whose side are you on

whose side are you on

Sunday, February 12, 2012

BOOKS OF "THE FIVE PRINCIPLES" - 14 TAHUN KESIA-SIAAN.

Ada kejadian lucu baru-baru ini, waktu temen gue merayakan peringatan perkawinan emas (50 tahun) orang tuanya. Perayaannya sih sederhana saja, cuma di rumah. Dan yang diundang pun cuma teman2 dekat orang tuanya, sebutlah nama orangtuanya sebagai om dan tante X. Karena hubungan keakraban keluarga kita memang sangat dekat dan gue kenal baik dengan seluruh keluarga om/tante X ini, jadi gue sekeluarga juga datang.

Acaranya memang sederhana. Tapi tetap meriah, disiapkan dengan baik, melibatkan EO dan pake MC kondang. Jadi cukup menariklah dan tidak bikin bosan. Dalam salah satu bagian acaranya, ada acara bikin surprise (kejutan) kepada kedua sesepuh yang lagi berbahagia itu. Setiap keluarga anak mantu beserta cucu2nya, diwajbkan harus bikin 1 penampilan sebagai ungkapan rasa sayang/cinta, kepada om dan tante X. Satu per satu keluarga anak dan cucu2nya tampil ke atas panggung. Sebagian ruang tamu rumah om/tante X yg luas memang sudah dirobah menjadi panggung pertunjukan. Satu persatu anggota keluarga tersebut bergantian naik keatas panggung.
Ada yang baca puisi sangat menyentuh, ada puisi kocak, ungkapan cinta seorang anak pada ayah/ibunya. Ada yang bikin acara parodi, tentang kehidupan sehari-hari om/tante X, yang bikin kita ketawa terpingkal-pingkal. Ada yang nyanyi, macam2.

Terus tibalah ke satu acara, ketika beberapa orang cucu om/tante X yang masih kecil2, tampil bermain musik dan menyanyi. Karena namanya juga acara kejutan (surprise), jadi orang tua dari anak2 kecil ini memang tidak tahu apa yang akan ditampilkan anak2 mereka sebagai persembahan untuk eyangnya. Ada 5 orang, 2 cewe dan 3 cowo. Yang paling tua hanya berumur 12 thn, kelas 6 SD, dan yang paling muda berumur 9 tahun. Menggemaskan dan mengagumkan memang melihat anak2 sekecil itu, sudah sangat mahir memainkan alat musik, bak pemain band sungguhan. Dengan badan kecil2 dan alat-alat musik yang masih jauh lebih besar dari ukuran badannya,grup band cilik itu memang mengundang decak kagum. Niatnya memang mau "unjuk kebolehan" dan "sedikit pamer" didepan eyang mereka bahwa mereka sudah bisa bermain musik dan membuat group band cilik. Yang menjadi vocalis band cilik ini adalah anak perempuan sahabat gue tadi. Umurnya baru 9 tahun, kelas 3 SD. Anaknya memang cantik dan bersuara bagus.

Ketika band cilik ini mulai melakukan intro, beraksi membunyikan alat2 musiknya, drum, piano, melody guitar, bass, dan tambourine, semua yang hadir bertepuk tangan mengagumi. Bersuits-suit dan berteriak takjub. Penampilannya Kompak dan tanpa cela. Tak kalah dengan group band professional. Mengagumkan. Padahal kata sahabat gue, anak2 mereka latihan cuma seminggu. Ngumpet2, karena gak mau ada yang tau hadiah kejutan mereka buat eyang tercinta. Begitu anak perempuan sahabat gue itu mulai bernyanyi, tiba2 suara teriakan dan tepukan kagum perlahan2 surut dan berhenti sama sekali.... Berganti dengan gumaman dan bisik2. Serta suara cekikikan....

Tidak ada yang salah dengan suaranya. Suaranya merdu dan bening, khas suara anak2. Hentakan musiknya masih lancar, kompak dan bergaya. Tapi..... lagunya bookkk.....

"Do you ever feel... Like a plastic bag??...??"
"Drifting through the wind, wanting to start again??...."

