whose side are you on

whose side are you on

Friday, January 11, 2013

Books of Altering Society Opinion = Cinta Tapi Beda (The story behind the scene)

Kemaren, seorang adik kita yg baru saja selesai nonton film-nya mas Hanung Bramantyo "Cinta Tapi Beda" (CTB), menulis banyolan di blog ini bahwa selesai bikin film CTB ini, mas Hanung bakal bikin film dengan judul "Cinta Tapi Sama (Jenis Kelamin)".
Gw cuma bisa senyum-senyum aja baca banyolan itu. Tapi karena dianggap banyolan itu "sedikit" berbau "SARA", vampire-vampire minta agar banyolan itu dihapus, beserta beberapa komen yg dianggap ga penting lainnya. Karena tanpa penjelasan apa-apa, nanti kita dikira melecehkan satu golongan/kelompok masyarakat.

Terus gw dikasih tugas deh menjelaskan duduk perkaranya. Kronologis sejarah peristiwanya (caiillee... bahasanya brookk...), kenapa banyolan itu bisa muncul.

Gw punya seorang teman yg ngaku pekerjaannya "cuma budayawan dan pengkeritik seni". Orangnya kita anggap "agak nyentrik" dan urakan. Namun harus diakui wawasan seninya sangat luas. Dan terus terang sangat "jujur". Kalo jelek dia bilang jelek, bagus dia bilang bagus. Mungkin karena terlalu "jujur" dan tidak mau ikut "arus" bikin cerita-cerita penuh pesan sponsor, jadi dia tenggelam dalam hingar bingar "marketing politik dunia seni". Ga laku. Ga kepake. Dan susahnya orang-orang idealis seperti itu emang sulit berkompromi. Jadi susah meroket namanya, seperti Mas Hanung contohnya.

Dia pernah bilang gini ke kita-kita, "Di Amerika, kalo ingin pasti menang di ajang Academy Awards (AA/Oscar), Golden Globes Awards (GG), Emmy Awards (EA), buatlah film berthema penderitaan atau kebaikan hati orang Jahudi. Hampir dipastikan 99% akan menang. Atau buat film berthema Gay, dijamin akan menang 99% juga. Paling tidak pasti dapat penghargaan.
Kalau ingin kalah, buatlah film berthema agama, atau film tentang kejelekan Jahudi, hampir 100% film kamu pasti kalah". Katanya dengan sedikit guyon.
"Makanya gw malas bikin pelem" Katanya, "soalnya sekarang sudah terlalu banyak disisipin titipan sponsor dari produser, tak ada lagi yg murni seni"

Walau guyon, gw coba menanggapi kritikannya itu dengan serius. Gw coba-coba googling riwayat Academy Awards, dan to my surprise, "guyonan" teman gw itu sangat benar.
Coba deh kamu-kamu yg pengen tau, googling sendiri, dan liat film-film yang jadi jawara di ajang penghargaan film Amerika itu.

Dan yang paling mengejutkan adalah, perubahan itu terjadi hanya dalam tempo sangat singkat, hanya sekitar 10 tahunan. Dan dalam masa yang sangat singkat itu, opini publik dan masyarkat Amerika sudah bergeser dengan cepat.

Baru saja rasanya di era tahun 50-an hingga 70-an, film-film kolosal berthema agama "merajalela" diajang AA (Dulu namanya Oscar). Kamu yang suka koleksi film klasik, pasti tau judul-judul film semacam "BENHUR", "THE TEN COMMANDMENTS", "YESUS OF NAZARETH", "SODOM AND GOMORA", "SOLOMON AND BETSHEBA", "DAVID AND GOLIATH", "SAMSON & DELILAH", dan masih panjang lagi...
Film-film bertema agama semacam itu, selalu merajai ajang AA beberapa puluh tahun yang lalu.

Tapi sekarang?? Well, seperti kata teman gw di atas, film-film agama tak laku lagi di AA, digantikan oleh film-film semacam, "DRIVING MISS DAISY", "LINCOLN", "THE PIANIST", "PHILADELPHIA", "SCHINDLER'S LIST", "SOPHIE'S CHOICE", "BROKEBACK MOUNTAIN", "BEGINNERS", "MILK".... dan lain-lainnya. Yang semuanya berkisah kalau tidak tentang Jahudi yaaa tentang kehidupan LGBT atau campuran antara keduanya.

