whose side are you on

whose side are you on

Wednesday, March 26, 2014

ABOUT INDONESIA: TELL ME YOUR STORY BOOKS. AND I'LL TELL YOU MINE. THE POLITICAL MASTURBATION, THE PARADOXICAL, THE GRASSHOPPER, AND THE HYPOCRITE. SAME STORY ALL THE TIME.




Akhir tahun 70'an, awal 80'an, Silverster Stallone beken banged masbrok. Wuih pelemnya moncer dimana-mana. Pasti inget pelem serial Rambo-nya yg terkenal itu. First Blood dan turunannya. Berkisah tentang betapa heroiknya perjuangan para "pendekar" Amerika dalam perang Vietnam. Kala itu perang Vietnam memang baru saja berakhir, dan Hollywood sedang getol-getolnya berkisah tentang perang Vietnam. Hampir semua bintang film action Hollywood era itu, pasti dipake membintangi film action berlatar belakang perang Vietnam. Sebut saja Chuck Norris, Steven Seagal, atau Jean Claude Van Damme, untuk menyebutkan beberapa nama besar bintang laga Hollywood yg "hobby" nongol di film semacam itu.
Film-film bertema Perang Vietnam hampir 80% merajai Hollywood. Bahkan di ajang Academy Awards pun film-film semacam ini memenangkan banyak pernghargaan. Sebut saja The Apocalypse Now dan Good Morning America. Perang Vietnam menjadi thema laris manis dijual di mana-mana.

Itulah onani sosial dan politik terpanjang dalam sejarah Amerika. Dalam semua film-film itu kelihatan sekali Amerika coba melupakan luka sejarah yang dialami sang Super Power dalam perang Vietnam. Kekalahan memalukan dan menyakitkan sebuah negara Super Power, dalam perang melawan sebuah negara sekerdil Vietnam Utara. Kekalahan menyakitkan ditendang dan harus keluar dari Vietnam dengan perasaan malu. Amerika dengan segala teknologi canggihnya, tak mampu mengalahkan semangat juang Rakyat Vietnam Utara, rakyat sebuah negara kerdil dan tak berarti. Sebagai gambaran betapa heroiknya perjuangan rakyat Vietnam Utara melawan pendudukan Amerika adalah, jumlah bom yang dijatuhkan oleh tentara Amerika dalam perang Vietnam itu, hampir dua kali lipat jumlah seluruh bom yang dijatuhkan di Eropa dalam Perang Dunia II. Coba bayangkan! Namun pasukan Amerika tak mampu mengalahkan semangat tempur rakyat Vietnam Utara.
Itulah kenyataan teramat pahit dan memalukan, sekaligus tragis yang harus ditelan oleh negara super power semacam Amerika, yang tak pernah kalah sebelumnya.

Namun dalam film-film besutan Hollywood mengenai perang Vietnam itu, Amerika tetap adalah jagoannya. Pahlawannya. Sementara Vietnam hanyalah cicunguk tolol dan barbar tak beradab, yang hanya kebenaran saja bisa menang melawan Amerika. Bahkan dalam Film Apocalypse Now, yg memenangkan berbagai penghargaan dalam ajang Academy Awards, digambarkan semangat juang dan kemampuan strategy perang bergerilya rakyat Vietnam yang sangat ditakuti oleh pasukan Amerika itu, adalah hasil ajaran seorang desertir "tentara jagoan" Amerika, diperankan oleh Marlon Brando. Amerika dengan Hollywoodnya benar-benar sedang merancap masturbasi sosial dan politik. Dan seluruh dunia terhipnotis dengan film-film itu. Ikutan beronani ria, jatuh dalam orgy masturbasi massal yg dibuat Hollywood. Vietnam adalah negara busuk. Amerika tetap jagoannya. Seluruh dunia ikutan dalam orgy onani sosial politik perang Vietnam itu. Kenyataannya Amerika kalah total dalam perang itu, namun dalam film-film Hollywood, citra Amerika sebagai negara pahlawan dan pemenanglah yang ditampilkan. Tak perduli sekontradiktif apapun kenyataan sebenarnya. Hampir dua dasawarsa Onani sosial/politik itu berlangsung. Onani sosial dan politik terpanjang dalam sejarah industri Hollywood. Vietnam bahkan tak ambil pusing tentang itu. Dan lihatlah bagaimana perkembangan Negara Vietnam sekarang. Onani tetaplah Onani. Tak menghasilkan apa-apa. Hanya tangan kapalan, sperma terbuang kemana-mana, dan menghabiskan sabun atau pelicin.
Setelah dilewati Korea Selatan, Malaysia, Thailand, kalau tidak berubah secara fundamental, percaya deh, sebentar lagi Indonesia juga akan ditinggalkan Vietnam.