Lagu "Firework" nya Katy Perry. Lagu yang sangat populer dan sering banget diputar diradio2 komersial. Hampir semua orang tua muda dan anak2 muda, yang hadir diacara itu pasti pernah mendengar lagu itu, dan mungkin sebagian besar hapal liriknya. Orang tua-orang tua yang sudah agak lanjut usia, mungkin memang tidak begitu familiar dengan lagu Katy Perry itu. Termasuk om/tante X, yang sepertinya juga tidak begitu familiar dengan lagu itu. Om/tante X masih bertepuk-tepuk dengan mata berbinar2 dan senyuman lebar penuh rasa bangga diwajah. Cucunya hebat2.

Sementara gue dan sahabat2 gue yang sedang bergerombol berdekatan, langsung terdiam dari berceloteh. Saling liat2an dengan muka bingung. Dengan campuran perasaan, antara takjub, kagum, lucu, kaget, dan pengen ketawa....
"Waduu mampuss bok..." Seorang teman gue tanpa sadar berdesis.
"ya olo Tuhan...." Teman disebelah gue berbisik ke kuping gue.

Sahabat gue anak om/tante X tadi, langsung hilang expressi gembiranya. Mukanya langsung tegang. Dan tanpa dikomando langsung melihat ke arah suaminya. Dan di seberang ruangan tamu yang luas, suaminya sedang bergerombol dengan, suami gue, kakak2 gue dan teman2 gerombolan si beratnya, juga sedang melihat kearah kita. Dengan muka marah. Sama dengan kita, teman2 gerombolan si beratnya juga pasang muka aneh. Gue yakin semua sedang menahan ketawa. Tapi takut menyinggung perasaan tuan rumah.

"you just gotta ignite the light....and let it shine.....", anak teman gue itu tetap bergoyang dan menyanyi dengan asik, dan pemusik2 cilik itu masih terus bergaya dengan lincah....

Hampir masuk ke refrain.... Sahabat gue, dengan muka panik dan mimik lucu, menoleh kearah orang tuanya, yag masih asik bertepuk2 di depan menyemangati cucu2nya yang memang harus diakui sangat mengagumkan kemahiran bermusiknya. Memang pantas untuk pamer diacara begituan. Tante X ikutan berdiri bergoyang-goyang meniru cucunya yang sedang menyanyi.
"Waddu..gawat, mati gue bok..." Kata teman gue, tersenyum kecut.

"....Coz baby, you're a firework....
Come on show 'em what you're worth....
Make 'em go..ah, ah, ah....
As you shoot across the sky, ayh, ayh..."

Suara bening dan lantang anak teman gue bergema kencang....
Tante X langsung berhenti bergoyang, mendengar cucunya meneriakkan refrain itu. Terdiam.
Om X langsung berhenti bertepuk-tepuk. Dan dengan kikuk menoleh kesekeliling, mencari2 sahabat gue anaknya. Dan pandangannya berhenti ketika melihat menantunya, suami sahabat gue. Muka anggota vampire gerombolan siberat ini susah digambarkan ekspessinya. Diliat mertuanya seperti meminta penjelasan seperti itu.

"...Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon....."
Suara cucu om/tante X terus menghentak, nyaring dan merdu. Sementara suara cekikikan yang hadir mulai semakin ramai.
Tanpa diminta lagi suami teman gue melangkah menyeberangi ruangan tempat hajatan itu, mendekati MC kondang tadi, dan membisikkan sesuatu.

Memang MC berpengalaman, tak sia2 dibayar mahal2. Bukan MC kondang namanya, kalau tidak bisa mengatasi "akward situation" semacam itu. Kalau tidak cepat tanggap akan situasi kritis. MC itu langsung naik ke panggung. Pura2 ikut bergoyang sebentar, lalu memutus pertunjukan band cilik itu dengan langsung melontarkan pertanyaan kepada penyanyi cilik yang sedang bernyanyi.

"Hebat sekali adik2...waduh belajar dimana maen musiknya? Kok bisa sepintar ini. Latihannya berapa lama? Bla...bla...bla..."

