whose side are you on

whose side are you on

Sunday, February 19, 2012

Books Of Genesis (The third chapter) == The Legacy........

Gw terusin uneg-uneg gw ya frente-frente...

Dulu, jaman gw kuliah tingkat sophomore, jaman gw masih bego dan tolol, gw punya teman dekat seorang atheist. Cucu seorang pejabat sangat terkenal di Jaman Soekarno. Keluarga Kakeknya melarikan diri ke luar negeri, sesaat sesudah kejatuhan Soekarno dan menjadi warga negara Perancis. Ketika itu terjadi, ibunya masih sangat kecil. Ibunya kemudian menikah dengan seorang pria Perancis. Jadi dia lahir dan besar di sana. Sudah benar-benar menjadi layaknya seorang Perancis. boleh dibilang dia sudah tak punya ikatan apa-apa lagi dengan Indonesia. Kecuali beberapa family jauh almarhum kakeknya yg masih tinggal di Indonesia.

Orangnya sangat cerdas, sangat tampan, dan sangat percaya diri. Sedari lahir dia memang sudah dididik secara atheist. Jadi dia sama sekali tidak percaya agama dan Tuhan. Kita pertama kali ketemu sewaktu gw kuliah di London, kita mengambil bidang yang sama, dan menjadi akrab karena ternyata dia menaruh sangat banyak perhatian mengenai negara asal ibu dan kakeknya. Kebetulan, adik perempuan gw juga kuliah di Paris, jadi gw sering ke Paris, disuruh nyak dan babeh melihat-lihat adik gw. Sekalian mengawasi sehh, khawatir adik gw bertingkah yg aneh-aneh... kwkekwkkekwke...
Jadi dia sering nemanin gw ke Paris, sekalian dia pulang ke rumah orang tuanya. Naik mobil berdua, dan gantian menyetir. Jadi kita bertambah akrab saja. Gw jadi kenal semua keluarganya, dan menjadi tau semua sejarah keluarganya.

Dia tau kalo gw sedang berada dalam situasi "setengah-setengah". Antara percaya dan tidak dengan agama. Kita sering sekali berdiskusi. Dan setiap kali kita berdebat, dia seakan-akan punya semua alasan logis, untuk tidak percaya eksistensi Tuhan. Dan semua jawabannya sangat bisa diterima akal. Dia kasih gw banyak-banyak buku reference soal atheisme. Dan dari dia jugalah gw berkenalan dengan "Omnipotence Paradox". Paradox kekuasaan Tuhan. Pertanyaan Aristoteles, "Bisa kah Tuhan menciptakan benda yang tidak bisa diangkatNYA?"

Gw yang masih bego, jadi tambah bego donk kan bro? Gak bisa menjawab pertanyaan itu. Jadi mulai deh gw ikut-ikutan paham atheist. Mulai percaya kalo Tuhan itu tidak ada. Wuuiihh,,, Jadi merasa "bebas" donk kan gw. Merasa sudah bisa memutuskan. Tak perlu bingung lagi. Merasa jadi hebat. Kuliah di London, ganteng, cerdas, keluarga kaya-raya, Flat di Holland Park, kemana-mana naik Lamborghini, perlu cewe tinggal jentikkan jari,...sudah jelas Tuhan itu tak ada.... Gw bisa melakukan apapun, asal tidak melanggar undang-undang. Iya gak prend?

Balik ke Indonesia, kemana-mana setiap ada perbincangan soal agama, keluar lah rumus jitu gw. Omnipotence Paradox itu. Bisa tidak Tuhan menciptakan benda yang tdk bisa diangkatNYA?
Sama nyokap/bokap gw juga tanyakan pertanyaan yg sama. Senang sekali gw rasanya melihat mereka menjadi marah dan tidak bisa menjawab.
Paling senang gw sengaja mengerjai ustadz-ustadz di mesjid-mesjid kecil, yang gw tau dari kecil Ustadznya tak pernah tau soal philosophi agama dan Ketuhanan, apalagi ilmu eksakta, kecuali belajar buku kuning pesantren tulisan kyai-kyai jaman baheula. Wuiihh, gw merasa hebat sekali. Puas sekali gw rasanya melihat muka mereka menjadi merah menahan marah karena tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan gw, salah satunya, Omnipotence Paradox itu, kecuali dengan wejangan agama berputar-putar yang tambah gak jelas.

Tapi... tetap saja gw merasa ada bagian dalam diri gw yang kosong. Hampa. Crying for help.

Kemudian setelah gw bekerja, gw berkenalan dengan seorang pengusaha Hongkong yang menjadi rekanan bisnis gw. Sama juga, orangnya sangat cerdas. Dan punya sangat banyak kenalan kalangan atas di Indonesia. Kita menjadi akrab karena punya urusan bisnis yang cukup besar. Kita juga sering berbincang mengenai agama. Dan dia juga merasakan kekosongan yang sama yang gw rasakan. Dan dia bilang, kekosongan itu hanya dapat diisi oleh yang memiliki kita. Tuhan. Dia percaya akan Tuhan, tapi dia tidak percaya akan semua "kebohongan" agama. Mungkin karena latar belakang keluarganya juga yang memang masih beragama. Namun agama yg sulit diterima akal sehat. Jadi dia cuma mengambil philosophinya, tapi tidak mau percaya kepada ritual keagamaannya. Agnostic istilah kerennya. Percaya Tuhan itu ada, tapi tidak percaya kebenaran Agama.
Tapi tetap gw belum teryakinkan, bahwa Tuhan itu benar ada, karena dia juga tidak bisa menjawab Omnipotence Paradox itu. Walaupun dengan buku-buka filsafat agama yang diberikannya, gw mulai sedikit tergugah untuk percaya Tuhan itu ada.

