya WAKTU. MASA! Dan Islam percaya pemilik Waktu itu hanya Allah…
Makaaaa….Ke laut aja lo dengan bibir sumbing lo itu ya cuy!!! Selama lo
masih Cuma modal bacot, belum bisa menggugurkan teori Relativitas/Quantum
mengenai waktu/masa/jaman, jait dolo aja bibir sumbing lo ya cuy..? Baru deh lo
bicara soal “ketinggalan jamannya” Alquran. Kakakakaka….
Itu Cuma tipu-tipu Liberalis lo aja…. Kakakakaka….
Dan sungguh disayangkan, para pakar itu tidak lebih dahulu mengenal Alquran, ketika menemukan teori-teori itu. Sangat disayangkan….
Dan juga sangat disayangkan, mengapa bukan ummat Islam yg menurunkan
teori-teori itu? Padahal semua itu sudah tertulis ribuan tahun di Alquran….
Mari belajar. Bangkitlah Ummat. Bersatu, jangan berantem dan mimpi saja…..
No comments:
Post a Comment