#####


Dan apa khabar dengan Indonesia?
Seakan tak pernah belajar dari kesalahan masa lalu, masbossss Indonesia SAMPE SEKARANG, tetap beronani politik. Demen banget brok, merancap beramai-ramai, orgy massal masturbasi sosial politik.
Dikomandani para Cukong pemilik modal yang banyak duit (hasil ngerampok konon kabarnya masboss), yang menguasai media massa, Indonesia selalu jatuh dalam orchestrasi masturbasi politik. Merancap dengan nikmat dalam kebodohan, mimpi dan ilusi indah yang diciptakan pencitraan semacam perang Vietnam di atas.

Grand scenario dalam orgy nasional merancap politik itu akhirnya mulai memperlihatkan bentuknya.
Teka-teki kapan orgasme nasional dalam onani politik itu mulai menemukan jawabannya.
Orang-orang yang tak pernah ingin Indonesia menjadi besar, semacam para cukong busuk itu, orang-orang yang tetap menginginkan Indonesia menjadi negara bodoh dan korup, orang-orang yang menginginkan Indonesia tetap bisa dijadikan negara boneka oleh negara lain, diatur-atur negara sekecil Singapore. Kelihatan sekali ingin menjerumuskan Indonesia dalam PEMILU tahun ini.

Pencapresan Jokowi oleh PDIP/Megawati, benar-benar menelanjangi betapa busuknya politik Indonesia itu. Dan betapa tak berartinya "janji politik" itu bagi banyak "tokoh penting" bangsa. "Janji Politik" bisa diingkari dan dikhianati kapan saja, sesuai kebutuhan. Hampir semua tak punya integritas.
Semua rencana dikhianati, semua upaya diusahakan, demi yang namanya "kemenangan".
Entah konsesi politik semacam apa yg dijanjikan oleh para penyokong cukong, yg jadi komandan orgy nasional onani politik pemenangan Jokowi kepada Mega, sehingga Mega bisa berubah haluan dalam hitungan jam. Mungkin janji politik yg sama, bahwa para cukong akan menyokong pencitraan Puan Maharani Cucusoekarnoputri untuk dimenangkan sebagai Presiden Pemilu 2019. Sebagaimana yg mereka lakukan pada Jokowi sekarang.
Percayalah, lima tahun kedepan, bila capres "pencitraan" seperti Jokowi terpilih jadi Presiden, Indonesia akan tetap seperti sekarang ini. Negara LONTONG. Besar tapi lembek. Gampang dijadikan santapan "pendamping", buat lodeh atau sate. Itulah Pemilu hasil orgy merancap/masturbasi politik Nasional.

Lha bagaimana tidak?
Katanya para cukong pemilik modal dan para pemilik media itu ingin Indonesia lebih baik. Ingin Indonesia bebas dari korupsi. Tapi coba lihat onani politik yg mereka bikin. Lihat tuh semua pooling survey abal-abal hasil pesanan para cukong pencitraan itu. Partai teratas yang selalu dikatakan bakal memenangkan Pemilu adalah PDIP, GOLKAR, bahkan DEMOKRAT. Padahal udah ketahuan PDIP, GOLKAR dan DEMOKRAT itu adalah partai paling korup sedunia Indonesia. Tapi teteteteteeeppp digadang-gadang buat memenangkan Pemilu. Search aja di cyber world. Mau pake search engine apapun, ketiga partai yg digadang-gadang hasil pooling abal-abal itu, tetap yg terkorup. Apa dong itu namanya kalo tidak sedang masturbasi? Sementara partai-partai yg "lebih" bersih malah keteteran ke dasar pooling. Hebatkan?
Pembodohan sebuah masturbasi politik.