Dan, kekosongan itu tetap melompong. Ada goa yang dalam dan hampa dalam diri gw. Still crying for help.

Sampai ketika Eyang papa meninggal. Gw kembali bertanya. Seorang yang dalam masa hidupnya sangat kaya raya. Sangat berpengaruh dan berkuasa. Terbujur kaku di tengah ruangan rumahnya yang sangat besar. Tak bisa ngapa-ngapain. Hilang semua kharisma semasa hidupnya.
Lantas apa gunanya kita hidup? Apa gunanya gw hidup? Bekerja banting tulang setengah mati. Ngumpulin harta banyak-banyak. meniduri sejuta wanita, menikah, punya anak, lalu mati. So what? Setelah itu apa? Masak gw hidup cuma untuk itu? There must be a greater good.

Gw punya beberapa sahabat yg sangat dekat. yang sudah berteman sejak masih SD. Yang sudah seperti saudara. Tapi dalam lingkungan sahabat gw ini, kita tak pernah mendiskusikan masalah agama. Dan karena kita juga berasal dari berbagai latar belakang agama, kita menjadi agak sungkan mendiskusikannya. Dan merasa agama itu adalah urusan pribadi. Beberapa tahun setelah gw kembali ke Indonesia, salah seorang dari antara sahabat gw ini mengenalkan kita kepada seorang kenalan barunya. Juga seorang pengusaha muda. Dan kita kemudian tahu mereka berkenalan disalah satu majelis taklim. Terus terang kita semua kaget kalo sahabat kita ini ikutan majelis taklim.
Loe tau dong yang namanya rombongan bajingan. Mana mungkin ikutan pengajian???
Disitulah kita semua baru tau, semua sahabat gw ternyata juga mengalami problem yang sama. Gelisah dan kosong. Kegelisahan yang tak dapat dijembatani oleh seribu kekasih, degub kencang gemerlap dunia, dan sejuta botol hedonisme. Dan sahabat gw itu mulai "coba-coba" mendalami agama. Mencari pengisi kekosongan itu.

Dari kenalan sahabat gw itulah gw mulai diperkenalkan pada istilah, "Back to zero". Kembali ke nol.
Untuk orang-orang seperti gw ini, memang tak cukup sekedar indoktrinasi agama. Jika ingin jawaban yang benar, loe harus berusaha mencari. Tidak bisa menunggu.
Dan ketika gw tanyakan Omnipotence Paradox itu kepadanya. Dengan sangat mudah dia menjawabnya dengan rumusan matematis yang bisa diterima akal gw. Dia memang berlatar belakang engineering. Jadi gak heran ilmu matematikanya lebih dalam daripada gw yang otaknya cuma diisi bisnis dan ekonomi molo...kwkwkwkwkkwkwkw...
Penjelasan seperti itulah yg gw cari. Penjelasan yg masuk akal. Bukan sejuta indoktrinasi dan kisah dongeng antah berantah.

Dan gw mulai pengembaraan bathin gw. Back to zero. Hilangkan semua prejudice tentang agama. Hanya satu niat, mencari kebenaran.
Bagaimana kamu tau Islam itu salah kalau kamu tak pernah membaca Alquran?
Bagaimana kamu tau Kristen itu salah kalau isi Bible pun kamu tak tau? Cuma konon kabarnya, dan dengar dari orang.
Bagaimana kamu bisa bilang ajaran Budha itu salah, kalau apa itu Sutra dan Tantra aja kamu tak tau.
Bagaimana kamu bisa katakan Hindu itu salah, kalau Veda, Hinayana dan Mahayana aja km gak ngerti?

Tuhan tak pernah membutuhkan kita. Kita lah justru yang membutuhkanNYA. Hidup kita menjadi berarti karena Dia. Tanpa dia, kamu cuma seekor kera berdasi, yang mengendarai mobil mahal, tinggal di rumah mewah, punya harta berlimpah, punya seorang istri kera yang pintar dandan dan bersolek, dan anak-anak kera yang manja-manja. Setelah mati, loe akan dikubur, dan hilang dari semesta selamanya.
Sementara otak dan akal gw sangat menentang itu. Akal gw selalu berteriak.."Ada tujuan hidup gw disini". Tidak cuma sekedar lahir, sekolah, bekerja, nikah, dan mati.