Band cilik itu tadinya sudah akan protes, mau bilang mereka belum selesai, tapi MC itu sangat pintar mengalihkan. Satu persatu anak2 itu diwawancarai dengan pertanyaan yang tidak menjatuhkan namun justru membuat mereka bisa bertambah bangga. Dengan cara yang lucu. Semua yang hadir terpingkal2 melihat wawancara lucu tapi yang sama sekali tidak menjatuhkan martabat anak2 kecil yang memang pantas bangga akan kemampuannya dan patut diacungi jempol.

"Selain lagu firework tadi, masih ada satu lagu lain berikut ini yang akan ditampilkan oleh grup band cilik kita...bla bla bla..." Si MC menutup sessi wawancara lucu tadi.
Dan lagu "Bunda" dari Melly Goeslaw berkumandang. Kali ini semua yang hadir mendengarkan dengan takjub. Dan suasana tiba2 berubah menjadi haru. Kejadian lucu barusan, langsung terlupakan....

******


Mungkin buat cucu2 om/tante X yang masih polos dan lugu, lagu firework tadi hanyalah cerita mengenai kembang api yang meledak dilangit berwarna-warni. Jadi memang pas buat anak kecil, dinyanyikan diacara pesta.
Kalo kata teman2 gue, itu pengertian tersuratnya. Dan anak kecil hanya membaca apa yang tersurat. Bukan makna dibalik itu.
Namun bagi orang2 yang sudah lebih dewasa, lagu "firework" itu punya arti tersirat. Makna yang lebih "luas dan dalam". Makna yang lebih intimate, yang lebih pantas dinyanyikan oleh orang2 dewasa. Bukan anak2.
Lagu itu memang bias. Kamu bisa menginterpretasikannya macam2. Tapi bagi para remaja dan orang tua, "make 'em go..agh, agh, agh.." itu memang jadi bikin buteg, kalo dinyanyikan cucu kepada kakeknya, sebagai pernyataan pujaan. Eyang adalah kembang apiku, maka eyang buatlah mereka semua awwhh...awwhhh...awwhhh...... Mati gak bok??? Didepan mertua pulak...alaammaakkk.....

Seperti penyanyi yang harus bisa berkomunikasi dengan audiencenya, dengan penontonnya, seorang pemimpin pun harus bisa berkomunikasi dengan audiencenya dengan yang dipimpinnya. Kalau dalam negara republik, Presiden harus bisa berkomunikasi dengan rakyatnya.
Agar komunikasi berjalan lancar, agar pertunjukan jadi sukses. Seorang penyanyi pertama2 harus mengerti dulu audiencenya siapa. Memahami dulu apa yang diinginkan penontonnya. Baru kemudian menyampaikan apa yg diinginkannya lewat lagu. Dan penting juga dia harus memahami lagunya. Biar tidak salah interpretasi. Urutannya harus begitu. Tidak bisa dibalik. Tidak bisa Sebagai seorang penyanyi professional, kamu menyampaikan apa yang kmu inginkan dulu, baru km mencari tau apa yg diinginkan penonton dan pendengarmu. Kalo seorang penyanyi melakukan itu, bisa2 penonton ngamuk melempari penyanyinya pake telor busuk. Penontonnya pengen dangdutan, kok disuguhi lagu Jazz?? Ya ora klop bok...

