whose side are you on

whose side are you on

Saturday, November 5, 2011

Books of Camouflage: The story behind the scene.....Agenda seorang Cendikiawan Muslim

Hari ini, Sabtu 5 November 2011, gue membaca harian berpengaruh "KOMPAS". Dihalaman muka menurunkan tulisan tentang renungan Idul Adha berjudul, "DI BALIK DONGENG MINA".
Ditulis oleh seorang yg mengaku "cendikiawan muslim", ketua Al Maun Institute, Moeslim Abdurrahman.

Garis besarnya, tulisan itu mengisyaratkan, paradoks "beragama" di Indonesia. Agama yg seharusnya mengajarkan nilai2 luhur kemanusiaan, lebih dijadikan sekedar ritual, daripada dijadikan jalan dan gaya hidup. Sang penulis katanya menjadi bingung, gue kutipkan kata2 dalam renungan Idul Adha dari sdr. Moeslim Abdurrahman tersebut...

"saya sengaja mengawali dengan menegaskan pernyataan tersebut (dan lebih dari sekedar prihatin) sebab dalam keseharian ibadah kita memang kadang-kadang tampak paradoks, kalau tidak disebut membingungkan."

kemudian dia menjelaskan dengan bahasa "puitis", betapa rakyat Indonesia yg katanya semakin semarak ritual keagamaannya itu, tapi justru semakin terkotak-kotak dalam permusuhan dan sektarian.
Gue kutipkan lagi kata-katanya dalam tulisan itu:

"Pasalnya, apalagi kalau bukan keberagamaan, yang di satu sisi bangsa ini dimana-mana semakin saleh dengan semaraknya ritual. Sementara itu, susah ditolak bahwa kita telah kehilangan sendi-sendi kebajikan sosial yang sangat ditekankan oleh agama."

"Rasa permusuhan telah menyelimuti masyarakat. Agama seperti telah kehilangan daya pesannya untuk menghadang terkeping-kepingnya umat kita jatuh dalam sektarianistik."

Doohhh,,, om Moeslim, hebat bener deh tulisannya... kekekeke....
Tapi kita coba mundur sebentar sebelum bicara lebih jauh tentang permusuhan dan sektarian.

Anda kan mengaku cendikiawan muslim tak iye??

Coba deh kamu buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Cari arti kata "DONGENG".
Di KBBI, dituliskan dan difenisikan, arti dongeng adalah: 1. Cerita yg tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian jaman dulu yg aneh-aneh).

Jadi menurut anda, kisah Ibrahim mengorbankan putranya itu tidak benar? Hanya Isapan jempol? Hanya dongeng?

Sekarang saya yang jadi bingung, siapa sebenarnya yang memulai permusuhan itu. Siapa sebenarnya yang selalu menyakiti hati ummat yang kamu katakan sektarian itu?

Dalam Islam, kisah kurban Nabi Ibrahim AS di Mina itu, adalah mutlak satu kebenaran. Bukan dongeng. Bukan isapan jempol, cuma kisah pengantar tidur si upik dan si buyung. kalau anda mengatakan itu merupakan dongeng, jelas-jelas anda yang sedang menyulut kemarahan, dan membakar sumbu permusuhan.

Anda mengaku cendikiawan Muslim. Nama anda sendiripun Moeslim. Isi renungan Idul Adha anda menginginkan kerukunan beragama, dan menghilangkan sektarian. Tapi judul tulisan anda yang gede-gede itu, justru memancing keributan. Menangguk di air keruh.

Terus terang gue tak pernah percaya netralitas. Bahkan kepada koran sekaliber KOMPAS sekalipun. Semua punya agenda masing-masing. Semua punya niat sendiri-sendiri. Jadi sebelum anda mempertanyakan sikap segolongan ummat yang menurut kamu sektarian, dan alasan kenapa mereka menjadi sektarian, coba telaah dulu niat luhur anda dengan menurunkan tulisan renungan Idul Adha itu. Apakah dengan menyakiti hati orang-orang Islam, dengan mengatakan Kisah Kurban Mina itu adalah dongeng semata, anda bukannya sedang menyulut rasa sektarian dan permusuhan? Coba anda bercermin terlebih dahulu. Jangan sok menggurui.

Nama anda boleh Moeslim Abdurrahman, dan anda boleh mengaku cendikiawan muslim dan pengurus salah satu Institut Islam kenamaan, tapi dengan membaca tulisan anda itu, saya justru berpikir anda sedang bercerita tentang diri anda sendiri. Bukan tentang orang lain. Anda lah yang sektarian, dan anda yang suka menyulut permusuhan. Karena anda justru yang sedang menyulut kebencian dengan menyakiti hati mengatakan Kisah Kurban itu cuma sekedar dongeng.....

Gue tidak punya hutang apapun sama dirimiyu om Moeslim Abdurrahman yg mengaku cendikiawan muslim. I owe you nothing at all, kata Bros.
Jadi kalo lu nyakitin hati gue, jangan bilang gue sektarian kalo gue ogah nyampur dan dekat-dekat orang munafik seperti elo..... Jauh ajah deehh...
Apa sih sebenarnya agenda lo om Moeslim Abdurrahman????

No comments:

Post a Comment