Jadi pasti ada tujuan yg lebih besar lagi, dari sekedar menjadi kaya dan hidup di dunia. Akal gw tidak bisa menerima, kalau mahluk "sesempurna dan sehebat" manusia, cuma hidup sambil lalu di dunia ini. Tanpa tujuan yang lebih baik dari sekedar menjadi kaya raya dan pesta pora. Akal gw tidak bisa menerimanya. Dan gw menginginkan jawaban. Dan mungkin, sekali lagi mungkin, jawabannya ada pada sesuatu yang dinamakan Tuhan itu. Apa pun kamu sebut namanya, Brahma, Nirvana, Tuhan, Langit, The X factor, Kuda, Allah, apa pun namanya.... pasti ada sesuatu yang lebih mulia dari sekedar hidup. Hanya itu jawaban yang logis yg dapat gw terima, dari sekedar menjalani hidup dan kemudian mati. Jadi pasti "sesuatu" itu ada. Gw harus mencari jawabannya. Dan tak mungkin gw bertanya pada rumput yang bergoyang, seperti lagu Ebiet G Ade, kwkeekwkekwkekwek.....

Dan kalau "sesuatu" itu memang ada, dia pasti lebih mulia dari semesta, kalau memang kesana tujuan kita. Sebab dari ilmu pengetahuan, dari teori fisika yg gw pelajari di bangku sekolah, semesta ini pun ada masa keruntuhannya. Kalau semesta ini pun akan runtuh, artinya sama saja kita tak punya tujuan hidup di bumi ini. karena segala usaha kita akan tetap menjadi sia-sia. Jadi "sesuatu" itu harus tanpa akhir. Itu lah jawaban yang paling masuk akal.

Kematian Eyang Papa, dan perkenalan gw kepada teman baru itu, sungguh menjadi titik balik fokus hidup gw. Dan sekarang kalo gw melihat balik ke masa lalu gw, tidak dapat tidak, gw harus percaya takdir. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya seperti sudah ada yang mengatur. Dan gw sangat bersukur, gw masih diberi hidayah. Tapi memang semua memang harus dengan niat, usaha, dan kemauan.

Dan karena "Sesuatu" itu memiliki segala sifat tak berbatas, pastilah DIA sangat cerdas. Dan bila DIA sangat cerdas, pasti dia membuat "peta petunjuk" untuk menemukan eksistensinya. Tidak mungkin DIA yang tak terbatas itu menyia-nyiakan ciptaanNya. Sama seperti gw yang tidak mungkin menyia-nyiakan anak gw dan usaha gw. Jadi gw harus mencari "peta petunjuk" jawaban itu. Tapi dari sekian banyak "peta petunjuk" itu, mana satu yang benar? Tidak mungkin semuanya benar, sebab satu dan lainnya sangat berbeda. SANGAT BERBEDA. Dasarnya boleh sama, tapi pintu keluarnya sungguh berbeda. Tidak mungkin toh angka 9 itu sama dengan angka 2?? Sama-sama angka, tapi besarannya sudah beda toh? Jadi satu-satunya cara menemukan kebenaran itu adalah mempelajari semuanya. Tidak ada cara lain.

Jadi kepercayaan Agnostic itu sama saja satu kebohongan. Loe percaya adanya Tuhan, tapi Loe tidak percaya dia membuat peta petunjuk untuk menjelaskan eksistensiNya. Artinya Tuhan semacam itu adalah Tuhan yang bodoh. Lhaa... gimana tidak? Tuhan loe itu bukan materi, tidak bisa diraba dan diendus, tidak bisa dipegang, tidak bisa dilihat, lha terus gimana caranya loe menemukanNya, berkomunikasi denganNya?
Gampang... pakai hati. Lha hati loe itu ukurannya segimana? Apa standardnya? Setiap orang punya hati yang beda-beda, jadi bagaimana mengukurnya bahwa loe akan melakukan hal yang sama dengan seorang Agnostic yang lain?
Gampang, ikutin undang-undang, sepanjang kita tidak melanggar undang-undang, hidup loe akan baik-baik saja. Dan gw terbahak-bahak mendengarnya. Di Indonesia? Undang-undang? Kwakwakwkkakwka..... Di Arab Saudi sana, Raja adalah Undang-undang. Jadi Tuhan loe Raja Saudi Arabia dong.
Dasar manusia bodoh, pemalas dan ogah usaha..... Dan gw benci dengan orang pemalas.



*********



Tuhan itu adalah sesuatu yang Maha Tak Terbatas. Maha segalanya. Namun mengenai ketak-terbatasan itu, sering kali orang salah kaprah dalam memahaminya. Sehingga timbullah pertanyaan-pertanyaan semacam Omnipotent Paradox itu yang digunakan orang untuk mempengaruhi keimanan seseorang. Penjelasan matematis mengenai kesalahan Omnipotent Paradox itu tidak akan gw jelaskan disini. Sebab otak gw agak-agak lemot kalo berbicara matematika...kwkwkwkwkwkw.... Ngaku aja gw terus terang. Mungkin sahabat gw yang jago matematika itu sebaiknya yang menjelaskan. Mungkin dilain waktu kali ya bro... Ntar kalo gw yg jelasin bisa runyam penjelasan gw, malah tambah pabeulieut...