Well, seperti kamu semua tau, lobby politik kalangan Jahudi di Amerika memang teramat sangat kuat. Jangan pernah berharap bisa jadi Presiden atau pejabat publik apapun, bila ditentang oleh kelompok lobbyist Jahudi, semacam AIPAC (American Israel Public Affairs Commitee) atau Confrence of Presidents of Major American Jewish Organizations (CPMAJO).
Sehebat apapun seorang Presiden Amerika, pasti jadi kerdil tak berdaya dihadapan para lobbyist ini. Sampai bisa dibuat malu negara sekecil Israel, kalau presiden Amerikanya mau coba macem-macem ke Israel. Itu sudah jadi rahasia umum lah.

Sementara lobbyist kalangan GLBT (Gay Lesbian Bisexual and Transgender), juga sudah semakin gencar mendera pemerintahan Amerika. Terutama melalui Partai Demokrat. Partai Republik yang dulunya masih agak jengah dengan "kelompok marginal" ini, sekarang mau tak mau harus menerimanya. Karena suara mereka mulai sangat menentukan.

Dengan banyaknya pekerja seni di dunia hiburan di Amerika yang memiliki orientasi sexual LGBT, dan gencarnya penggambaran kebaikan kehidupan harmoni LGBT ini, salah satunya adalah melalui ajang kompetisi AA itu tadi, opini publik di Amerika pun mulai bergeser. LGBT tidaklagi dianggap tabu. Bahkan opini itu mulai berbalik, orang-orang yang tadinya dianggap "pahlawan" penolak LGBT, sekarang dicaci maki oleh masyarakat sebagai "manusia fanatik dangkal berpikiran tertutup" atau dicap "munafik dan bodoh".

Salah satu contoh adalah dalam ajang pemilihan "Miss USA 2009", ketika Miss California, Carrie Prejean, yang sudah sangat diunggulkan memenangkan pemilihan, pada pertanyaan final, ditanya oleh salah seorang juri, Perez Hilton, seorang gay blogger yg merupakan seorang activist hak-hak LGBT, apa pendapat Carrie mengenai perkawinan sesama jenis dan apakah seluruh negara bagian Amerika wajib melegalkannya.

Carrie Prejean, menjawab "....I think that a marriage should be between a man and a woman..."
Dan jawabannya segera mendapat "wwwooooohhh" dari para penonton.
Carrie Prejean, gagal memenangkan mahkota Miss USA, hanya menjadi pemenang kedua.
Tidak cukup hanya dicemooh diajang ratu kecantikan itu, bahkan hingga berminggu-minggu sesudahnya, dia "dihajar" habis-habisan oleh media massa dan activist LGBT, dikatakan cupat dan fanatik. Tidak menerima keterbukaan. Yayasan Miss America yg dimiliki Donald Trump, ditekan habis-habisan untuk melengserkannya dari Miss America.
Akhirnya dengan alasan "menyalahi kontrak" dengan yayasan Miss America, Carrie mengundurkan diri dari gelarnya sebagai Miss California dan Runner Up Miss America. Tapi semua orang tau, pengunduran dirinya akibat tekanan kelompok LGBT yang memang semakin kuat di Amerika.

Jadi Amerika yang katanya negara bebas itu, bisa bebas menyuarakan pendapat, ternyata "bohong besar".
Sebagai negara yg mengaku sangat liberal dan demokratis, pendapat Carrie Prejean yang harusnya dihargai siapapun, termasuk oleh golongan LGBT, nyatanya tidak bisa diterima LGBT Amerika. Dan Carrie harus kalah dengan lobbyist LGBT Amerika, dan harus merelakan melepas gelarnya.
Jadi kebebasan berpendapat itu cuma "bohong" besar. Opini publik itu lebih penting menentukan siapa benar siapa salah.

Hal itu juga dialami oleh mantan Presiden Jimmy Carter, yang dianggap Israel dan kelompok Jahudi Amerika terlalu "lembek" menghadapi Iran, ketika revolusi Iran berlangsung tahun 1979. JImmy Carter harus menerima dipermalukan didepan seluruh publik Amerika, ketika dikatakan kalah berdebat dengan Ronald Reagan, saat acara debat calon presiden berlangsung.
Jelas aja ta? Seluruh jaringan media massa di Amerika dikuasai hampir seluruhnya oleh kelompok Jahudi, jadi pertandingan debat memang sudah tak imbang. Jimmy Carter bahkan sudah "dikalahkan" duluan jauh sebelum debat itu sendiri berlangsung.

