whose side are you on

whose side are you on

Friday, February 19, 2016

BOOKS OF PERPETUAL BATTLE = = HEAR NO EVIL, SEE NO EVIL, SPEAK NO EVIL = =





Mereka bilang: Agama dan seksualitas itu adalah masalah yg sangat private/sangat pribadi, tidak untuk konsumsi publik.
Gw setuju sekali coy. Asalkan kata-kata itu dilakukan dengan jujur, konsekwen, dan konsisten. Bukan cuma sekedar kata-kata manis sebagai pembenaran bagi seseorang untuk melakukan segala macam maksiat dan napsu kesumat sahwat dirinya. Agar bisa melakukan sahwat sebebas-bebasnya, tanpa diganggu orang lain. Tipu-tipu jenis liberal.
Kalok itu maksud dan tujuannya, ke laot aja kali ya coy. Itu munafik namanya.

Nah lho, lu bertahun-tahun kumpul kebo sama pacar bule lu, sebelum lu benar-benar menikah, terus lu berkaing-kaing di media publik, bicara masalah Tuhan dan agama, seakan-akan lu paling baik agamanya. Seakan-akan lu mau bilang kumpul kebo itu halal dan sah-sah saja. Apa mau lu tante? Apa privatenya itu? Kalok mau fair, bukannya lu harus tutup mulut saja? Simpan kepercayaan lu buat lu aja?

Lu mau kita bersikap: Hear no evil, see no evil, speak no evil, Lu mau kita jadi buta, tuli bisu akan tingkah laku lu.... Lu pengen seksualitas lu dianggap private dan pribadi, tapi lu dan teman-teman lu woro-woro kemana-mana mengatakan maho/lesbi itu sah dan benar. Lu buat segala film tentang maho/banci/lesbi bersinar sebaik malaikat. Lu nulis buku tentang homo/lesbi secerah mentari. Mantap dan benar. Lu parade ke mana-mana, minta maho, lesbi, banci dijadikan gender ke-3 dalam undang-undang. Dibenarkan secara hukum, boleh menikah sesamanya, dilegalkan dan dibenarkan hukum, atas nama HAM. Lu berakrobat kemana-mana ke segala sudut ruang publik, mengimbaskan warna-warni pelangi, melambay-lambay, ke segala kegiatan hidup publik, agar publik dan negara menerima seksualitas lu benar, sah, dan bukan apa-apa.
Lantas apanya tu yg private/pribadi tante? Apanya? Munafik sekali kamu tante....

Kita, gw dan banyak teman-teman gw, dengan jujur mengatakan kita bisa menerima keberadaan lu. Itu fakta yg tak bisa dipungkiri, bahwa kaum LGBT itu memang ada. Hingga kini, gw punya banyak teman dari kaum LGBT. Bahkan beberapa teman baik gw adalah kaum LGBT. Dan harus diakui banyak dari kaum ini sangat cerdas, kreatif, dan sangat baik kemampuannya dalam bidangnya.
Dulu sewaktu masih wara-wiri beegawwuulll ke seantero jagad, gw dan teman-teman gw bahkan begowl hingga ke club-club maho. You name it, club Maho paling terkenal dunia, yg belum kita datangi. Bahkan kita datang bersama teman-teman maho kita, bersama pasangan-pasangan maho/lesbi/banci mereka. Kita tidak ada masalah. Tapi, tapi ya coyyy, selama lu menjadikan seksualitas dan agama lu itu sebagai urusan private dan pribadi lu, kita bisa menerima itu.
Lu tidak mengusik agama dan seksualitas gw. Selama lu melakukan itu, kita akan baik-baik saja.

Karena sebagaimana kita bisa menerima keberadaan lu, lu juga harus bisa menerima kenyataan, bahwa orang-orang seperti gw ada disini. Banyak, bahkan sangaaaatttt banyak. Orang-orang yg berpendapat, agama itu menjadi pegangan/petunjuk hidup paling utama. Orang-orang yg percaya bahwa hanya agamanya yang mutlak kebenarannya. Lu sebagai LGBT harus menerima kenyataan itu. Lu menuntut Hak Azasi lu dihargai, sama saja, kita juga menuntut hak azasi kita dihargai.

Gw bergowl ke "Krash Gay Club" di Paris, atau almarhum "Splash Gay Club New York" bersama lu LGBT sahabat baik ku, hanya sekedar "having fun". Gw melihat sepasang maho melakukan "live show" di panggung sampai ngecrot, itu hanya sekedar bergowl. Sesimple itu. Bila itu dianggap dosa, biarlah itu menjadi dosa gw dan urusan gw dengan Allah. Namun secara prinsip, gw tetap lebih mementingkan agama gw.
Gw akan tetap mengajarkan nilai-nilai agama gw kepada keluarga dan anak-anak gw. Bahwa LGBT sesuatu yang melanggar aturan Allah.
Jadi kalo lu woro-woro ke sekolah anak gw, bilang LGBT itu sah-sah saja, normal dan tak melanggar hak siapapun, sedekat apa pun pertemanan kita kawan, bagi gw lu telah melanggar batas yg lu katakan private itu. Dan terus terang gw akan lebih memilih agama gw, daripada hubungan baik gw dengan lu. As simple as it is.
Hak lu untuk tidak beragama dan tidak percaya agama, namun hak gw juga untuk percaya hukum Allah/Tuhan itu lebih tinggi dari hukum apapun.

Gw setengah mati mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma agama pada keluarga gw, agar keluarga gw bisa hidup berdasarkan kebenaran agama gw, dan lu seenak jidat melanggar privasi gw dengan mengatakan maho/lesbi itu wajar-wajar saja?
Well, katakan itu kepada kelarga lu saja, jangan ganggu keluarga gw. Dan gw tdk akan mengganggu keluarga lu. As simple as it is. Kalok lu melanggar batasan itu, gw akan melawan lu, dimanapun dan sampai kapan pun.... Hingga maut menjemput gw....
Bahkan bila seluruh dunia meluluskan keinginan lu. Melegalkan keinginan lu diterima jadi gender ke-3. Melegalkan hubungan maho/lesbi lu, seperti Amerika, gw akan selamanya stand-up untuk kepercayaan gw, bahwa hukum Allah/Tuhan lebih benar dari apapun. Gw tak akan pernah bisa menerima LGBT itu sebagai sesuatu yg wajar dan normal. Tidak akan pernah.
Sebab gw percaya, ketika gw kelak menghadap sang Pencipta, gw tidak akan ditanya masalah HAM, tapi gw akan dimintai pertanggung-jawaban mengenai hukum-hukum Allah itu. Hukum-hukum Sang Pencipta. Bukan HAM, yg lu agung2-kan itu, yg lu jadikan agama baru lu.
Dan bila lu tak percaya agama, dan bilang itu dongeng, itu hak lu, gw hargai itu, tapi kawan, gw juga minta lu hargai hak gw untuk percaya apa yg dikatakan Kitab Suci gw. Paham?
Jadi gw minta, berhentilah melambay-lambay seperti nyiur melambay, daging tak bertulang, berpropaganda kepada keluarga gw, mengatakan maho dan lesbi itu normal dan sah-sah saja.
Bila demikian, gw pastikan hubungan kita akan baik-baik saja.... Simple kan?




No comments:

Post a Comment