whose side are you on

whose side are you on

Friday, May 4, 2012

Books of Love : Antara New York dan Jakarta

Gw baru nganterin suami gw ke bandara John F Kennedy, untuk balik ke Jakarta. Sesak sekali rasanya hati gw.
Semakin lama, perpisahan seperti ini semakin menyakitkan.
Pertemuan selama 10 hari, rasanya sebenntaaarrr bangetttt. Rasanya cuma sedetik.
Dulu awal kami menikah, kami sudah mengetahui resiko ini.
Resiko akan terpisah jarak dan waktu.
Namun tak pernah ku bayangkan rasanya akan seberat ini.

Dulu sebelum menikah, rasanya gw pengen berlama-lama kuliah. Waktu kuliah rasanya cepat sekali berlalu.
Sekarang rasanya waktu kuliah jadi laammmaaaa bangettt. Gw sudah tak sabar pengen cepat-cepat selesai dan kembali ke Jakarta.

Gw peluk dia lama2 di parkiran. Rasanya sungguh menyakitkan.
Dia memang datang kesini tiap 3 bulan sekali. Untuk menemuiku. Satu lagi resiko yang sudah kami sepakati sebelum menikah. Dia akan menjenguk aku disini, selama aku belum selesai kuliah.
Dan semakin ke sini, setiap kali dia datang dan akan kembali ke Jakarta. Semakin besar saja rasanya cinta gw. Dan semakin berat saja rasanya berpisah.
Gw sekarang tidak malu2 lagi menangis kalo dia akan pulang. Dulu awal menikah gw masih malu2 untuk menangis, takut dia kege-eran merasa dibutuhkan.
Tapi sekarang masabodo.... gw memang butuh dia.
Terutama janin di rahim gw ini, akan sangat membutuhkan dia.

Dia cium perutku ketika akan masuk ke Bandara. Mengelus dan mendoakannya.
Dan seakan-akan gw bisa merasakan, janin dirahim gw yang baru berusia 2 bulan, turut bersedih melepas keberangkatannya.

Benar kata ibu gw, pernikahan itu akan membawa berkah, tak akan pernah menyakitkan. Jika kita mampu mensyukurinya. Dulu waktu masih gadis, ketika ibu gw mengatakan itu, dalam hati gw selalu mencibir. Bagaimana mungkin kita bisa bahagia, bila kita tak bisa bebas lagi. Ketakutan gw bahwa kebebasan gw akan menjadi terbatas, ketakutan gw untuk menikah, ternyata cuma ilusi. Ilusi yang kita ciptakan sendiri, dari pikiran kita yang bodoh, yang merasa takut terampas kebebasannya.

Sekarang, kebebasanku mungkin "terampas", tapi sebagai gantinya, gw menemukan cinta akan hidup yang tak pernah gw temui sebelumnya. Dan tiap kali gw ke dokter memeriksakan kandungan gw, melihat detak jantung janin gw di monitor alat USG.... Tuhan... 1000 kali lagi kebebasanku akan kuserahkan, demi berkahmu yang teramat mulia ini.....

Tuhan lindungi aku, lindungi anakku, lindungi suamiku.
Selamatkan dia dalam perjalanannya. Berkahi perjalanannya ya Allah.
Pelihara cinta kami di jalan MU Tuhan.
Jadikan cinta kami ini adalah bagian dari cinta utama kami kepada MU.
Jadikan keluarga kami menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah, wa Baroqah.... Amiinn...

No comments:

Post a Comment