whose side are you on

whose side are you on

Saturday, September 21, 2013

Buku tentang kematian hati nurani dan akal sehat.




Melihat segala tayangan infotainment, dan rekamannya di Youtube mengenai Vicky Prasetyo, mantan tunangan pedangdut Zaskia Gotik, buntu logika gue brok. Buntu sebuntu-buntunya.

Secara statusisasi diri gue yang 32 my age, sangat mengapresiasi labil logika, yang secara berkonspirasi kemakmuran dengan menjunjung tinggi kecerdasan berpikir, lalu mengkudeta yang mengharmonisasi ketatanegaraan, yang mempertakut dan memperlemah entah apalah namanya itu, sampai menjadi keterpurukan yang mendesah bergelimpangan tak menentu arah rimbanya dengan sosialisasi bermartabat, penuh kudeta lagi, hancur lebur berantakan, menjadikan labil ekonomi lagi yang membingungkan....**capek ya bwok**

Inilah potret sebuah budaya yang sudah lebih mengedepankan pencitraan dan materialisme, daripada hati nurani dan akal sehat. Menjadikan orang sedemikian gampang disilaukan, ditipu dan dibodohi hal-hal yang kelihatannya "wah" dan "cerdas", namun sebenarnya "kosong" dan "tak berarti".

Gue tidak tahu perasaan gue, antara merasa lucu atau kasihan. Suatu ironi yang sangat mengganjal hati.
Korban-korban Vicky Prasetyo, Orang-orang yang mengaku cerdas, sedemikian gampang tertipu. SEDEMIKIAN GAMPANG TERTIPU. Padahal melihat cara berbicaranya dalam tayangan salah satu infotainment, yang tak lebih dari 3 menit itu, sudah cukup menggambarkan, orang seperti apa Vicky itu.

Tapi kembali lagi pertanyaannya, kenapa orang seperti itu bisa menipu sedemikian banyak orang? Dan yg mengaku dirinya cerdas-cerdas? Mengapa masbrok?
Dan, menangislah hai manusia.... inilah budaya populer itu, budaya yang sedang kita kunyah dan nikmati, budaya yang lebih mementingkan tampilan luar, pencitraan, dan materi. Budaya makanan cepat saji. Semua serba instan. Ingin kaya? Korupsi. Ingin pinter? Nyontek. Ingin menang? Bunuh. Ingin mendapat pacar cantik terkenal? Menipu.
Tujuan menjadi lebih penting dari harga diri. Kata hati dan logika diinjak-injak.
Inilah budaya penuh pencitraan. Inilah pop culture itu. Dan sedikit sekali orang yang mau bertahan dengan idealisme. Bagi mereka, ideaisme dan hati nurani, hanya absurditas dari sebuah fatamorgana.
Ingin menangis dipermalukan hati nurani sendiri? Atau ingin tertawa dibodohi pencitraan kosong?

Rasa-rasanya.... gue lebih memilih untuk tertawa..... Dan gue pun terbahak-bahak menangisi kebodohan diri sendiri...






No comments:

Post a Comment