Intinya adalah, Tuhan itu memang Maha tak terbatas, namun dalam segala ketak-terbatasaNya, DIA HARUS tak memungkiri segala sifat dan hukum-hukumNYA.
Tuhan itu Maha Bisa, jadi bisa dong dia berbohong. Itu lah kesalah kaprahan yang paling jelas. Tuhan tidak mungkin untuk berbohong, sebab jika dia berbohong itu berarti dia memungkiri sifatNya sendiri Yang Maha Benar.
Tuhan itu Maha Kuasa, jadi Dia berkuasa dong untuk berkhianat. Tuhan tidak mungkin berkhianat, sebab jika begitu dia berarti memungkiri sifatnya sebagai Yang Maha Menepati Janji.

Tuhan tidak mungkin memungkiri bahwa 5 + 5 itu adalah 10, dalam ukuran dimensi dua dan desimal sepuluh. Tuhan tidak mungkin memungkiri itu. Karena itu adalah hukumNYA. Itu adalah ilmuNya. Tuhan tidak mungkin memungkiri bahwa konstanta universal Phi (π), konstanta universil yg digunakan untuk menghitung luas lingkaran, adalah 3.142857...(sekian sekian)....
Sebab itu adalah hukumNya. Itu adalah bagian dari ilmuNya.

Sebab jika Tuhan memungkiri sendiri Sifat-sifat dan Hukum-hukumNya, itu artinya keruntuhan sifat2 KetuhananNya. Akan terjadi chaos dan kekacauan. Sebab persamaan matematis alam semesta akan jungkir balik. Sementara matematika alam raya adalah Ilmu ciptaanNya.

Gw coba jelaskan dengan persamaan matematis sederhana ya bro, kalo salah Loe coba tolongin gw. Maklum bukan orang teknik. Kwkakwkakkwkakaakk....

Dalam matematika, Jika A = B = C, maka A pasti dan harus = C.

Jika A = Maha Bisa, B = Bisa berbohong, dan C = Maha Benar, maka B sudah ≠ C, jadi persamaan itu sudah salah. Jadi pernyataan itu salah... Gitu kira-kira...

((kekekekkeke, sampe keringetan otak gw menjelaskannya.... Pokoknya nanti kalo sdh ada waktu gantian Loe yang menjelaskan ini ya bro, biar semua jago-jago matematika jadi teman kita...kakakakakakakaka...))

Sekali lagi intinya adalah, memahami konteks ketak-terbatasan Tuhan itu dalam konteks ketak-terbatasan itu sendiri. Harus confirm dalam sifat-sifat dan hukum Allah. Sebab jika tidak, kekacauan lah yang akan terjadi. Sebab semua perhitungan yang kita kenal akan menjadi serba salah.

Satu lagi kesalah pahaman yang kerap terjadi adalah tentang sifat Maha Pencipta Allah. Mengenai kuasa Allah untuk mencipta ini, tak ada kata-kata yang paling pas dan gamblang untuk menjelaskannya kecuali "Kun Fayakun". Aku berkata jadi, maka jadilah. "Kun Fayakun" itu adalah ucapan Allah sendiri. Dan diucapkan sebanyak 6 (enam) kali di dalam Alquran.
Banyak ummat islam menyalahi pemahaman tentang Kun Fayakun ini. Seakan-akan Kun Fayakun sama seperti "bim sala bim" dalam ilmu sihir. Seakan-akan Kun Fayakun itu, sebuah mantra ajaib seorang Harry Potter yang tinggal diucapkan, dan mencipta sesuatu.

Itu pemahaman yang sangat bodoh. Allah itu mencipta dengan ilmu. Bukan dengan sihir. Jadi berhentilah berfikir bahwa Kun Fayakun itu semacam mantra ajaib yang dimiliki Allah.
Kita belajar ilmu, apa pun ilmu itu, semua itu adalah ilmu Allah. Semua itu adalah hukum-hukumNya. Hanya saja ilmu Allah tak terukur keluasan dan kedalamannya. Yang kita katakan keajaiban dan mukzizat Allah itu adalah, ilmu yang belum kita ketahui. Ilmu Allah yang belum kita pelajari. Dan kita pasti tak akan pernah bisa mengetahui semua ilmu itu. Tak akan pernah bisa.

Adam/Hawa saja, yang memiliki akses langsung kepada ilmu-ilmu Allah itu, hanya dapat belajar seujung kuku jika dibandingkan dengan seluruh ilmu Allah. Apalagi kita manusia yang terbatas dimensi ruang dan waktu? Yang tak pernah mendapatkan bimbingan langsung dari Allah mengenai ilmu-ilmunya? Namun ilmu Adam/Hawa yang seujung kuku itu sudah bisa menjerumuskan mereka ke dalam dosa. Karena merasa sudah begitu cerdas dan mampu menyamai ilmu Allah.

DAN SATU KESALAHAN PALING FATAL, yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beragama adalah: MENGKERDILKAN KEJADIAN ADAM/HAWA KEDALAM UKURAN MANUSIA DAN BUMI.
Sama seperti kesalahan pemahaman pak Ustadz yang menjadi pembicara di pengajian teman gw itu. Yang dengan yakin berkata, Nabi Muhammad sudah diciptakan oleh Allah, dalam bentuk cahaya, sebelum Adam diciptakan. Nabi Muhammad adalah Mahluk paling mulia ciptaan Allah di Alam semesta. Di Alam semesta, bukan hanya di bumi. The next best thing after God. Dengan kata lain, jika Allah nomer satu maka Nabi Muhammad menjadi nomer 2. Begitu kira-kira. Betapa konyolnya.