Lupakan nasionalisme. Bahkan Megawati pun, mengusahakan segala daya untuk kemenangan.
Bahkan mas Prabowo pun bisa mengenakan topeng ganda.
Bahkan Om JK pun bisa "tak seindah warna aslinya".
Bahkan Konglomerat busuk pun, bisa terlihat "seperti malaikat".
Sekali lagi, entah janji politik apa yg diberikan para cukong itu kepada Megawati, sehingga bisa berubah hanya dalam hitungan jam!! Mungkin janjian buat orgy politik untuk kembali masturbasi sosial pencitraan bareng 5 tahun lagi.

Sekali lagi, ini benar-benar tamparan keras bagi para Nasionalis. Yang menginginkan Indonesia bisa secepatnya lepas landas. Sementara para pemilik modal dan uang, yang tetap menginginkan Indonesia seperti sekarang, gampang "dibeli dan dikerjai", mulai bersorak dan pasang ancang-ancang.
Bingung, aneh bin ajaib, BAGAIMANA MUNGKIN SEORANG KUTU LONCAT POLITIK SEMACAM JOKOWI, BISA DICITRAKAN SEBAGAI ORANG PALING PANTAS UNTUK MEMIMPIN NEGERI INI? Negeri yg sedang sakit parah ini, katanya paling baik diserahkan untuk dipimpin sorang Kutu Loncat, yang belum menunjukkan prestasi apapun.. Hebatkan pencitraan merancap sosial politiknya? Hebat bangett...

Sekali lagi pencitraan, duit, dan konspirasi para kutu busuk, ternyata lebih kuat dibandingkang logika dan nasionalisme. Inilah kisah sebuah negeri besar. Negeri itu bernama Indonesia. Yang mengalami dan didera himpitan nista berkepanjangan, hanya gara-gara ditempati dan dominan oleh manusia-manusia yang kebenaran menyebut agamanya Islam.


Islam di Indonesia itu adalah sebuah Paradox tak tergambarkan. Besar tapi Impoten. "Penuh" tapi tak "berisi". Indah tapi sengaja dibusukin dari dalam.
Berkali-kali para pemimpin agama dominan ini "dikadalin" dalam sepanjang sejarah bangsa ini. Namun agaknya para manusia yang mengaku sebagai "pemimpin" ummat itu, tak pernah belajar dari sejarah.
Pembusukan dari dalam itu terus menerus dipertahankan dan diupayakan.

Bahkan oleh orang-orang sekaliber "Ulama Besar". Yang bahkan turut meneriakkan, Islam itu "musuh" negeri ini.
Sebaliknya liberalisme adalah "sahabat baik", "saudara tua" negeri ini.
Bahkan "para pemimpin" itu banyak yang sangat percaya itu, Islam itu adalah "musuh" bagi bangsa besar ini. Liberalisme itu lebih baik bagi masa depan negeri ini.
Paradox? Atau ketololan dan rasa minder teramat sangat?

Bandingkan semua partai yang berplatform Islam itu. Hampir semuanya disusupi pembusukan tak tergambarkan. Saling sikut dan menjelekkan. Saling curiga dan penuh dendam kesumat. Saling benci dan mendeskreditkan.

Islam Indonesia adalah paradox tak tergambarkan. Dipelintir sesuka hati oleh duit dan kebodohan. Terbenam dan ikutan terseret dalam orgy politik yg diciptakan oleh musuh bangsa ini. Merancap politik bareng dalam mimpi. Hanyut dalam gendang yang ditabuh oleh musuh paling munafik bangsa ini. Seperti seseorang yg tenggelam dalam ilusi pengaruh Inex dalam tabuhan irama House Music sebuah pesta orgy. Tenggelam. Tak berdaya.

