whose side are you on

whose side are you on

Sunday, February 12, 2012

*Catatan tambahan

Mau numpang nambahin ya mbakyu...
Beberapa waktu lalu gw ketemu sama seorang teman gw, putra pengusaha besar bangsa ini. Sebuah keluarga terpandang yang masuk dalam kategori manusia terkaya negeri ini.
Kita ngobrol soal trend ekonomi Indonesia, kira-kira kedepan seperti apa. Melihat situasi politik yang terus memanas eskalasinya.
Dengan agak sedikit "cuek" dia bilang gini,
"Kita pengusaha yang penting bertahan hiduplah bro. Gw sudah melihat Presiden datang dan pergi, tapi kita masih tetap disini kan?".

Kedengarannya memang agak "jumawa" dan "egepe" soal kepresidenan.
Penangkapan orang bisa berbeda-beda menanggapi ucapannya itu.
Bisa kedengaran merendahkan, seolah2 Presiden itu bukan apa2. Menjadi orang kaya, tetap akan kaya. Presiden cuma 5 tahun, setelah itu dia cuma jadi "bekas Presiden". Sementara Gw tetap konglomerat.
Tapi bisa juga terdengar putus asa, halah lu Presiden emang bisa membantu gw apa sih soal bisnis gw?
Bisa juga terdengar bijaksana. Bersabarlah, Presiden bodoh akan pergi, Indonesia akan tetap disini.

Buat gw, pengertian paling akhir lah yang gw terima. Pemimpin bodoh memang akan berlalu bagai angin.

Ada begitu banyak type pemimpin. Dengan karakter yang berbeda-beda.

Type otoriter macam Suharto dan Soekarno. Yang membuat keputusan dengan tangan besi. Pemimpin yang memanfaatkan segala resources untuk keputusannya.
Type pemimpin santun dan terbuka, semacam Habibie, yang menjabarkan semua rencana dengan perhitungan logis.
Type Entrepreneur macam Gus Dur dan JK. Yang bikin keputusan lebih dulu, urusan belakangan. Type yang tak takut dicap mbalelo. Dan laen-laen type pemimpin.

Seorang pengusaha sehebat apapun, memang bisa membawa sedikit perubahan. Namun dibandingkan dengan seorang pemimpin sebuah bangsa sebesar Indonesia, Pengusaha sebesar apapun bukan lah apa-apa. Sesinis apapun pengusaha-pengusaha itu menanggapi kursi kepresidenan, sejelek apapun Presiden nya, tetap Presiden mampu melakukan sejuta kali perubahan dibanding 1000 pengusaha besar manapun.

Seperti Gus Dur, se"embalelo" apapun dia sebagai pemimpin, hanya seorang Gus Dur sebagai Presiden yang dapat membubarkan 2 kementerian dalam semalam. Hanya seorang Presiden yang dapat menetapkan Imlek sebagai Hari Raya kebesaran negara.
Hanya seorang Presiden yang dapat memutuskan menjadikan Tim-Tim sebagai bagian Indonesia, dan memutuskan juga untuk melepasnya dari Indonesia.
Hanya seorang Presiden yang bisa mewarnai sejarah bangsa Indonesia sehebat itu. Bukan kami-kami pengusaha, sebesar apapun usaha kami.

Jika dibandingkan antara keduanya, Gus Dur dan SBY, bagaikan dua pemimpin di dua ujung polar yang berbeda.
Yang satu terkesan membuat keputusan dengan "grasa-grusu", tanpa perhitungan. Membuat banyak kebijakan kontrofersial. Mengeluarkan opini yang mungkin terasa "tak pantas" dikeluarkan oleh lembaga Kepresidenan.
Sementara yang satu terkesan "sangat penuh perhitungan", sangat hati-hati, dan jarang mengeluarkan opini kontrofersial. Sehingga terkesan menjadi pemimpin yang sangat ragu-ragu dan sedang kebingungan.

Jadi menurut kamu type mana yang paling baik? Buat gw, keduanya sama jeleknya.
Tapi kalau mau dibahas lebih jauh, sebagai seorang pimpinan, seharusnya memang berani mengambil resiko. Seburuk apapun itu, sepahit apapun hasil akhirnya. Sebab tanpa itu, kamu tak akan pernah belajar membuat keputusan yang benar.
Lebih baik menjadi pemimpin yang melakukan sesuatu, meskipun salah. Karena orang akan dapat belajar dari kesalahan itu.
Daripada menjadi pemimpin, tapi tak pernah melakukan apa-apa. Tak pernah memutuskan apa-apa.
Karena bangsa ini akan tetap berjalan, meskipun tanpa pemimpin seperti itu.

Memang seperti kata teman pengusaha gw itu, pemimpin bodoh memang akan berlalu seperti angin, Indonesia akan tetap disini.

No comments:

Post a Comment