Pemahaman Nabi Muhammad sebagai the next best thing after God, rasa-rasanya hampir mendekati pemahaman Isa itu adalah Putra Allah. Coba siapa yang terbaik sesudah Allah? Ya anakNya lah, siapa lagi hayo? Kalo bapaknya Raja, siapa coba putra mahkotanya? Ya anaknya lah. Iya kan? Kalau dalam Islam Fiqih tentang keesaan Allah tidak dengan sangat gamblang dan terang dinukilkan di Alquran, bisa bisa Muhammad juga sudah dikatakan anak Allah. Hanya saja dalam Islam, kemungkinan Nabi Muhammad menjadi anak Allah sudah tertutup dengan sempurna. Alquran sudah jelas-jelas mengatakan Allah tidak mungkin punya Anak. Jadi cara satu-satunya untuk "menaikkan derajat Kenabian" yang Mulia Rasul adalah, dengan menciptakan dongeng bahwa Nur (cahaya) Muhammad itu sudah ada sebelum Adam.
Hal itu kemungkinan terjadi disebabkan dulu dijaman kehidupan Nabi, bahkan hingga sekarang, pertikaian antara ummat Jahudi, Nasrani, dan Islam, kerap terjadi, memperdebatkan Nabi siapa yang paling hebat. Siapa yang lebih hebat antara Musa, Isa, dan Muhammad. Dengan begitu banyaknya kisah-kisah mukzizat Musa dan Isa yang diceritakan dalam Alquran, kemungkinan besar ummat Islam sering merasa "terpojok". Sementara "mukzizat" Yang Mulia Rasul Muhammad, "tidak begitu banyak dan menonjol". Jadi kemungkinan para pentolan agama kala itu takut kalau ummat Islam akan merasa kehilangan Pamor dan jadi ikut-ikutan meremehkan kenabian Yang Mulia Rasul. Jadi diciptakanlah dongeng mengenai penciptaan Nur (cahaya) Muhammad yang sudah ada sebelum Adam dilahirkan.

Banyak sekali dongeng-dongeng berdasar kan hadist yg dikatakan shahih (tapi menurut kita palsu semua), mengenai penciptaan Nur Muhammad ini. Bahwa Muhammad diciptakan jauh sebelum Adam. Suatu hal yang sangat terasa janggal dan sangat dipaksakan. Hal semacam ini lah yang justru menjadikan Kebesaran Allah, menjadi sangat kerdil.

Sekali lagi, dongeng semacam itu bisa terjadi, karena kesalahan fatal kita, yang coba mengkerdilkan KEBESARAN Allah, dan memahami kejadian Adam/hawa hanya dalam ukuran dan posisi bumi serta manusia. Bukan dalam posisi Adam dan alam semesta.

ALLAH ITU MAHA DAHSYAT. SEKALI LAGI GW ULANGI PAK KYAI/PAK USTADZ, ALLAH ITU MAHA DAHSYAT. Itu adalah sifat dan hukum Allah sendiri. Bahwa dia MAHA DAHSYAT. Untuk memahami kedahsyatan Allah itu cobalah cermati ayat-ayat Alquran. Resapi dengan hati, jangan hanya dibaca apa yang tersurat. Tapi resapi dengan hati. Dan coba mengerti makna dibalik ayat-ayat itu. Dan cobalah baca tanda-tanda KEDAHSYATAN ALLAH itu disekeliling. Buka mata dan hati.

Untuk menggambarkan KEDAHSYATAN ALLAH itu, mari kita lihat contoh sangat sederhana ini.
Apa-apa yang disentuh LANGSUNG, atau diciptakan LANGSUNG oleh Allah. Pasti akan menjadi KEDAHSYATAN YANG TAK TERPERI.
Lihat contohnya, Malaikat. Contoh paling niscaya mungkin Jibril. Anda sebagai ummat beragama pasti sudah banyak mengetahui kedahsyatan malaikat satu ini. Malaikat yang dikatakan bila mengembangkan "sayapnya", maka "sayapnya" bisa menutupi seluruh matahari.
Contoh lain adalah Iblis. Sejahat apa pun mahluk satu ini, tetap kamu sebagai ummat beragama harus mengakui kedahsyatannya sebagai makhluk yang LANGSUNG dicipta oleh Allah.
Dan mungkin contoh yang paling sempurna, tentang bagaimana dahsyatnya mahluk yang mendapatkan SENTUHAN LANGSUNG sang Maha Pencipta adalah Alam Semesta. Cobalah pelajari kebesaran Alam Semesta. Betapa kerdilnya manusia.
Alam semesta adalah mahluk yang LANGSUNG mendapatkan sentuhan Allah.