Nasionalisme itu tidak sama dengan Islam. Itulah pelintiran paling pahit.
Padahal mau ditutupi seperti apapun fakta sejarah, Islam itu adalah komponen paling Nasionalis dalam perjuangan Indonesia. SEPANJANG SEJARAH INDONESIA.

Namun partai nasionalis itu adalah Partai sejenis PDIP, GOLKAR, DEMOKRAT dan lainnya. Partai Islam bukan partai Nasionalis. Bahkan Kanjeng Ratu Hemas dari Yogya percaya itu. Partai Islam bukan partai Nasional. Mampus kan loe brok?? Orang yg mengaku Islam aja percaya Islam itu "musuh" bangsa ini.
Partai-partai Islam itu paaalliinngg sedikit melakukan penyelewengan dan pembusukan.
Namun hasil-hasil Pooling yg dilakukan oleh para cukong berduit dan media pencitraan itu, TETETETEPPPP SELALU MENEMPATKAN ketiga "partai Nasionalis" itu sebgai pemenang pemilu. Meskipun ketiganya partai yang paling korup dan paling besar melakukan pembusukan dan penyelewengan.

Paradox? Hypocrite? Atau masturbasi Politik?

Sementara setiap hari media-media penuh pencitraan itu meneriakkan betapa bobroknya negeri ini, dan betapa sulitnya pemberantasan korupsi di negeri ini, namun partai-partai yang melakukan korupsi PALING BESAR DAN PALING PARAH, malah digadang-gadang disetiap pooling yg mereka lakukan.
Masturbasi politik? Paradox? Atau kemunafikan?
Tak penting seburuk apa Partai-Partai yg dicitrakan nasionalis itu, yang penting bukan partai Islam.
Dan nasib bangsa ini dipertaruhkan selama-lamanya. Gua tahu dan sadar seehh, hampir semua para cukong itu sangat alergi pada Islam (tidak semuaa lhooo... ada juga kok Cukong yg percaya Islam itu tidak sama seperti yg dicitrakan para penggagas masturbasi politik itu). Mungkin kalo partai Islam berkuasa mereka bakal hengkang semua ke Singapore. Kemungkinan besar kayanya.

####


Dan siapa yang paling bodoh ikut-ikutan dalam "orgy" masturbasi politik ini? Ya siapa lagi penduduk paling dominan. Islam lah....
Pesta pora masturbasi politik paling sesak dalam sebuah negara dengan penduduk mayoritas Islam.

Paradox? Kemunafikan? Atau kebodohan?
Kalau dikatakan kebodohan, justru orang-orang pintar dan cerdas itu yg melakukannya.
Jadi? Indonesia memang negara paradox. The paradoxical country. Negara yang dikuasai para cukong. Besar namun tak berdaya bahkan menghadapi negara sekecil Singapore.

####

Apapun keadaannya gua dan teman-teman gua masih tetap percaya, masih banyak orang waras yg berpikiran sama dengan kita, dalam partai-partai politik itu, walapun sudah kerap kali mencederai nurani bangsa ini. Ini adalah cobaan menuju kebaikan. Sebab gue akan tetap menaruh harapan pada Janji Allah, bahwa kebenaran itu akan menemukan jalannya, sesulit apapun itu kelihatannya.

Gua jadi ingat "jaman kegelapan dan kebodohan" dulu. Waktu gua baru pertama kali akan memilih dalam Pemilu, tahun 1992. Massiihh begooo ya Oombozz. Gua masih kuliah di LA, USA. Gua baru menerima surat suara yg dikirim oleh Konsulat Indonesia LA ke alamat gua. Kalau lu tinggal di luar negeri, surat suara dikirim ke alamat lu, setelah lu coblos/contreng, baru lu kirim balik ke Konsulat. Atau lu bisa datang langsung ke Konulat/Kedutaan buat ikutan milih.