Dan setelah memahami kemauan penonton, agar pertunjukan sukses, seorang penyanyi penghibur komersial, harus paham apa yg ingin dia sampaikan. Itu sangat penting, agar dia dapat menghayati lagunya. "Membumiikan" lagunya. Bukan menyanyi diawang-awang. BUkan seperti penyanyi anak teman gue itu, yang tidak mengerti makna lagunya. Penghayatannya cuma sebatas penghayatan anak kecil. Sehingga bikin runyam didepan mertua. Tidak bisa seperti itu.
Agnes Monica bisa menjadi penyanyi terbaik Indonesia saat ini. Juga karena itu. Karena dia mengerti apa yang ingin dia sampaikan. Bisa menghayati lagu.
Bila menyanyi Agnes selalu tampil allround, menghayati. Ekspressi penuh dan tidak takut jelek kliatan mukanya.
Penyanyi yang takut kelihatan jelek di atas panggung, akan selamanya jadi penyanyi kelas kandang. Penyanyi kelas penghibur acara tutup tahun perusahaan. Bagaimana mau menghayati lagu, wong syair dan nada lagunya mengharapkan suara melengking, menghentak, menjerit, tapi penyanyinya masih pasang muka tersenyum dengan mimik penuh pesona bak kontestan ratu sejagat. Gak klop kan bok??
Intinya seorang penyanyi kelas professional, harus memiliki visi/missi yang jelas. Baru bisa dikatakan penyanyi yg baik. Bukan sekedar penyanyi kelas rekaman, pengisi acara peresmian mall.
Tapi Agnes bisa begitu mungkin karena dia sadar memang dia sdh cantik. Jadi gak takut keliatan jelek. Kalo penyanyinya sudah jelek mukanya, ditambah mimik teriak powerful, kan bisa jadi kayak monyet ya bok? Kekekekekeke......

Semua profesi menuntut pemahaman seperti itu. MC kondang diacara pesta golden anniversary teman gue itu pun begitu. Sebagai seorang MC (Master of Ceremony), dia menjadi pemimpin acara itu. Dia harus bisa menghidupkan acara. Membuat acara mengalir dengan baik, sesuai dengan "run down" acaranya. Disaat-saat kritis, harus bisa cepat tanggap, menetralisir kesalahan.
Seorang MC harus memahami audiencenya, harus memahami apa yang dikehendaki pembuat acara. Harus bisa menafsirkan "run down" acara ke pemahaman membumi para undangan. Dengan kata lain, seorang MC harus punya visi/missi yang jelas untuk membuat suatu acara menjadi sukses. Tanpa kemampuan seperti itu, acara akan sangat menjemukan dan bisa bubar ditempat.

Itu baru contoh kasus kecil diacara golden anniversary. Gimana kalau kita bicara sebuah negara? Seorang pemimpin? Seorang Presiden? Pola dasarnya tetap harus sama. Seorang pemimpin yang baik harus memiliki visi dan missi yang jelas. Harus memahami apa yang diinginkan rakyat. Seperti seorang MC, Presiden harus mampu "membumikan" run down acara. Bukan menjadikan acara seperti terasa diawang-awang. Penuh retorika politik.
Kalau MC memiliki "run down" acara, Presiden pun harus memilikinya.

Apa "run down" acara seorang Presiden? Kalau dulu, di jaman orde baru, terkenal sekali istilah GBHN (Garis Besar Haluan Negara). Dan itu mandat yg dirumuskan oleh MPR/DPR sebagai wakil rakyat.
Sekarang istilah GBHN itu sudah hilang entah kemana. Jadi gue sendiri bingung apa sebenarnya rumusan yg diberikan oleh MPR kepada Presiden untuk membawa bangsa ini ke arah kemajuan dan kemakmuran.
Mungkin karena istilah GBHN itu ciptaan rezim orde baru, jadi istilah itu pun tak perlu lagi digembar gemborkan.
Tapi sebenarnya itulah "run down" acara seorang Presiden dalam memimpin bangsa ini. Itulah mandat yg diberikan oleh pemilik acara pesta golden anniversary (rakyat) kepada seorang MC (Presiden).
Jadi pemimpin harus cepat tanggap disaat kritis. Seperti MC acara teman gue yg langsung memahami kemauan pemberi mandat (teman gue), dan mengeksekusinya dengan pas. Tanpa ragu2.
Presiden juga harus begitu. Harus cepat tanggap disegala situasi. Tidak boleh terkesan ragu2 dan mengulur waktu, penuh perhitungan politik. Karena ujung2nya kalau terlalu sering bersikap ragu2 akan kelihatan menjadi seperti pemimpin tak becus.