Agar semakin jelas perbedaannya, gw berikan beberapa contoh lain. Baca tentang kedahsyatan Surga dan Neraka di dalam kitan-kitab suci. Inilah dua lagi mahluk yang mendapatkan SENTUHAN LANGSUNG sang Maha KUasa. Bayangkanlah kedahsyatan kedua mahluk ini.
Kemudian satu lagi, struktur dasar materi. Kalau kamu seorang Ahli fisika yang mendalami teori gelombang, teori quantum, atau teori partikel, lihat betapa dahsyatnya struktur dasar materi itu. Bagaimana elektron, neutron, proton yang sangat halus itu sanggup membangun semesta. Bagaimana dahsyatnya enerji yang dihasilkan oleh partikel-partikel super mikro itu bila dipisahkan. Sanggup membumi hangusnkan kota sebesar Hiroshima dan Nagasaki.
Satu lagi ciptaan LANGSUNG Allah yang tak kalah dahsyatnya adalah Ruh manusia. Ruh yang tetap kekal dan tak terpengaruh oleh waktu.

Itulah contoh-contoh mahluk yang mendapatkan SENTUHAN LANGSUNG sang Maha Pencipta. Jadi semua mahluk yang DICIPTAKAN LANGSUNG Allah, HARUS memiliki KEDAHSYATAN YANG SAMA. Atau setidak-tidaknya mendekati Kedahsyatan itu. Jadi bagaimana dengan Adam/Hawa yang LANGSUNG diciptakan dengan "tangan" Allah? Kedua mahluk yg menjadi nenek moyang mahluk berakal itu pun HARUS MEMILIKI KUALITAS KEDAHSYATAN YANG SAMA, atau setidak-tidaknya hampir sama dengan Malaikat, Iblis, struktur dasar materi, dan alam semesta, sebab jika tidak, artinya Allah sudah memungkiri sifat Maha DahsyatNya sendiri. Memungkiri persamaan matematis alam semesta yang gw jelaskan di atas.

Jadi sekali lagi, berhentilah berpikiran tolol, bahwa Adam itu sama seperti manusia yang ada di bumi sekarang. Memiliki muka, otak, tangan, telinga, kaki, yang dicipta dari patung tanah, yang diambil malaikat Izra'il dari bumi, seperti dongeng penciptaan alam semesta yang di atas. Berhentilah merendahkan KEDAHSYATAN Allah. Berhentilah menghina KEBESARAN Allah.

Allah itu memang sumber ilmu. Dan dia MAHA DAHSYAT. Tentu dia menyadari kedahsytanNYA itu. Jadi dia TIDAK MUNGKIN menyentuh LANGSUNG segala sesuatu. Ingat lagi persamaan matematis alam semesta yang di atas. Allah harus "confirm" dengan segala sifat dan hukum-hukumNYA sendiri. Sebab segala sesuatu yang disentuhNYA langsung pasti akan berubah menjadi Keajaiban tak terperi. Karena itu dia membutuhkan MEDIUM perantara, untuk menjalankan missiNYA, untuk "menahan" KEDAHSYATANNYA. Malaikat, Iblis, Adam/Hawa, struktur dasar materi, dan Alam semesta lah "MEDIUM" perantara itu. Yang merupakan ciptaan-ciptaan LANGSUNG maha dahsyat dari Allah.

Dalam Islam dikenal istilah "Arsy" dan "Kursi". Dua hal metafisika yang menggambarkan "KEDUDUKAN MAHA TINGGI" Allah di Syurga. Sekarang cobalah baca Alquran, Surat: 7 (Al-A’raf) ayat: 143. Ketika Musa ingin melihat "wujud" Allah.

"Dan ketika Nabi Musa datang pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Musa berkata: Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah (diri Mu) kepadaku supaya aku dapat melihatMu.
Allah berfirman: "Engkau sekali-kali tidak akan sanggup melihatKu, tetapi pandanglah gunung itu, maka kalau dia tetap berada di tempatnya, niscaya engkau akan dapat melihatKu.".
Setelah Tuhannya "muncul" (memperlihatkan kebesaranNya) kepada gunung itu, maka KebesaranNYA menjadikan gunung itu hancur lebur dan Musa pun pingsan. Setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan akulah orang yang pertama-tama beriman."

Tuhan tidak mungkin mengingkari KEDAHSYATANNYA. Dia tidak mungkin "muncul" dimana-manapun di alam semesta, sebab begitu dia muncul dan BERSENTUHAN LANGSUNG dengan semesta dan materi, semesta dan materi itu HARUS tunduk kepada hukumNYA. Materi dan semesta itu HARUS berubah menjadi "Arsy" dan "Kursi" NYA. Karena Allah itu Maha Tak Terbatas. Seluas apa pun alam semesta, tetap ada batasnya. Sebab semesta itu mahkluk. Bagaimana mungkin sesuatu yang terbatas dapat "menampung" sesuatu yang Tak Terbatas.
Jadi untuk menyampaikan missiNya ke alam semesta, Allah memerlukan "medium" (perantara). Malaikatlah yang menjadi "medium" itu.

Sekarang coba baca kembali Alquran Suci, Surat:2 (Al-Baqarah) ayat:260. Ketika Ibrahim ingin diyakinkan tentang hari berbangkit.

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan orang yang mati. Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku lebih teguh (dengan imanku)."