Setelah menerima surat suara itu, malamnya gua telpon bokap. Iseng-iseng diskusi soal parpol. Waktu itu Agung (Kakek gua) masih hidup, dan masih aktif di salah satu partai. Lu taulah partai yg mana. Cuma ada tiga kan partai jaman kegelapan dulu. Jadi gampang menebaknya.

Gua tanya bokap bakal milih partai apa. Bokap/nyokap bilang pastilah mau tak mau ikut partai Agung. Tapi kok ya, sebagai orang muda yg lagi senang-senangnya berpolitik dan rada-rada idealis, kok partainya Agung kurang sreg yaaa masbray...???
Bokap bilang, kamu percaya Agung orang baik kan? Dan kamu percaya masih banyak dalam partai itu yg punya visi seperti Agung?
Bener juga yaaaa... Iya dehhh gua bakal milih partainya Agung.

Tapi gua masih kurang puas. Maklum ya masboss... masih abege lebay sok-sok imut kecerdasan. Pertama milih pulak. Gua telpon dah bude gua. Keluarga bude emang rada-rada kuat beragamanya. Terus terang kita semua ketularan beribadah lebih baik yaaa dari keluarga bude ini. Alhamdulillah yaaa masbraaayy... Tuhan itu emang baik. Mengamanahkan bude kayak ini dikeluarga besar gua.

Terus gua tanya deh Bude bakal milih apa. Mau tahu jawabannya?
Bude bilang, Shalat Istiqarah. Pilihan kamu itu, akan menjadi tanggung jawab kamu kelak di Yaumil Akhir. Pengadilan Terakhir. Jangan memilih karena Yanda/Bunda, jangan karena Agung/Uti, jangan karena bude/keluarga. Tapi ikutin kata hati. Minta ditunjukin Allah. Jadi kalo nanti dipengadilan akhir kamu ditanya, kamu bisa mempertanggung jawabankannya. Tanggung jawab kamu pada Allah. Bukan pada siapa-siapa.

Gua iya-in aja dehhh... saat masih bodoh dan belagu jaman dulu... urusan agama begituan mana masuk kuping gua. Iya kan? Gua tetep milih partainya Agung. Ikutan orgy politik yg diciptakan Orba selama 32 tahun masa Soeharto.

Sekarang gua mengalami hal yg sama. Salah seorang ponakan cewe gue yg kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung, bwat kali pertama memilih, bertanya ke gua... Paman bakal milih apa? Dan gua teringat kejadin di atas.
Sekarang sudah jelas ya masboss, keluarga gua bukan keluarga barbar kayak dulu. Dan gua menjawab.
"Istiqarah, minta tolong pada Allah meneguhkan hati menentukan pilihan. Apapun pilihannmu, kelak kamu yg akan pertanggungjawabkan kepada Allah. Jadi tentukan sendiri, jangan memilih karena Abuya/Umi, Agung/Nina, Paman/Saudara. Pertanggungjawabanmu hanya pada Allah semata....."

Dan mata gua berair, ingat pesan almarhumah Bude gua pada gua. Perempuan kuat penuh visi. Perempuan yang banyak mengajarkan tentang hidup pada seluruh keluarga besar gua. Dan Insya Allah, disana Sang Rabbi melindungi wanita yg kusayangi itu..

Sudah saatnya kita bangun dari kebiasaan buruk ini. Terlena dan ikutan dalam orgy onani politik. Inilah saatnya untuk melakukan perubahan. BANGGUUNN..!! Hilangkan kebiasaan ikut-ikutan dalam orgy politik. Merancap dan bermimpi basah.
Ambil wudhu... Mulailah shalat Istiqarah dari sekarang. Minta diluruskan hati, diberi kekuatan, untuk memilih partai Terbaik diantara pilihan terburuk. Agar nanti bisa menjawab ketika ditanya Sang Maha Hakim, kelak dalam Pengadilan Tertinggi...





No comments:

Post a Comment