Kalau penyanyi dan MC visinya adalah acara pesta kawin emas, maka Indonesia visinya adalah Pancasila. Dan missinya adalah GBHN yang ditetapkan oleh MPR. Kalau dulu kamu baca GBHN itu, semua isinya bagai diawang-awang. Jadi tugas Presiden dan para pembantunya lah untuk "membumikannya".
Sekali lagi Pancasila & GBHN. Klise banget gak sehhh bok??
Mungkin iya memang terdengar klise. Tapi tugas Presiden lah menjadikannya tidak terdengar klise dan retorika. Banyak orang yang menjadi alergi mendengar kata2 Pancasila. Karena visi bangsa dan negara Indonesia itu dieksploitir sedemikian rupa dijaman Orde Baru. Dijadikan komoditas politik demi melanggengkan kekuasaan. Sehingga visi bangsa dan negara itu menjadi kehilangan makna sama sekali.
Tapi sebagai seorang yang mengaku cerdas, kamu seharusnya mengagumi kepekaan para bapa bangsa pembangun negara ini, untuk meletakkan dasar negara dalam lima sila yang sangat ringkas dan tepat itu.
Jadi kalau kedengaran Pancasila itu sebagai hal yang klise dan basi. Tugas Pemimpin negara inilah untuk membumikannya menjadi realitas. Bukan seperti kejadian Orde Baru, yang menjadikan Pancasila terasa semakin diawang-awang.

Dan setelah kejatuhan rezim orde baru. Memasuki era reformasi, semua visi dan missi bangsa ini, Pancasila & GBHN masih sama saja. Masih terdengar diawang-awang. Tanpa ada seorang pemipin pun yang bisa membumikannya. Masih retorika politik, klise dan penuh tipu muslihat.
Bagaikan lepas dari sarang singa, masuk ke kubangan buaya, 14 tahun kebebasan politik bangsa ini, berlalu tanpa transformasi yang jelas untuk keuntungan rakyat. 14 tahun yang penuh kesia-siaan.

Masih jelas dalam ingatan, di era 70-an. Jepang masih menjadi pengekor Amerika dan Eropa. Merek2 dagang keluaran Jepang masih dianggap kelas dua dan dipandang murahan. Toyota masih dianggap mobil kelas dua. Sony masih dianggap merek murahan. Bandingkan dengan Ford, Phillips atau General Electric. Tapi coba liat sekarang Lexus dan Alphard. Lihat Sony dan Nakamichi.

Hal yang sama dengan Korea. Era 80-an. Korea masih jadi pengekor Jepang, Eropa dan Amerika. Samsung dan Hyundai masih dipandang sebelah mata. Tapi coba lihat sekarang. Hanya dalam tempo 20 tahun, Korea dan Jepang bisa melakukan lompatan luar biasa.
Hal yang sama juga sekarang dengan Cina. Yang masih dianggap jadi pengekor Korea, Jepang, Eropa dan Amerika. Tapi coba kita lihat 20 tahun dari sekarang.
Bagaimana dengan Indonesia? 14 tahun penuh kesia-siaan. Bangsa ini terus bergelut, kasak kusuk ribut politik.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena kita memiliki pemimpin yang lemah. Pemimpin yang tak memiliki visi dan missi yang jelas. Presiden yang tak bisa membumikan Pancasila dan GBHN. Pemimpin yang selalu bicara retorika.

***

Walaupun sebagai warga negara kelas gurem, kamu merasa tak memilik akses yg bisa dipahami kepada visi/missi bangsa ini. Tak bisa memahami debat politik para kacung2 partai, yang selalu berbicara klise diawang-awang, namun untuk menilai seorang Presiden Indonesia berhasil atau tidak dalam masa kepemimpinannya, gampang kok.
Lihat saja kelima sila Pancasila itu. Kelima sila yang menjadi visi bangsa besar ini.

1. Ketuhanan yang Maha Esa.
Sudahkah bangsa ini bebas memeluk agamanya dengan damai sentosa? Nah itu yang di Maluku dan kejadian Islam Ahmadiyah apa kabar bok?

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Nah itu kejadian tabrakan maut di tugu tani apa khabarnya bok? Kok para bandar ekstasi dan pengear narkoba masih dibiarkan bebas berkeliaran menjual dagangannya disini, sampe pemake narkoba yang teler gak juntrungan bisa nabrak mati sembilan orang. Kok bisa bok? Kenapa orang bisa begitu gampang membeli narkoba di negara ini?????