Allah SWT berfirman: "(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung lalu cincanglah mereka semuanya. Lalu letakkanlah di atas tiap-tiap bukit bagian- bagian dari burung itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Salah satu missi Allah adalah mengembangkan "kehidupan" di alam semesta. SEKALI LAGI ALAM SEMESTA. BUKAN HANYA PLANET KERDIL BERNAMA BUMI INI. Tetapi seperti hukum KEMAHA-DAHSYATANNYA di atas, Allah membutuhkan "medium" untuk itu. Sebab jika Tuhan "turun" LANGSUNG" menyebarkan benih-benih kehidupan di semesta, sentuhan LANGSUNGNYA akan menjadikan kehidupan di alam semesta ini menjadi layaknya di Syurga. Burung-burung tak akan pernah bisa mati. Lihat contoh empat burung dalam kisah di atas, yang mendapatkan sentuhan LANGSUNG Allah. Ikan-ikan tak akan pernah bisa digoreng karena menjadi mahluk abadi seperti roh manusia. Tumbuh-tumbuhan akan tetap berdiri tegak meski dibuldozer dengan mesin tercanggih sekalipun. Artinya, manusia tidak akan pernah dapat menjadi "wakil" Allah di muka bumi. Karena semua kehidupan di alam semesta berubah menjadi keajaiban.
Untuk itulah Allah menciptakan Adam/Hawa, untuk menjadi medium perantaraNYA menyebarkan kehidupan di alam semesta. DI ALAM SEMESTA, BUKAN HANYA DI BUMI PLANET KERDIL YANG TAK BERARTI INI.

JADI SEKALI LAGI, BERHENTILAH BERPIKIRAN TOLOL BAHWA MALAIKAT DAN IBLIS ITU DISURUH BERSUJUD DI HADAPAN ADAM, JIKA ADAM HANYA MAKHLUK "BIASA-BIASA" SAJA, BERWUJUD SEPERTI MANUSIA BUMI DAN YANG HANYA DAPAT MENGHAPAL NAMA-NAMA BENDA. BERHENTILAH MENGKERDILKAN KEBESARAN ALLAH.

Manusia di bumi, sedemikian sombongnya merasa menjadi pusat alam semesta. Menjadi tujuan akhir missi Allah yang MAHA DAHSYAT. sedemikian sombongnya sampai mengatakan Putra Allah terlahir di bumi. Mahluk PALING MULIA di alam semesta (Muhammad) ada di bumi. The next best thing after God, is here on Earth. Betapa sombongnya. Dan betapa tololnya. Kesombongan memang biasanya membuahkan ketololan. Dan ketololan kitalah yang menjadikan Allah sedemikian kerdil. Menjadikan Allah HANYA mengurusi 5 milyard keturunan Adam di bumi.
Allah yang SEDEMIKAN DAHSYATNYA, ada dan eksis HANYA untuk mengurusi 5 milyard manusia-manusia bodoh. Jumlah bintang di galaksi Bima Sakti saja, sudah melebihi 5 Milyard. Apalagi jumlah planetnya. Apalagi dihitung seluruh alam semesta. BETAPA DAHSYATNYA Allah. Dan begitu bodohnya manusia, mengkerdilkan KEBESARAN Allah, sehingga Putra Allah, dan Mahluk paling mulia di alam semesta, HARUS terlahir di bumi.

Gw dan semua teman-teman gw, memahami Nur (Cahaya) yang dimaksudkan dalam banyak Hadist-hadist itu, Cahaya yang sudah ada jauh sebelum Adam diciptakan, adalah Cahaya Islam. Nur Islam. Bukan Cahaya Muhammad secara pribadi. Sebab Islam itu adalah Ilmu Allah. Cahaya Allah. Jadi memang masuk akal bila ilmu (cahaya) itu sudah ada sebelum Adam diciptakan.

Seperti saat ketika Adam akan terbuang dari Syurga, dia menyadari kesalahannya. Dia tidak takut kepada hukuman Allah. Karena dia sadar akan kesalahannya dan dia yakin Allah akan menerima taubatnya. Namun yang sungguh-sunguh menjadi kekhawatiran Adam adalah keadaan anak cucu keturunannya kelak. Dia yang sudah sedemikan dahsyat dan cerdas, dapat terjerembab kepada goda Iblis, bagaimana nanti nasib keturunannya yang sudah tidak mungkin "bersentuhan langsung" dengan Allah. Dan Allah menenangkan Adam dengan berkata DIA akan mengirimkan CAHAYANYA sebagai petunjuk. Cahaya yang sudah ada bahkan sebelum Adam diciptakan.

Disitulah kesalahan banyak akhli kitab, yang "mempersonifikasikan" cahaya itu sebagai Muhammad. pemahaman yang sangat sombong. Mengclaim Ilmu Allah sebagai manusia. Pemahaman yang sangat merendahkan Allah.
Perkelahian dan perseteruan antar ummat justru awalnya dipicu dari situ. Dipicu dari kebodohan kita. Yang lebih mementingkan SIAPA yang membawa cahaya itu, daripada APA yang dibawanya.