Itu cerita sedikit mengenai situasi di Amerika, mengenai betapa pentingnya menggiring opini publik, baik melalui media massa maupun melalui ruang hiburan semacam film dan sinetron.

Nah balik mengenai film mas Hanung tadi, Cinta Tapi Beda, dan melihat perkembangan film-film bertema agama besutannya, dari mulai "Ketika Cinta Bertasbih" hingga "Cinta Tapi Beda" ini, kelihatannya memang ada "perbaikan" besar dalam mutunya. Semakin jelas kelihatan arahnya mau kemana.
Dan ketika film CTB ini mengundang kontroversi dan di kritik oleh banyak orang Islam dan orang Minang, mas hanung berkelit dan menjawab, dia tidak sedang menceritakan kawin antar agama, dia hanya berkata bahwa dia mengangkat kisah kehidupan sehari-hari mengenai keberagaman dan pluralitas.

Iya mas, kita percaya kok.
Mas Hanung kita percaya ketulusan hatinya, tak punya agenda apa-apa.
Mas Hanung orang baik berhati putih dan suci.
Dan setelah melihat film itu, saya percaya mas Hanung tidak dititipin pesan sponsor kok.
Mas hanung adalah muslim sejati yang penuh dedikasi. Kita sangat percaya itu...
Jadi cuekin aja para pengkritik besar mulut itu mas. Jalankan terus dedikasi sucimu demi ummat Islam khususnya dan Negara Indonesia umumnya.

Nah karena kita percaya itu, makanya kita mau nanya, kapan dong mas Hanung mau buat filem mengenai perkawinan sesama jenis? Agar kelihatan dedikasi mas Hanung pada seni perfileman di Indonesia. Seperti jejak Hollywood, yang mempropagandakan kehidupan LGBT, jadi biar mas Hanung bisa go International. Siapa tau nanti dengan film thema LGBT mas Hanung bisa masuk ajang AA atau Cannes Film Festival.
Soalya film2 bertema Gay sangat laku dijual di ajang festival film International begituan. Dijamin pasti menang mas. Lihat aja tuh film-film berthema LGBT dari Thailand, Filipina, Korea, Jepang, dll, yg selalu dapat penghargaan di ajang festival film International begitu. Apalagi produksi dari negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia seperti Indonesia mas. Kejutan kan tuh?
Karena kita tau mas Hanung berkarya benar-benar tanpa agenda apapun. Tulus dari hati seorang seniman Islam yang baik. Kita percaya itu.

Jadi sebagai penggemar berat mas Hanung, ekke tu ya cwyn...pengen yeiy buat pelem LGBT geto dweh....
Ighhh...yeiy rumpik deh mas Hanung... Ighh gak asiikk.
Masak bikin pelem agama mulu cwwyynn... Plis de agh, Jangan donk cwyynn...
Kan ekke juga mawar asik dikit.... jadi kapan dong yeiy buat film tentang kisah kehidupan percintaan LGBT maaassss.... capcuss ahhh cwwyynn, biar asik geto lhow bok....
Cepetannn ya cwwyynn bikin pelemnya... kalo perlu ada adegan2 seruk-seruknya getoo cwyin, cium-cium, em-el, antara sesama jeniss...ighh seruukk....
Jangan pelem agama muluk. Basik! Gak asik...
Pelem agama dikritik mulu... bagusan bikin pelem percintaan LGBT, gak pusing cwyyyiinn!!!

Kita tunggu yaaa cwwyynn pelemnya.... salam buat mbak Zaskia ya masss... Muacchh...

Eh, mumpung ingat, kemaren itu kan Jaringan Islam Liberal ngundang tokoh penting LGBT/lesbian activist Rishad Manji tu mas, mungkin dia bisa sekalian dijadikan Cameo gitu mas, dipilemnya nanti. Biar ada suasana internasionalnya gitu. Biar laku dijual di luar Indonesia. Biar agak intelek gitu. Tidak seperti pelem2 keluaran banyak sineas kampung itu yang agak-agak norak gitu mas. Boleh dipikirkan tu mas.

Yaudah, kita tunggu pelem percintaan LGBT nya ya mas... sepertinya sih mas Hanung ingin ngikuti jalurnya hollywood seperti yg saya ceritakan diatas, masuk keagama dulu, baru deh buka topeng yang sebenarnya.... Iyakan mas? Top deh pokonya mas. Bravo...!!!

No comments:

Post a Comment