3. Persatuan Indonesia.
Lha itu Aceh dan Papua, masih ngotot mau lepas dari NKRI apa kabarnya bok? Kenapa mereka mau bebas? Lha pemerintah pusatnya tak becus ngurusin mereka.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Kalo para wakilnya bijaksana, kenapa diatas penderitaan berjuta-juta rakyat, mereka masih mampu membangun ruang rapat badan angaran 100 meter persegi dengan dana 20 milyard? Dimana letak kebijaksanaannya bok? Kenapa mereka berani dan tega melakukan itu? Karena pemimpinnya juga gak becus bok. Gak berani membabat koruptor.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pencuri sandal jepit dihukum 3 bulan penjara bok. Koruptor sekelas Ayin, dapat remisi dan kamar tahanan super mewah. Dimana keadilannya bok?

Pancasila tetap visi paling pas dan lengkap bangsa ini. Pancasila bukan sekedar gambar garuda buat pajangan disetiap dinding kamar pejabat di kementrian seluruh Indonesia. Itu adalah visi pendiri bangsa ini. Untuk menjadikan bangsa ini setara dengan Amerika, Eropa, Jepang, Korea, dan negara2 maju lainnya.

Empat belas tahun sudah reformasi. Bagaimana penilaian kamu dengan ke 4 Presiden yang sudah sempat memimpin? Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY. Bagaimana menurut penilaian kamu? Sudahkah para Presiden kita itu mewujudkan visi bangsa ini? Kelima sila itu?
Masa jabatan Presiden paling lama di era reformasi ini dipegang oleh SBY. Delapan tahun sudah.
Delapan tahun, banyak yang seharusnya dapat dilakukan. Sangat banyak.

Menjadi CEO sebuah perusahaan sebesar Telkom saja, dibutuhkan lebih dari 90% fokus waktu dan energi untuk dapat menjalankan perusahaan dengan baik. Baru sisanya 10% memikirkan urusan pribadi. Tidak bisa dibalik, 90% urusan pribadi baru 10% buat perusahaan. Gelo kali ya bok, kalo Presdir Telkom melakukan itu.

Apalagi menjadi pemimpin/Presiden bangsa sebesar Indonesia, iya gak bok? Boleh dibilang dibutuhkan 99% waktu untuk memikirkan mau kemana bangsa ini dibawa. Baru kira2 1% nya buat urusan pribadi.
Tapi coba lihat apa yang terjadi dengan SBY sekarang. Seluruh hingar bingar politik yang menghantamnya. Terutama kasus Nazaruddin dan Wisma Atlit Palembang yang menyeret Partai Demokrat belakangan ini.
Dari mulai kasus Bank Century, Kasus perseteruan KPK dan DPR, Kasus Gayus, sekarang kasus Nazaruddin.
Rasanya Rule of thumb pembagian waktu seorang pemimpin tadi sudah jungkir balik. Presiden hanya memiliki 1% waktu untuk memikirkan negara ini, sisanya 99% buat ngurusin urusan pribadi serta urusan orang2 kepercayaannya yang gak genah. Gimana mau membumikan Pancasila dan GBHN bok???
Satu urusan Angelina Sondakh aja sudah ribet setengah mati. Bagaimana kalau seluruh partai demokrat isinya semua kayak Angelina Sondakh kan bok?????? Apa gak tambah runyam bangsa ini????

Delapan tahun memang waktu yang lama. Tapi itu kalau anda pemimpin yang mumpuni. Tapi Kalau kerjaan anda cuma ngurusin artis koruptor dan ngurusin perkawinan anak, sebaiknya anda jangan pernah jadi pemimpin bangsa ini...

Garuda Pancasila....akulah pendukungmu..
Patriot Proklamasi, sedia berkorban untukmu....

Lagu Garuda Pancasila. Klise ya bok?
Tapi semiris apa pun elu semua soal Pancasila, itulah visi bangsa yang paling pas dan lengkap. Jangan salahkan Pancasila.
Salahkan semua Pemimpin bobrok tak becus itu yang cuma bisa beretorika dan ngurusin artis koruptor.....

No comments:

Post a Comment