APA yang diajarkan, jauh lebih penting daripada SIAPA yang membawanya. Orang-orang Jahudi tidak bisa menerima Cahaya yang dibawa oleh Isa karena mereka merasa Isa itu hanya seorang anak hasil perjinahan.
Orang-orang Jahudi dan Nasrani tidak bisa menerima Cahaya itu, ketika dibawa Muhammad, karena yang membawa Cahaya itu, hanya seorang anak dari suku bangsa padang pasir yang terbelakang. Bangsa barbar yang buta huruf. SIAPA menjadi lebih penting daripada APA.

Pengikut Isa sedemikian paranoid dengan celaan kaum jahudi terhadap Isa yang terlahir tanpa ayah. Walau mukzizat yang diperlihatkannya sudah sedemikian hebat, ummat jahudi tetap susah diyakinkan. Sedemikin paranoidnya sehingga harus menjadikan Isa Putra Allah, untuk menutupi "aib" Isa yang terlahir tanpa ayah.
Dan pengikut Rasul Muhammad terdahulu, menjadi sedemikian paranoid karena celaan kaum Jahudi dan Nasrani mengenai mukzizat Muhammad yang "tak ada apa-apanya". Sedemikian paraoidnya sehingga mengikuti jejak kaum Nasrani, menjadikan Muhammad sebagai mahluk termulia di alam semesta, yang sudah tercipta bahkan sebelum Adam ada.

Tanpa melakukan kebodohan seperti itu, Muhammad dan Isa itu sudah sangat mulia. SANGAT MULIA. Tak perlu ditambah-tambahi lagi. Seab seperti kata Allah, mahuk yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling tinggi amal ibadahnya.
Dan siapa lagi kah di bumi ini yang sanggup melebihi ibadah Yang Mulia Rasul???
Kalau di bumi, iya, Rasul mungkin mahluk paling mulia, tapi di alam semesta??? Sangatlah sombong sebagai manusia dari planet yang sama dengan Rasul Muhammad, gw menjawab iya.
Gw tak pernah tau mahluk apa saja yang ada di trilyunan galaksi yang tersebar di alam semesta. Gw tak pernah tahu keturunan Adam seperti apa yang terlahir di planet-planet lain itu. Hanya Allah yang tahu.
Jadi jika ditanya apakah Muhammad mahluk paling mulia di alam semesta? Jawaban gw: Hanya Allah jua lah yang tahu.


Sebab gw percaya, pasti ada "Muhammad-Muhammad" lain di planet-planet nun jauh di sana. Planet-planet yang sempat dikunjungi Adam/Hawa untuk menyebarkan kehidupan di semesta. Tempat-tempat yang dikunjungi mereka sebagai medium perantara itu. Di sana akan ada "Musa-Musa" yang lain. "Isa-Isa" yang lain. Nabi-nabi yang membawa Cahaya Ilahi itu. Cahaya yang sudah ada sebelum Adam diciptakan. Cahaya Islam. Nurul Islam.

Gw semakin diyakinkan akan kebenaran Allah, sebab dia meninggalkan mukzizat bagi seluruh manusia. Mukzizat yang dapat dipelajari oleh siapapun. Jika mukzizat Musa, Sulaiman, Isa dan nabi-nabi lainnya hanya untuk mereka sendiri, dan kita sebagai manusia biasa tidak dapat mempelajarinya, maka mukzizat Muhammad bisa dipelajai oleh siapa pun. Itu lah Alquran. Pelajari dengan benar, dan kamu akan menemukan mukzizat tak terbantahkan. Karena itu gw percaya Yang Mulia Rasul itu memang Nabi terakhir di Bumi. Sebab jika Muhammad memiliki mukzizat yang sama seperti Nabi-Nabi lain, mukzizat yang hanya dapat dimiliki dirinya sendiri, mukzizat yang tak dapat gw pelajari sebagi pengikutnya, maka harus ada Nabi lain yang akan membawa mukzizat yang dapat dipelajari oleh seluruh manusia. Jadi Nabi Muhammad pasti lah Nabi terakhir.

Allah selalu berbicara dengan simbol dan metafora. Satu lagi yang DIA wariskan kepada Muhammad adalah air zam-zam. Air itu simbol kehidupan. Jika Allah mewariskan pada Muhammad harta kekayaan, emas berlimpah ruah, sungguh gw tidak akan percaya kepada Tuhan semacam itu. Tapi Allah mewariskan air. Dua warisannya yang tak tertandingi, Kitab (ilmu) dan Air Zam-Zam (Sumber kehidupan), itulah mukzizat paling dahsyat yang pernah dimiliki seorang Nabi. Jadi berhentilah menceritakan kisah-kisah ajaib bodoh yang berusaha "meninggikan" Rasul Muhammad, padahal justru merendahkan beliau.
Jika kedua tanda-tanda keajaiban itu, Kitab dan Air, tidak dapat membuka mata hati kamu akan kehebatan mukzizat Sang Rasul, setidaknya berhentilah menghina beliau dengan membuat kisah-kisah dongeng yang sangat merendahkan itu.

Berhentilah berpikiran bodoh dan selalu mengkerdilkan KEDAHSYATAN DAN KEBESARAN ALLAH. BERHENTILAH SELALU MENGHINA ALLAH.

No comments:

Post a Comment